Catatan Popular

Isnin, 27 Julai 2020

MU’ADZAH BINTI AL ADAWIYYAH Ahli Ibadah yang Jarang Tidur Nyenyak


Mu’adzah binti Abdullah Al ‘Adawiyyah Al Bashiriyyah Radhiyallahu'anha adalah perempuan ahli ibadah pada masanya.
Tak jarang ia dipanggil Ummu Sahba. Mu’adzah dikenal sebagai sosok wanita yang terpercaya, cerdas, berilmu dan senantiasa beribadah kepada Allah.
Mu’adzah merupakan istri dari seorang tabi’in yakni Shilah bin Asyyam. Setelah sang suami wafat di medan perang, Mu’adzah hidup sendiri. Ia kemudian wafat pada usia 83 tahun.
Sebagai wanita yang dikenal sebagai sosok yang cerdas, Mu’adzah beberapa kali meriwayatkan hadits. Ahli ilmu (Al Sayyidatul alimah) ini sempet berguru dengan Aisyah Radhiyallahu’anha dan beberapa sahabat di antaranya Sayyidina Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu’anhu dan Ummu Amr binti ‘Abdillah bin Zubair.
Mu’adzah memiliki beberapa murid laki-laki, di antaranya Abu Qilabah Al Jarmiyy, Yazid Al Risyk, ‘Ashim Al Ahwal, Umar bin Dzar, Ishaq bin Suwaid, dan Ayyub Al Sikhtiyaniyy yang kemudian semuanya menjadi tabi’in. Tak sedikit pula murid Mu’adzah datang dari kalangan perempuan.
Selain cerdas, Mu’adzah juga merupakah sosok yang zuhud. Baginya, kenikmatan dunia hanyalah kenikmatan semu, sementara kenikmatan akhiratlah yang abadi. Suatu ketika ia berkata, “Aku telah menjalani kehidupan di dunia ini selama 70 tahun. Selama itu pula aku tak pernah melihat sesuatu yang dapat menggembirakan hati dan mataku.”

Mu’adzah tak akan membiarkan waktunya terbuang selain untuk beribadah kepada Allah. Bahkan pada saat malam sekalipun, Mu’adzah enggan tidur nyenyak dan memilih untuk menghidupinya dengan shalat dan dzikir. Apa yang dilakukan Mu’adzah tak lain agar ia meninggal dalam keadaan mengingat Allah.
Dalam sehari semalam, Mu’adzah mampu mendirikan shalat sebanyak 600 rakaat. Pada 40 tahun terakhir dalam hidupnya, Mu’adzah tak pernah mendongakkan pandangannya ke langit seakan takzim. Menurutnya, memandang ke langit merupakan bentuk ketidaksopanan dan sombong terhadap Allah.
Semenjak kepergian sang suami, ia tak lagi tidur beralasan kasur empuk dan memilih tidur di tanah dengan harapan dapat bertemu dengan suaminya di mimpi. Sementara bila malam datang, ia sengaja memakai pakaian tipis agar dinginnya malam membuat ia terus terjaga.

Bila kantuk menyerangnya di malam hari, ia akan berkata pada dirinya sendiri, “Hai nafsu, tidur panjang (kematian) mengintai di depanmu.” Kemudian ia akan berjalan-jalan di dalam rumah untuk menghilangkan mengantuk.
Pada riwayat lain diceritakan pada siang hari, Mu’adzah berkata, “Ini adalah hari di saat aku akan mati.” Maka ia akan melakukan ibadah dan terjaga hingga sore hari. Kemudian pada malam hari, ia berkata, “Ini adalah malam di saat aku akan mati.” Maka ia akan melakukan ibadah dan terjaga hingga subuh datang.
Suatu hari, az-Zhahabi datang dan berkata pada Mu’adzah, “Aku telah mendengar kabar engkau senantiasa melakukan ibadah malam.”
Muadzah menjawab, “Aku sungguh heran dengan mata yang senantiasa tertidur. Bagaimana tidak, padahal ia tahu seberapa lama kita akan tertidur dan tak bisa melakukan ibadah lagi saat di kubur nanti.”


Tiada ulasan: