Catatan Popular

Sabtu, 28 Ogos 2021

KITAB MUKASYAFATUL QULUB BAB 52 Ketidak Jelasan Arti Kebenaran (MENYINGKAP RAHSIA KALBU)

OLEH HUJJATUL ISLAM IMAM AL GHAZALI


Sabda Nabi SAW diriwayatkan oleh Ma'qol bin Yasar RA:

"Akan datang zaman menimpa umat manusia, dimasa itu Al Quran amat kering di hati para lelaki (umat) laksana pakaian usang di tubuh. Mereka hanya mengutamakan ketamakan yang disertai kekhawatiran. Kalau mereka berbuat baik, mereka berkata:

"Amalku akan diterima,,,".

Dan kalau mereka berbuat jahat akan berkata:

"Aku pasti diampuni".

Beliau SAW mengkabarkan bahwa mereka meletakkan ketamakkan dalam ketakutan disebabkan kebodohan mereka akan ancaman-ancaman Al Quran, Al kisah yang sama terjadi pada umat Nasrani, Firman-Nya:

"Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Kitab Taurat, yang memungut harta benda duniawi yang hina ini, dan berkata; 'Kami akan diberi ampunan'. (QS.7 Al A'raf:169)".

Maksudnya:

Sungguh mereka mewarisi Kitab Taurat, mereka orang-orang dzalim, mengambil harta benda dunia yang hina; yakni kepuasan dunia yang haram maupun yang halal.

Firman-Nya:

"Dan bagi orang yang takut saat menghadap Tuhannya (untuk menjalani hisab); ada 2 teman. (QS.55 Ar Rahman:46)".

Firman-Nya:

"Yang demikian itu, bagi orang-orang yang takut menghadap Ke Hadirat-KU dan yang takut terhadap ancaman-KU. (QS.Ibrahim:14)".

Sejak semula Al Quran selalu memberi peringatan dan ancaman buat orang yang tidak merenungkannya, kecuali susahnya akan lama dan teramat takut. Demikian ini kalau mereka sudah beriman, kemudian para manusia melecehkannya. Lihatlah,,,! Mereka mengeluarkan makhraj-makhraj Al Quran, memperdebatkan sukun, rafa' atau nashab (bacaan dalam Al Quran), yang laksana mereka hanya membaca sederetan syair orang-orang Arab. Mereka tidak tertarik mempelajari lebih dalam tentang maknanya dan mengamlkan apa yang diserukan. Adakah semua makhluk tertipu yang melebihi tipuan ini!.

Masalah yang hampir sama terjadi pada golongan yang mencampur adukkan antara kebenaran dan kebatilan. Hanya saja, kejahatan mereka lebih besar dan mereka mengharapkan ampunan. Lalu mereka mengira timbangan amal baiknya lebih besar, sekalipun kejahatannya lebih besar. Mereka tidak merasakan dan inilah puncak kebodohan.

Kemudian melihat orang-orang bersedekah beberapa dirham dari barang haram atas halal, dari apa-apa diambil dari orang Islam atau barang subhat, adalah lebih banyak dan berlipat-lipat. Mungkin sedekah itu berasal dari harta orang-orang Islam. Dia mengandalkan sedekahnya dan menyangka bahwa sedekah 1000 dirham dari barang haram mampu mengimbangi sedekah 10 dirham dari barang haram atau halal. Sama artinya meletakkan 10 dirham di daun timbangan dan 1000 dirham di timbangan lain, guna mengangkat daun timbangan berat dengan timbangan yang ringan. Ini juga puncak kebodohan.

Diantara mereka ada yang menyangka bahwa ketaatannya lebih banyak daripada kemaksiatannya. Mereka menganggap pekerjaan taatnya untuk memohon ampun kepada Allah SWT dengan lidahnya; atau bertasbih sehari 100X lalu menggunjing sesama muslim, dia sama dengan merobek harga diri mereka dan berbicara yang tidak diridhoi Allah SWT sepanjang siang tanpa batas dan hitungan. 1000X bertasbih misalnya, ia pun menggunjing 1000X bahkan lebih. Allah benar-benar mencatat dan mengancam dengan siksa-Nya. Allah SWT berfirman;

"Tiada 1 ucapanpun yang diucapkan kecuali selalu ada didekat para malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS.Qoof:18)".

Orang semacam ini selalu mengandalkan tasbih-tasbih dan tahlilnya tanpa mengoreksi (memandang) siksaan-Nya terhadap dosa-dosa menggunjing, para pembohong, para pengadu domba serta para munafik. Dan banyak lagi bahaya-bahaya lidah, dan jelas-jelas sikapnya adalah tipuan murni. Andaikan para malaikat pencatat amal menuntut jasanya ketika mencatat pergunjingan atau amalannya, sementara para penggunjing tetap aktif bertasbih, tentu amal-amal tasbih tidak lebih sekedar upah para malaikat. Semua itu tidak lain kecuali bencana besar bagi orang yang mau merenungkan. Sungguh, kita benar-benar dibawa kearah arus kekafiran yang selalu menentang. Dan bila kita membenarkan, kita pun akan ikut-ikutan menjadi orang tolol.

Maka Maha Suci Tuhan, lewat penjelasan ini telah diantarkan pada kesadaran dan yakin. Tuhan amat nyata dan jelas, untuk menguasakan semisal kelalaian dan tipuan terhadap beberapa hati, seharusnya selalu takut dan hati-hati terhadap semua tipu daya yang selalu mengutamakan angan-angan batil dan dalil-dalil syetan yang disertai hawa nafsu.

Tiada ulasan: