Syaikh Abdullah bin Ahmad az-Zubaidi ra. bertanya:
“Bagaimana hukumnya seorang yg melakukan amal amal kebajikan karena semata-mata ingin mendapatkan balasan pahala?”
al-Allamah al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad ra. menjawab: “Ketahuilah bahwasanya mengharapkan pahala dari amal² kebajikan yg dilakukan oleh seseorang adalah perbuatan yg terpuji dan hal itu dilakukan juga oleh salafunas shalihin yg terdahulu. Sebab, manusia diciptakan dalam keadaan lemah dan miskin. Karena itu setiap orang membutuhkan mendapat karunia Allah Ta’ala, apalagi dari amal² kebajikan yg telah ia lakukan.”
Sebenarnya jawaban diatas dapat dimengerti, adapun untuk membicarakannya lebih jelas diperlukan waktu yg cukup lama. Akan tetapi perlu kami terangkan sedikit tentangnya sebagai berikut: “Ketahuilah bahwa para pelaku amal² kebajikan ada tiga kelompok.
Di antaranya ada yg melakukan amal² kebalikan karena takut disiksa apabila tidak melakukannya. Kelompok ini disebut al-khaaifun, atau kelompok yg takut dari siksa Allah Ta’ala.
Adapula yg disebut kelompok ar-raajun. Mereka adalah orang² yg melakukan amal² kebajikan karena berharap pahala dari Allah Ta’ala. Adapula yg disebut kelompok al-aarifun. Mereka adalah orang² yg melakukan amal² kebajikan karena menjalankan perintah Allah Ta’ala.
Akan tetapi, kelompok al-aarifun juga mempunyai rasa takut mendapat siksa dan berharap mendapat pahala. Demikan pula kelompok al-khaaifun juga mempunyai perasaan yg sama dengan kelompok al-aarifun. Akan tetapi, seseorang akan dinilai menurut kecondongan perasaannya masing².
Ahli tasawuf menilai cukup rendah atas seseorang yg melakukan amalan kebajikan karena berharap mendapat pahala atau karena takut siksa. Penilaian mereka mengisyaratkan bahwa yg melakukan amal² kebajikan hanya semata-mata menjalankan perintah Allah Ta’ala, maka nilainya lebih utama dari seseorang yg melakukan amal² kebajikan karena mengharap pahala dan takut siksa.
Akan tetapi kedudukan sebagian orang adakalanya lebih tinggi dari kedudukan yg lain. Yg dapat menentukan kedudukan seseorang di sisi Allah Ta’ala hanya Allah Ta’ala semata, bukan yg lain.
Sebagai seorang hamba, ia hanya diwajibkan menjalani perintah²Nya, ia boleh berharap pahala dan takut siksa dan ia pun boleh tidak mempunyai kedua perasaan tersebut, karena hanya menjalankan perintah yg hanya diwajibkan baginya. Tetapi ketiga kelompok tersebut diharuskan menjalani seperti yg diperintahkan kepadanya.
Sebagian ahli ma’rifat menilai rendah seseorang yg melakukan amal kebajikan karena mengharap pahala dan takut siksa. Andaikata tidak ada keduanya, pasti mereka tidak akan melakukan amal kebajikan sedikitpun, bahkan di hatinya tidak ada rasa hormat sedikitpun kepada Allah Ta’ala, yg menyebabkan ia mau menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Penilaian semacam itu masih misteri kebenarannya, kalau tidak kita katakan penilaian semacam itu adalah salah. Menurutku, melakukan amal² kebajikan karena menjalankan perintah dan berharap pahala dan takut siksa merupakan perbuatan yg baik dan cukup terpuji. Bahkan para wali Allah Ta’ala melakukan amal² kebajikan dengan didasari tiga perasaan tersebut.
Hendaknya setiap orang mengetahui kewajibannya dan melaksanakannya dengan baik. Janganlah ia seperti pegawai yg buruk perangainya, ia tidak akan bekerja jika ia tidak diberi upah dan janganlah pula ia seperti budak sahaya yg buruk perangainya, ia tidak akan berlaku baik jika ia tidak takut dipukul.
Sebaiknya ia melakukan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi Iarangan-Nya dengan sebaik-baiknya, karena hanya Allah Ta’ala lah Tuhan yg berhak memerintah dan melarang. Adapun mengharap pahala daripada-Nya ataupun takut akan siksa-Nya, boleh saja ia lakukan. Karena cara seperti itu cukup bagus serta adil. Dan cara seperti itu juga dilakukan oleh orang² shaleh dan kaum ulama terdahulu.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan