Catatan Popular

Isnin, 27 Julai 2020

NAFISAH BINTI SAYYIDINA HASAN AL AL ANWAR RA Sosok Istiqamah, Pemilik Aneka Karamah


Adalah sosok yg begitu teguh memegang prinsip istiqomah sehingga wajar apabila kemudian Allah SWT memberinya beberapa karamah (kekeramatan) langka yang jarang di miliki orang lain.

Dialah Sayyidah (sebutan untuk keturunan Nabi) Nafisah puteri dari Sayyid Hasan Al Anwar bin Sayyid Zaid Al Ablaj bin Sayyidina Hasan (Cucu Nabi) bin Ali bin Abu Thalib KRW.

Sosok perempuan tegar dalam menghambakan diri kepada Sang Khaliq ini layak di jadikan panutan oleh umat Islam pada umumnya dan Kaum Hawa pada khususnya.

Wanita mulia yang lahir di Mekkah tahun 145H& tumbuh besar di Madinah ini begitu getol & Istiqomah dalam kegiatan beribadah yang total dan berperilaku Zuhud(menghindari gemerlap duniawi)

Tak jarang beliau meneteskan deraian air matanya saat bermunajat kepada Allah SWT dan memegang erat-erat satir Ka’bah seraya mengucapkan untaian doa,”Ya Tuhanku, Ya Tuanku dan Penguasaku, berikan aku anugerahMu. Dan gembirakan aku dengan ridhaMu kepadaku, tiada jalan yang aku tempuh yang akan jadi penghalang antara Engkau dan aku.”

Zainab puteri dari Yahya Al Mutawwaj (Saudara Sayyidah Nafisah) pernah mengatakan , ”Aku pernah berkhidmat kepada bibiku Nafisah selama 40 tahun. Dan selama itu pula tak pernah sekalipun aku melihatnya tidur malam atau tidak berpuasa sewaktu siang. Sehingga aku bilang kepadanya,’ Bibi, apa engkau tidak kasihan pada dirimu?’
Dia pun menjawab,
‘Bagaimana aku akan meninggalkan kebiasaanku ini. Sementara kakiku akan menjadi jejak-jejak yg tiada di tempuh melainkan orang-orang yang beruntung.’

Menurut riwayat Al-Qusha’i bahwa suatu ketika Zainab pernah di tanya mengenai cara makannya Sayyidah Nafisah.

Dia menjawab, ”Sayyidah Nafisah itu makanya satu kali setiap tiga hari. Sayyidah Nafisah memiliki keranjang yang beliau letakkan di depan Mushallanya. Dan setiap ia menginginkan seseatu maka pasti tahu-tahu telah tersedia dalam keranjang tersebut.

Dan aku juga menyaksikan hal itu sungguh tak pernah terbayangkan oleh benakku. Dan aku tak pernah tahu siap yang memberinya. Aku merasa heran sekali atas kejadian itu.”
Sayyidah Nafisah berkata, ”Hai Zainab, barangsiapa istiqamah bersama Allah niscaya dunia ini berada dalam genggamannya dan tunduk kepadanya.”

Wanita yang masih keturunan Nabi ini tidak hanya hafal Al Qur’an saja, tapi juga hafal tafsirnya. Dia begitu istiqomahnya dalam mengaji Al Qur’an seraya berdo’a, ”Ya Tuhanku, Ya Tuanku, berikan aku kemudahan untuk berkunjung ke (maqam) kekasih-Mu Ibrahim As.”

Maka tak selang lama beliau bersama suami tercintanya, Ishaq Al Mu’taman bin Ja’far As-Shadiq mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji. Dan setelah beribadah haji keduanya menuju Mesir (Kairo) untuk tinggal di sana. Untuk sementara beliau tinggal di Al-Manshushah tepatnya di rumah seorang bernama Umi Hani’ (Salah satu familinya)

Di sekitar kediaman beliau tinggallah keluarga Yahudi bersama puterinya yang lumpuh. Suatu ketika ibunya berkata, ”Saya akan pergi ke Al Hamam dan saya tidak tahu harus berbuat apa dengan mu, apakah kami harus meendukungmu?”

Anaknya menjawab, ”Saya tak bisa membiarkan ibu merepotkan diri seperti itu.” Ibunya berkata,”Atau mungkin kamu tinggal saja di rumah hingga kami kembali?” Anaknya menjawab, ”Jangan, Bu. Titipkan saja aku di rumah Sayyidah Nafisah.”
Dan ibu anak lumpuh tersebut setuju. Kemudian diapun mendatangi kedìaman Sayyidah Nafisah seraya menitipkan putrinya tersebut dan kemudian diapun berlalu pergi.

Ketika waktu shalat Dhuhur tiba, Sayyidah Nafisah mengambil air untuk berwudlu’ dan tiba-tiba dari air wudhu tersebut ada sesuatu yang keluar dan mendekati si budak lumpuh itu.

Maka beliau mengurutkan sesuatu itu pada beberapa bagian tubuh si bocah dan secara ajaib dengan seizin Allah SWT si bocah sembuh  dari kelumpuhannya.

Ketika keluarganya pulang si bocahpun menyambut mereka dengan berjalan kaki dan tentu saja keluarga Yahudi tersebut terheran-heran melihat peristiwa ajaib itu.

Bagaimana anaknya yang selama lumpuh itu tiba-tiba bisa berjalan normal. Dan setelah anaknya menceritakan kejadian yang di alaminya maka mereka pun masuk islam.

Menurut Al Hasan bin Zulaq, selepas peristiwa menggemparkan itu banyak orang yang berdatangan ke kediaman Sayyidah Nafisah.

Beritapun kian tersebar dan orang-orangpun kian berdatangan. Namun hal itu malah membuat Sayyidah Nafisah merasa kurang enak, sehingga diapun meminta untuk pindah dari Kairo menuju Hijaz (Mekkah & sekitarnya), tempat di mana sanak saudaranya tinggal di sana.

Namun atas bujukan Al Sariy bin Hakam, penguasa Mesir saat itu agar Sang Sayyidah berkenan tinggal di Mesir, maka beliaupun berkenan tinggal di sana sampai wafat, di Kairo.

Menurut Ibnu Al Mulaqqin bahwa ketika Imam Syafi’i tiba di Mesir, beliau sering berkunjung ke kediaman Sayyidah Nafisah. Dan bahkan As-Syafi’i pernah shalat Tarawih di masjidnya Sayyidah Nafisah dan mengunjungi beliau dalam rangka meminta doa kepada Sayyidah yang di kenal dengan Istiqomah dan karomahnya tersebut.

Wallahu A’laam

Tiada ulasan: