Catatan Popular

Ahad, 22 Disember 2019

PENJELASAN: tentang segeranya berbulak-balik hati dan terbaginya hati dalam perobahan dan ketetapan.

Ketahuilah kiranya, bahwa hati sebagaimana telah kami sebutkan diliputi oleh sifat-sifat yang telah kami sebutkan dahulu. Dan ditegakkan kepada hati, bekas-bekas dan keadaan-keadaan dari pintu-pintu yang telah kami sifatkan itu. Seolah-olah hati itu tujuan yang selalu mendapat bahaya dari semua penjuru.

Maka apabila sesuatu menimpa kepada hati, yang membekas padanya, niscaya menimpa kepadanya dari segi lain sesuatu yang berlawanan dengan yang tadi. Lalu berobahlah sifat hati. Kalau setan bertempat pada hati, lalu diajaknya hati kepada mengikuti hawa nafsu, niscaya turunlah malaikat pada hati dan memalingkan hati itu dari setan. Kalau setan menarikkan hati kepada suatu kejahatan, lalu setan yang lain menarikkannya kepada lain kejahatan. Kalau malaikat menarikkan hati kepada suatu kebajikan, niscaya malaikat yang lain menarikkannya kepada lain kebajikan. Sekali, hati itu terjadi perebutan diantara dua malaikat. Dan pada lain kali, diantara dua setan. Pada lain kali lagi, diantara malaikat dan setan.

Tidaklah hati itu sekali-kali diabaikan. Kepada yang demikianlah, diisyaratkan oleh firman Allah Ta’ala: “Kami putar hati dan pemandangan mereka”. S 6 Al An’aam ayat 110.

Dan karena dilihat oleh Rasulullah saw keajaiban perbuatan Allah Ta’ala pada keajaiban hati dan berbulak-baliknya, lalu beliau bersumpah dengan hati, dengan sabdanya: “Tidak, demi Yang Membulak-balikkan hati”. Banyak kali Nabi saw berdoa: “Wahai Yang Membulak-balikkan hati ! tetapkanlah hatiku pada agamaMu !”. Lalu para sahabat bertanya: “Adakah engkau takut, wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab: “Apakah yang menjamin keamanan bagiku ?”. Dan hati itu diantara dua anak jari dari anak jari Tuhan Yang Maha Pengasih, dibulak-balikkanNya menurut kehendakNya”. Menurut bunyi yang lain dari hadits, yaitu: “Jika dikehendakiNya akan ditegakkannya, niscaya ditegakkannya. Dan jika dikehendakiNya akan dimiringkannya, niscaya dimiringkannya”. Rasulullah saw memberi 3 contoh untuk yang demikian, dengan sabdanya: “Hati itu seperti burung pipit, yang bulak-balik pada setiap saat”.

Nabi saw bersabda: “Hati itu dalam berbulak-baliknya adalah seperti kuali, apabila berkumpul gelagaknya”.
Dan Nabi saw bersabda: “Hati itu seperti bulu ayam pada tanah sahara, dibulak-balikkan oleh angin, muka belakang”.

Semua perbulak-balikan ini dan segala keajaiban perbuatan Allah Ta’ala pada membulak-balikkannya, dimana ma’rifah tidak mendapat petunjuk kepadanya, maka ia tidak diketahui, selain oleh orang-orang yang bermuraqabah (memperhatikan, mengintip, menjaga) dan menjaga keadaannya serta Allah Ta’ala.

Tentang tetapnya hati itu diatas kebajikan dan kejahatan serta pulang-perginya diantara keduanya itu terbagi 3:

Pertama: hati yang dibangun dengan ketaqwaan, bersih dengan latihan dan suci dari segala kekejian akhlak, terhunjam ke dalamnya gurisan-gurisan kebajikan dari perbendaharaan ghaib dan tempat-tempat masuk alam malakut. Maka menjuruslah akal kepada pemikiran tentang apa yang terguris baginya. Untuk mengetahui kebajikan-kebajikan yang halus padanya dan menoleh kepada rahasia-rahasia faedahnya. Lalu tersingkaplah bagi yang demikian, mukanya dengan nur mata-hati. Maka ia menetapkan, bahwa tak boleh tidak mengerjakannya. Lalu ia terdorong kepadanya dan mengajaknya untuk mengerjakannya.
Dan malaikat memandang kepada hati itu, lalu memperolehnya yang baik pada jauhar (benda/barang)nya, suci dengan ketaqwaannya, bercahaya dengan cahaya akal, dibangun dengan nur ma’rifah (ilmu mengenal Allah Ta’ala). Lalu malaikat itu melihat hati tersebut, pantas untuk tempat ketetapan dan singgahannya. Ketika itu, dibantunya hati tadi dengan tentara yang tiada kelihatan. Dan ditunjukinya kepada kebajikan-kebajikan yang lain. Sehingga kebajikan menarik kepada kebajikan. Begitulah terus-menerus ! dan tiada berkesudahan pertolongannya, dengan penggemaran kepada kebajikan.

Dan memudahkan urusan kepadanya. Dan kepada inilah diisyaratkan oleh firman Allah Ta’ala:
“Siapa yang memberi (untuk kebaikan) dan memelihara dirinya dari kejahatan. Dan membenarkan (mempercayai) yang baik. Kami akan memudahkan kepadanya menempuh (jalan) yang mudah”. S 92 Al Lail ayat 5-6-7.

Hati yang seperti ini, bercemerlanglah sinar lampu dari lobang ketuhanan (misykatir-rububiyah). Sehingga tidak tersembunyi padanya lagi syirik khafi (kemusyrikan yang tersembunyi), yang lebih tersembunyi daripada merangkaknya semut hitam dalam malam yang gelap-gulita.
Maka pada cahaya ini, tiada sesuatu yang tersembunyi dan tiada laku suatupun daripada godaan setan. Bahkan setan itu berdiri dari jauh dan mengeluarkan kata-kata yang terpesona untuk penipuan. Tetapi tidak mendapat perhatian. Hati ini sesudah sucinya dari semua yang membinasakan, maka dalam masa dekat menjadi makmur dengan semua yang melepaskan dari kebinasaan, yang akan kami sebutkan, yaitu: syukur, sabar, takut, harap, fakir, zuhud, kasih-sayang, ridha, tawakkal, tafakkur, mengoreksi diri dll. Itulah hati yang dihadapkan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla dengan wajahNya. Yaitu: hati yang tenang, yang dimaksudkan dengan firmanNya Yang Maha Tinggi: “Ketahuilah, bahwa dengan mengingati Allah, hati menjadi tentram”. S 13 Ar Ra’d ayat 28.
Dan dengan firman Allah Ta’ala: “Hai jiwa yang tenang tentram”. S 89 Al Fajr ayat 27.

Hati kedua: hati yang terhina, terisi dengan hawa nafsu, yang kotor dengan akhlak tercela dan kekejian, terbuka padanya semua pintu setan dan tersumbat semua pintu malaikat. Permulaan kejahatannya, ialah: bahwa terhujam padanya gurisan hawa nafsu dan terguris di dalamnya. Lalu hati itu memandang kepada hakim akal, untuk meminta fatwa. Dan menyingkirkan wajah kebenaran padanya. Maka adalah akal, telah menyusun pelayanan hawa nafsu, berjinak-jinakkan, berkekalan mencari daya-upaya baginya dan kepada menolong hawa nafsu itu. Lalu hawa nafsu berkuasa dan menolong akal.

Maka terbukalah dada dengan hawa nafsu dan berkembanglah padanya kegelapan, untuk menahan tentara akal daripada mempertahankan akal. Lalu kuatlah kekuasaan setan, karena luas tempatnya, disebabkan berkembangnya hawa nafsu. Maka dihadapkan kepada akal dengan penghiasan diri, tertipu dan banyak angan-angan. Dan diilhami dengan demikian, hiasa kata-kata untuk penipuan. Maka lemahlah kekuasaan iman dengan balasan baik (wa’ad) dan balasan buruk (wa’id).

Dan padamlah cahaya keyakinan untuk takut kepada akhirat. Karena naik dari hawa nafsu itu, asap yang menggelapkan hati, yang memenuhi tepi-tepinya. Sehingga padamlah cahayanya. Lalu jadilah akal itu seperti mata, yang dipenuhi asap pelupuk-pelupuknya. Maka ia tidak sanggup melihat. Begitulah kekerasan nafsu syahwat berbuat kepada hati ! sehingga tidak ada lagi bagi hati, kemungkinan mengetahui dan melihat. Jikalau juru nasehat memperlihatkan dan memperdengarkannya apa yang benar kepadanya, niscaya ia buta dari pemahaman dan tuli dari pendengaran.

Dan berkobarlah nafsu syahwat padanya. Berkuasalah setan dan bergeraklah semua anggota badan, sesuai dengan hawa nafsu. Maka lahirlah perbuatan maksiat ke alam kenyataan dari alam ghaib, dengan qodo dan qadar daripada Allah Ta’ala.

Hati yang seperti inilah yang diisyaratkan dengan firmanNya Yang Maha Tinggi: “Tiadakah engkau perhatikan orang yang mengambil kemauan nafsunya menjadi tuhannya? engkaukah yang menjadi penjaganya? atau apakah engkau mengira, bahwa kebanyakan mereka mendengar atau mengerti? tidak! mereka adalah sebagai binatang ternak.Bahkan lebih tersesat lagi jalannya”. S 25 Al Furqaan ayat 43-44.

Dan dengan firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya sudah semestinya akan berlaku perkataan bagi kebanyakan mereka dan mereka tiada beriman”. S 36 Yaa Siin ayat 7.

Dan dengan firman Allah Ta’ala: “Sama saja untuk mereka, engkau beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman”. S 2 Al Baqarah ayat 6.

Banyaklah hati yang begini keadaannya, dengan mempertautkan kepada sebahagian hawa nafsu. Seperti orang yang menjaga diri (bersikap wara’) dari sebahagian perkara. Akan tetapi apabila ia melihat muka yang cantik, lalu tidak dapat menguasai lagi matanya dan hatinya. Akalnya hilang dan pegangan hatinya jatuh. Atau seperti orang yang tiada menguasai lagi dirinya, tentang sesuatu yang ada padanya kemegahan, menjadi kepala dan kesombongan. Tidak ada padanya lagi pegangan untuk ketetapan pendirian, ketika muncul sebab-sebab yang tersebut.

Atau seperti orang yang tiada menguasai dirinya lagi ketika marah, bagaimanapun ia memperoleh kehinaan dan disebutkan kekurangan-kekurangannya. Atau seperti orang yang tiada menguasai dirinya lagi, ketika sanggup mengambil sedirham atau sedinar uang. Bahkan ia terjerumus binasa seperti orang hina yang kehilangan akal. Lalu melupakan harga diri dan taqwa. Semua itu karena naiknya asap hawa nafsu kepada hati. Sehingga gelap dan padam semua cahayanya. Lalu padamlah cahaya malu, harga diri dan iman. Dan berusaha mencapai maksud setan.

Hati ketiga: yaitu, hati yang kelihatan padanya gurisan hawa nafsu. Lalu diajaknya kepada kejahatan. Lalu dihubungi oleh gurisan iman, maka diajaknya kepada kebajikan. Lalu tergeraklah nafsu dengan keinginannya untuk menolong gurisan kejahatan. Maka kuatlah nafsu syahwat, enaklah bersenang-senang dan memperoleh kenikmatan. Lalu akal bangkit kepada gurisan kebajikan, menolak pihak nafsu syahwat, menjelekkan perbuatannya dan mengatakannya perbuatan orang bodoh. Dan menyerupakannya dengan binatang ternak dan binatang buas, tentang penyerbuannya kepada kejahatan serta kurang perhatiannya kepada segala akibat. Lalu nafsu itu cenderung kepada nasehat akal.

Maka setan membawa beban kepada akal. Ia menguatkan penyeru hawa nafsu, seraya setan itu berkata: “Apakah artinya dosa yang dingin itu ?”. Mengapa engkau mencegah diri dari nafsu keinginan, lalu engkau menyakitkan dirimu ? adakah engkau melihat seseorang dari orang-orang masa engkau, yang menyalahi nafsu keinginanya ? atau meninggalkan maksudnya ? apakah engkau membiarkan mereka dengan kesenangan dunia, yang mereka bersenang-senang dengan kesenangan itu ? dan engkau menahan diri engkau, sehingga engkau tinggal, tidak memperolehnya, dalam keadaan celaka dan payah. Engkau ditertawakan oleh orang-orang sezaman engkau. Apakah engkau ingin bertambah kedudukan engkau dari si Anu dan si Anu ? mereka telah berbuat seperti apa yang engkau ingini. Mereka tidak menahan diri. Apakah tidak engkau lihat ulama Anu tidak menjaga diri seperti engkau ? jikalau adalah yang demikian itu kejahatan, niscaya ulama itu mencegah diri dari perbuatan tersebut”. Lalu hawa nafsupun cenderung kepada setan dan berbalik kepadanya.

Maka malaikatpun membawa pikulan kepada setan. Malaikat itu berkata: “Adakah yang binasa, selain orang yang mengikuti kesenangan sekarang dan lupa akan akibat ?. Adakah engkau merasa puas dengan kesenangan yang sedikit dan engkau meninggalkan kesenangan dan kenikmatan sorga yang berkekalan selama-lamanya ? ataukah engkau merasa berat kepedihan sabar, menahan diri dari hawa nafsumu ? dan engkau tidak merasa berat kepedihan api neraka ? adakah engkau tertipu dengan sebab kelalaian manusia lain dari dirinya dan mereka mengikuti hawa nafsu dan menolong setan ?.

Sedang azab neraka tidak akan diringankan dari engkau oleh perbuatan maksiat orang lain. Adakah engkau memperhatikan, jikalau engkau berada pada musim panas, yang sangat terik dan semua manusia berdiri pada matahari dan engkau mempunyai rumah yang dingin, adakah engkau akan menolong manusia banyak ? atau engkau mencari kelepasan bagi diri engkau sendiri ? maka bagaimanakah engkau menyalahi orang lain, karena takut dari kepanasan matahari dan engkau tiada menyalahi mereka karena takut dari kepanasan api neraka ?”. Maka ketika itu, nafsu tersebut mengikuti perkataan malaikat. Maka selalulah ia ragu-ragu diantara dua tentara, tarik-menarik diantara dua golongan. Sehingga membawa kemenangan kepada hati, mana yang lebih utama. Jikalau sifat-sifat yang ada dalam hati, dimenangi oleh sifat-sifat kesetanan yang telah kami sebutkan, niscaya menanglah setan. Dan cenderunglah hati kepada golongan setan yang sejenis dengan dia, meninggalkan partai Allah Ta’ala dan wali-waliNya.

Dan menjadi penolong partai setan dan musuh-musuh Allah. Berlakulah pada anggota tubuhnya, dengan taqdir yang mendahului, apa yang menjadikan sebab jauhnya dari Allah Ta’ala. Jikalau yang memenangi pada hati, sifat-sifat malaikat, niscaya hati tidak akan mendengar tipuan setan, hasungannya kepada terburu-buru dan penghinaannya akan urusan akhirat. Bahkan ia cenderung kepada partai Allah Ta’ala. Dan muncullah ketaatan, disebabkan qodo Tuhan yang telah terdahulu pada anggota-anggota badannya. Hati mu’min itu diantara dua anak jari dari anak jari Tuhan Yang Maha Pengasih. Artinya: diantara tarik-menarik dua tentara itu. Itulah yang menang. Ya’ni: kebulak-balikan dan perpindahan dari satu partai ke satu partai.

Adapun tetap berkekalan serta partai malaikat atau serta partai setan, maka adalah jarang dari kedua pihak itu. Segala perbuatan taat dan perbuatan maksiat itu lahir dari perbendaharaan ghaib ke alam kenyataan, dengan perantaraan perbendaharaan hati. Karena hati adalah dari perbendaharaan alam malakut yang tinggi. Dan juga apabila lahir, mempunyai tanda-tanda, yang memperkenalkan kepada yang empunya hati itu, telah didahului oleh qodo Tuhan YME.

Siapa yang djadikan untuk sorga, niscaya mudahlah baginya sebab-sebab untuk berbuat taat. Dan siapa yang dijadikan untuk neraka, niscaya mudahlah baginya sebab-sebab berbuat maksiat. Dan berkuasa padanya teman-teman jahat. Dan dijatuhkan ke dalam hatinya hukum setan.

Karena setan itu dengan bermacam-macam hukum, menipu orang-orang bodoh dengan perkataannya: “Bahwa Allah itu Maha Pengasih. Maka jangan engkau hiraukan ! bahwa manusia itu semua tiada takut kepada Allah, maka janganlah engkau menyalahi mereka ! bahwa umur itu panjang, maka bersabarlah, sehingga engkau dapat bertaubat besok !”. Setan itu menjanjikan kepadamu dan membuat angan-angan bagimu. Dan apa yang dijanjikan setan itu, adalah penipuan belaka. Ia menjanjikan taubat dan memberikan angan-angan pengampunan kepada manusia. Lalu manusia itu dibinasakannya dengan izin Allah Ta’ala, dengan segala daya-upaya dan hal-hal lain yang berlaku seperti itu. Lalu ia meluaskan hatinya untuk menerima penipuan dan menyempitkannya daripada menerima kebenaran. Semua itu dengan qodo dan qadar daripada Allah.

Tersebut pada firmanNya: “Siapa yang dikehendaki oleh Allah untuk ditunjukinya, maka dilapangkan dadanya untuk Islam. Dan siapa yang dikehendaki oleh Allah untuk disesatkannya, niscaya dadanya dijadikan sesak dan sempit, seolah-olah ia naik ke langit”. S 6 Al An’aam ayat 125.

Dan firman Allah Ta’ala: “Jikalau kamu ditolong oleh Allah, maka tiadalah yang menang diatas kamu. Dan jikalau kamu dihinakan olehNya, maka siapakah yang menolong kamu sesudahNya ?”. S 3 Ali ‘Imran ayat 160.

Dialah yang menunjukkan dan yang menyesatkan. DiperbuatNya apa yang dikehendakiNya. DihukumNya menurut Kemauan (kehendak)Nya. Tiada yang menolak akan hukumNya dan tiada yang membuat akibat terhadap qodoNya. DijadikanNya sorga dan dijadikanNya penduduk untuk surga itu. Lalu dipakaikanNya mereka itu dengan perbuatan taat. DijadikanNya neraka dan dijadikanNya penduduk untuk neraka itu.

Lalu dipakaikanNya mereka dengan perbuatan maksiat. DiperkenankanNya kepada makhluk akan tanda ahli sorga dan ahli neraka.
Ia berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang baik berada dalam kesenangan. Dan orang-orang yang jahat berada dalam neraka”. S 82 Al Infithaar ayat 13-14.

Kemudian, Allah Ta’ala berfirman, menurut yang dirawikan daripada Nabi saw: “Mereka itu dalam sorga dan tiada Aku perdulikan. Dan mereka itu dalam neraka dan tiada Aku perdulikan”. Maha Suci Allah, Yang Maha memiliki dan Yang Maha Benar ! tiada ditanyakan tentang apa yang diperbuatNya dan manusia itu yang ditanyakan. Dan marilah kita ringkaskan sekedar ini yang sedikit, tentang penyebutan keajaiban hati ! untuk menyelidikinya lebih mendalam, tiada layak dengan ilmu mu’amalah (pengurusan/perniagaan/yang diminta mengetahuinya hendaklah diamalkan).

Dan sesungguhnya yang kami sebutkan daripadanya, ialah yang diperlukan untuk mengetahui dalamnya ilmu mu’amalah (pengurusan/perniagaan/yang diminta mengetahuinya hendaklah diamalkan) dan rahasianya. Supaya dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang tiada merasa puas dengan ilmu-dhahir saja. 

Dan tiada merasa cukup dengan kulit saja, tanpa isi. Tetapi ia rindu untuk mengetahui hakekat sebab-sebab yang halus. Dan tentang apa yang telah kami sebutkan, rasanya cukup dan memuaskan bagi orang tersebut –insya Allah Ta’ala. Wallahu walijjut-taufiq ! Tammatlah Kitab Keajaiban Hati. Segala pujian dan cita-cita kepada Allah. Dan akan diiringi oleh Kitab Riyadlatun-Nafsi (Kitab Latihan Jiwa) dan Tahdzibul-Akhlaq. Segala pujian bagi Allah Yang Maha Esa. Dan rahmat Allah kepada semua hambaNya yang terpilih menjadi rasul

Tiada ulasan: