Catatan Popular

Ahad, 7 Jun 2020

HADITS KE-2 : LARANGAN PUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH


Kitab al-Mawaidh al-‘Ushfuriyyah 

Karya Syekh Muhammad bin Abu Bakr al-Ushfury
(Kitab Pengajian Pondok Pasentren terkenal)

Dari ibnu mas’ud RA berkata :

Rasulullah SAW bersabda : 
“Pelaku dosa yang mengharap rahmat Allah lebih dekat kepada Allah daripada ahli ibadah yang memutus rahmat.”

HIKAYAT 1

Dikabarkan kepada kami dari Zaid bin Aslam dari Umar bahwasannya pada umat terdahulu ada seseorang yang bersungguh-sungguh dalam beribadah, dan dia bersikeras dalam ibadah untuk dirinya sendiri namun dia memutus orang-orang dari rahmatnya Allah ta’ala kemudian dia meninggal, lantas dia bertanya “Wahai Tuhan apa yang Engkau siapkan untukku dari-Mu?” 

Allah menjawab “Neraka”, dia bertanya “Wahai Tuhan, lantas dimana ibadahku dan kesungguhanku?” 

Allah menjawab “Sesungguhnya engkau telah memutus orang-orang dari rahmat-Ku di dunia maka hari ini Aku memutusmu dari rahmat-Ku”.

******
HIKAYAT 2
Diriwayatkan dari Abu hurairah RA dari Nabi SAW bahwasannya ada seseorang yang tidak berbuat kebaikan sama sekali kecuali hanya tauhid, maka tatkala maut mendatanginya dia berkata pada keluarganya: “Jika aku telah mati maka bakarlah aku dengan api hingga menjadi abu, kemudian larunglah aku di lautan pada hari yang banyak angin”, maka setelah keluarganya melaksanakannya tiba tiba dia berada dalam genggaman Allah Taala, Allah bertanya “Apa yang membuatmu melakukan apa yang telah kau lakukan?” dia menjawab “ketakutan pada-Mu”, kemudian Allah mengampuninya sebab hal tersebut padahal dia tidak melakukan suatu kebaikan apapun melainkan tauhid.

*****
HIKAYAT 3
Tentang hal ini ada sebuah kisah bahwa ada seorang yang mati pada masa Nabi Musa AS, orang-orang tidak suka memandikannya dan menguburkannya karena kefasikannya, maka mereka membawanya dengan kaki dan membuangnya di tempat sampah, kemudian Allah taala mewahyukan kepada Nabi Musa AS dan berfirman “Wahai Musa ada seseorang yang mati di daerah fulan pada tempat sampah, dia adalah seorang wali dari para wali-Ku, mereka belum memandikannya, belum mengkafaninya dan belum menguburkannya, maka engkau pergilah, mandikannlah, kafanilah, sholatilah, dan kuburkan dia”.

Kemudian Nabi Musa AS datang ke tempat tersebut dan menanyai mereka tentang mayit tersebut, mereka berkata kepada beliau “Telah mati seseorang dengan sifat begini dan begitu, dan sesungguhnya dia adalah seorang fasiq yang nyata”, kemudian Nabi Musa bertanya “Dimana tempatnya? karena sesungguhnya Allah Ta’ala telah mewahyukan kepadaku karena dia”.

Nabi Musa berkata “Beritahukan kepadaku tempatnya”, lantas mereka pergi. ketika Nabi Musa AS melihatnya dalam keadaan terbuang di tempat sampah dan orang-orang mengabarinya tentang kelakuannya yang buruk, Nabi Musa bermunajat kepada Tuhannya, Nabi Musa berkata “Wahai Tuhanku, Engkau menyuruhku menguburkan dan mensholatinya sedangkan kaumnya bersaksi atas keburukannya, maka Engkau lebih mengetahui daripada mereka dengan segenap pujian dan celaan”, maka Allah Ta’ala mewahyukan kepada beliau “Wahai Musa, kaumnya benar pada apa yang telah mereka ceritakan tentang keburukan kelakuannya, hanya saja dia memohon pertolongan kepada-Ku saat kematiaannya dengan tiga hal yang andaikata (tiga hal tersebut) digunakan untuk memohon pertolongan kepada-Ku oleh seluruh orang-orang yang berdosa dari ciptaan-Ku pastilah Aku akan mengkabulkannya, maka bagaimana Aku tidak menyayanginya sedangkan dia telah memohon sendiri, dan Aku adalah Maha Penyanyang dari para penyayang”. Musa bertanya “Wahai Tuhan, apa tiga hal itu?”,

Allah Ta’ala menjawab “Ketika kematiannya dekat, dia berkata “Wahai Tuhan, Engkau lebih mengetahui diriku bahwa sesungguhnya aku telah melakukan banyak maksiat sedangkan aku membenci maksiat tersebut dalam hatiku tetapi ada tiga hal yang membuat aku melakukan maksiat dengan membenci maksiat tersebut di dalam hatiku, 

pertama hawa nafsu, teman yang buruk dan iblis yang dilaknat Allah, tiga hal ini menjatuhkanku dalam kemaksiatan, maka sesungguhnya Engkau lebih mengetahui daripada aku tentang apa yang aku katakan maka ampunilah aku”. 

kedua dia berkata “Wahai Tuhan, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku telah melakukan banyak maksiat dan tempatku bersama orang-orang fasik namun aku suka berteman dengan orang solih, kezuhudan mereka dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada bersama orang-orang fasik”. 

ketiga dia berkata “Wahai Tuhan sesungguhnya Engkau mengetahui diriku bahwasannya orang-orang sholih lebih aku sukai daripada orang-orang fasik, hingga andaikata aku dihadapkan dua orang; baik dan buruk pastilah aku mendahulukan kebutuhan orang yang baik daripada orang yang buruk” dalam riwayat wahab bin munabbih dia berkata “Wahai tuhanku andaikata Engkau memaafkan dan mengampuni dosa-dosaku maka bergembiralah para wali-Mu dan para nabi-Mu, dan bersedihlah syaitan musuhku dan musuh-Mu, dan andaikata Engkau mengadzabku sebab dosaku maka syaitan dan teman-temannya akan bergembira, dan bersedihlah para nabi dan para wali, dan sesungguhnya aku mengetahui bahwa kegembiraan para wali menurut-Mu lebih disukai daripada kegembiraan syaitan dan teman-temannya, maka ampunilah aku, Wahai Allah sesungguhnya engkau lebih mengetahui dariku akan apa yang aku katakan maka sayangilah aku dan maafkan aku”, Allah menjawab “Aku sayangi, Aku ampuni dan Aku maafkan karena sesungguhnya Aku Maha Pemurah lagi Maha Penyayang khususnya kepada orang yang mengakui dosa kepada-Ku dan orang ini mengakui dosa maka Aku mengampuninya dan memaafkannya, wahai Musa lakukan apa yang Aku peritahkan karena Aku mengampuni dengan kehormatannya untuk orang yang mensholati jenazahnya dan menghadiri pemakamannya”.


Tiada ulasan: