Catatan Popular

Ahad, 12 Julai 2020

KITAB RISALAH AL QUSYAIRI BAB 2 TERMINOLOGI TASAWWUF (LAWAIH, LAWAMI’ DAN THAWALI’)


Al-Faqih ila-Llah Abdul Karim bin Hawazin al-Qusyairi
(IMAM AL QUSYAIRI)

15. LAWAIH, LAWAMI’ DAN THAWALI’

Kata-kata tersebut makananya saling berdekatan, nyaris tidak ada perbedaan besar. Kata tersebut merupakan sifat-sifat dari orang yang sedang dalam tahap permulaan (bidayat). Mereka yang sedang menaiki tahap dalam kalbu. Sehingga cahaya matahari ma’rifat tidak menetap abadi dalam diri mereka. Namun Allah swt. mendatangkan rezeki kalbunya dalam setiap saat.

Sebagaimana Allah swt. berfirman :
“Bagi mereka rezeki mereka di dalam surga, pagi dan petang.” (Qs. Maryam : 62).

Apabila langit kalbu dipenuhi mega dunia, terbayanglah kilatan kasyaf bagi mereka, dan tampaklah kilatan taqarrub. Mereka dalam zaman yang menutup mereka, sedang mereka mengintai ekjutan kilatan itu. Mereka seperti digambarkan dalam syair :
Wahai kilatan yang cemerlang
 Dari sayap-sayap lagnit yang benderang

Lawaih sebagai tahap pertama, disusul Lawami’, kemudian Thawali’. Lawaih seperti kilatan cahaya, tidak akan tampak sehingga cahayanya tertutup. Dalam syair dikatakan :
Kami berpisah setahun
Ketika kami bertemu
Seakan salamnya padaku
Salam selamat tinggal
Mereka berkata :
Wahai orang yang berjalan,
Dan bukan pezarah sebenarnya
Seakan ia terkena api
Lewat di depan pintu rumah tergesa-gesa
Padahal tak ada bencana
Jika ia memasukinya

Sedangkan Lawami’ lebih jelas daripada Lawaih. Hilangnya cahaya tidak secepat itu. Lawami’ disinari cahaya beberapa waktu. Namun seperti ucapan syair : Dan mata menangis, tak puas-puasnya memandang.
Dalam syair mereka berkata pula :
Tak sampai air  wajahnya di mata
Kecuali telah penuh
Sebelum puasnya mendekat
Bila telah tampak cahayanya, ia memutus dirimu dan mengumpulkanmu dengan cahaya itu. Tetapi cahaya siangnya tidak berlalu sampai pasukan-pasukan malam menyerang. Mereka beada di antara pasukan Ruh dan Nuh. Karena mereka berada di antara Kasyaf dan Sitr. Mereka bersyair :
Sedang malam mengandung kita
Dengan dinginnya yang mencekam
Sementara subuh, menyingkap selimut kita.

Thawali’ lebih lama dan abadi waktunya, lebih kuat dominasinya dan lebih abadi ketetapannya. Thawali’ mampu menghapus kegelapan dan menyirnakan keraguan. Tetapi tetap berada dalam bisikan yang lenyap. Tidak terlalu tinggi, tidak pula berdiam abadi. Waktu-waktu memperolehnya dengan perjalanan yang cepat dan ihwal lenyapnya berbuntut panjang.

Makna-makna dari Lawaih, Lawami’ dan Thawali’ tersebut berbeda-benda disiplinnya. Antara laian, ketika kehilangan jejak, tidak sedikitpun memberkas. Sepeti kilatan-kilatan, ketika lenyap, seakan-akan malam panjang nan abadi yang ada. Ada pula yang meninggalkan bekas, apabila hllang angkanya, yang ada tinggal dukanya. 

Apabila cahaya-cahayanya asing, yang tetap beks-bekasnya. Orang akan berada di tahap tersebut setelah menghuni luapannya, hidup dalam sorotan berkatnya. Lanatas pada hamparan ke dua kalinya, ia berharap dengan waktunya untuk menunggu kembalinya cahaya itu, dan ia hidup dengan sesuatu yang ditemui, pada saat adanya itu.

Tiada ulasan: