Catatan Popular

Ahad, 22 Disember 2019

PENJELASAN: contoh-contoh hati serta tentara batiniahnya.


Ketahuilah, bahwa dua tentara: tentara marah dan tentara nafsu syahwat, kadang-kadang keduanya tunduk kepada hati dengan sempurna.
Lalu yang demikian itu dapat menolong hati kepada jalan yang akan ditempuhnya. Dan baguslah pengawanan keduanya dalam perjalanan yang dilaksanakan oleh hati.
Kadang-kadang keduanya (tentara marah dan nafsu syahwat) itu mendurhakai hati dengan memberontak dan menantang. Sehingga keduanya itu memiliki hati dan memperbudakkannya.
Pada yang demikianlah, kebinasaan dan terputusnya hati dari perjalanannya, yang menyampaikannya kepada kebahagiaan abadi.
Dan hati mempunyai tentara lain, yaitu: ilmu, hikmah kebijaksanaan dan pemikiran, sebagaimana akan datang uraiannya.
Dan menjadi hak hati untuk meminta pertolongan pada tentara ini.
Sesungguhnya tentara ini adalah tentara Allah Ta’ala (hizbullah) terhadap dua tentara yang tersebut diatas.
Sesungguhnya dua tentara tadi, kadang-kadang berhubungan dengan tentara setan. Kalau hati itu tidak meminta pertolongan dan tentara marah dan nafsu syahwat menguasai atas dirinya, niscaya hati itu pasti binasa dan memperoleh kerugian yang nyata.
Begitulah keadaan kebanyakan makhluk manusia. Akal pikirannya tunduk kepada nafsu syahwatnya dalam mencari daya upaya memenuhi nafsu syahwat itu. Dan adalah seyogyanya bahwa nafsu syahwat itu tunduk kepada akal pikirannya, mengenai sesuatu yang diperlukan oleh akal pikiran.

Kami akan mendekatkan yang demikian kepada pemahaman anda dengan 3 contoh:

Contoh pertama: kami berkata: bahwa jiwa manusia dalam tubuhnya kami maksudkan jiwa halus yang tersebut dahulu, adalah seperti raja dalam kota dan kerajaannya.
Sesungguhnya tubuh itu kerajaan jiwa (nafsu), alamnya, tempat ketetapannya dan kotanya.
Dan anggota-anggota tubuh dan kekuatannya adalah seperti tukang-tukang dan pekerja-pekerja.
Dan kekuatan ‘aqliah (kelezatan keakalan) yang berpikir baginya itu adalah, seperti: penunjuk yang menasehati dan menteri yang berakal pikiran.
Nafsu syahwatnya adalah seperti budak jahat, yang menghela makanan dan makanan simapanan (al-mirah) ke kota.
Kemarahan dan kepanasan hati karena kemarahan itu adalah seperti orang yang mempunyai polisi. Dan budak yang menghela makanan al-mirah itu pembohong, pengicuh, penipu yang keji, yang membentuk dirinya dengan bentuk penasehat.
Dan dibawah nasehatnya itu kejahatan yang menakutkan dan racun yang membunuh. Sifat dan kebiasaannya itu bertentangan bagi menteri yang menasehati dalam semua pendapat dan pengaturannya. Sehingga tidak terlepas sesaatpun daripada perlawanan dan penantangannya.
Sebagaimana raja dalam kerajaannya, apabila ia merasa cukup dalam pengaturannya dengan menterinya dan ia bermusyawarah dengan menterinya itu dan menolak isyarat budak yang keji tadi, berdalilkan dengan isyaratnya, bahwa yang benar adalah yang berlawanan dengan pendapat budak itu, niscaya raja itu telah dituntun oleh kepala polisinya dan bertindak bijaksana bagi menterinya.
Ia menjadikan menterinya tempat musyawarahnya, yang berkuasa dari pihaknya terhadap budak yang keji itu, pengikut-pengikutnya dan pembantu-pembantunya. Sehingga budak itu disiasati, tidak menyiasati, disuruh dan diatur, tidak menyuruh dan mengatur. Luruslah urusan negeri raja tersebut. Dan dengan sebab demikian, teraturlah keadilan.
Maka begitulah an-nafs (diri), manakala ia meminta tolong pada akal dan memperoleh tuntunan dengan penjagaan marah.
Dan an-nafs itu menguasakan kekerasan marah atas keinginan (syahwat). Dan meminta tolong dengan yang satu kepada yang lain. Sekali dengan menyedikitkan derajat marah dan meluap-luapnya dengan menantang syahwat (keinginan) dan menaikkannya setingkat ke setingkat.
Dan sekali dengan mencegah dan memaksakan syahwat dengan berkuasanya marah kepanasan hati kepadanya. Dan memandang keji kehendak-kehendak syahwat itu. Niscaya berlaku adillah semua kekuatan diri (an-nafs) dan baguslah tingkah-lakunya.
Orang yang berpaling dari jalan ini, adalah seperti orang yang difirmankan oleh Allah Ta’ala:
“Adakah engkau lihat orang yang mengambil keinginan (nafsunya) menjadi tuhannya ? dan Allah membiarkannya sesat menurut pengetahuan”. S 45 Al Jaatsiah ayat 23.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan menurutkan kemauan hawa nafsunya. Perumpamaannya sebagai anjing: kalau engkau halau, diulurkannya lidahnya dan kalau engkau biarkan saja, diulurkannya juga lidahnya”. S 7 Al A’raaf ayat 176.
Dan Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman tentang orang yang mencegah nafsunya dari keinginan hawa nafsu:
“Dan adapun orang yang takut dihadapan kebesaran Tuhannya dan menahan nafsunya (dirinya) dari keinginan yang rendah (hawa nafsu). Sesungguhnya sorga tempat kediamannya”. S 79 An Naazi’aat ayat 40-41.
Dan akan datang cara perjuangan tentara-tentara tersebut dan cara sebahagian daripadanya menguasai akan sebahagian yang lain pada “Kitab Latihan Diri” insya Allah Ta’ala.

Contoh kedua: ketahuilah bahwa tubuh itu seperti kota. Dan akal. Yakni: yang mengetahui dari manusia adalah seperti raja, yang mengatur kota itu. Kekuatan manusia yang mengetahui, yang terdiri dari pancaindra zahiriah dan batiniah, adalah seperti tentaranya dan pembantu-pembantunya. Anggota badannya adalah seperti rakyatnya. Nafsu yang menyuruh kepada kejahatan (nafsu ammarah), ialah nafsu syahwat. 
Dan amarah adalah seperti musuh yang menantangnya dalam kerajaannya. Dan yang berusaha membinasakan rakyatnya. Maka jadilah badannya seperti pasukan dan benteng. Dan nafsunya seperti orang yang menetap dalam benteng, yang menjaga pasukan. Kalau ia berjuang menghadapi musuhnya dapat menghancurkan dan memaksakan musuh itu menurut keinginannya, niscaya akibatnya terpuji, apabila ia kembali ke hadirat Tuhan, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta’ala: “……dan orang-orang yang berjuang di jalan Allah, dengan harta dan dirinya.

Allah melebihkan tingkatan orang-orang yang berjuang dengan harta dan dirinya dari orang-orang yang tinggal duduk”. S 4 An Nisaa’ ayat 95.

Kalau ia menghilangkan bentengnya dan menyia-nyiakan rakyatnya, niscaya tercelalah akibatnya. Maka ia dituntut balas dari perbuatan tersebut di sisi Allah Ta’ala. Dikatakan kepadanya pada hari kiamat: “Hai pemimpin jahat ! engkau makan daging dan minum susu. Engkau tidak mengembalikan benda yang hilang dan tidak menampalkan yang pecah. Pada hari ini, engkau dituntut balas, sebagaimana tersebut pada hadits. Kepada jihad (perjuangan) inilah, yang ditujukan oleh sabda Nabi saw: “Kita kembali dari jihad (perjuangan) kecil kepada perjuangan besar”.

Contoh ketiga: akal itu seperti pengendara kuda, yang pergi berburu. Nafsu syahwatnya adalah seperti kudanya. Dan marahnya adalah seperti anjingnya. Manakala pengendara kuda itu cerdik, kudanya terlatih dan anjingnya terdidik, diberi ajaran, niscaya layaklah ia memperoleh kemenangan.

Dan manakala ia sendiri tidak pandai bekerja, kudanya liar melawan dan anjingnya buas, lalu kudanya tidak bangun mematuhi perintahnya dan anjingnya tidak dilepaskan dengan mematuhi petunjuknya, maka layaklah ia mendapat kebinasaan. Lebih-lebih lagi daripada ia mencapai apa yang dicarinya. Tidak pandainya bekerja pengendara kuda itu, adalah seperti bodohnya manusia. Kurang kebijaksanaannya dan tumpul pandangannya. Dan melawannya kuda itu adalah seperti kerasnya nafsu syahwat, lebih-lebih syahwat perut dan kemaluan. Dan buasnya anjing itu adalah seperti kerasnya dan berkuasanya kemarahan. Kita bermohon kepada Allah akan taufiq yang baik dengan kasih sayangNya !

Tiada ulasan: