Catatan Popular

Isnin, 30 Disember 2024

WASIAT 8: WASIAT IHWAL BERPEGANG KEPADA KALIMAT TAUHID

 Kitab Al-Washaya li Ibn al-‘Arabi

Tetaplah engkau berpegang pada kalimat Islam, yaitu ucapanmu: La ilaha illa Allah.

Kalimat itu adalah zikir yang paling utama lantaranmengandung tambahan ilmu. Rasulullah SAW bersabda: “Seutama utama ucapanku dan ucapan para nabi sebelumku adalah kalimat ‘La ilaha illa Allah”.

Kalimat itu menggabungkan penafian (al nafy) dan penetapan (al-itsbat). Pembagiannya pun terbatas. Tidak ada yang mengetahui kandungan kalimat ini kecuali orang yang mengetahui timbangannya danapa yang engkau timbang, sebagaimana di ungkapkan dalam sebuah hadis yang kami sebutkan dalam menunjukkan hal itu.

Ketahuilah bahawa kalimat itu adalah kalimat tawhid. Tidak ada sesuatu pun yang menyamainya, maka tawhid bukanlah satu dan pasti dua, dan seterusnya. Yang dapat ditimbang adalah yang sama dan sebanding, dan juga yang sama, meski tidak sebanding.

Kebanyakan ulama berpendapat bahwa syirk – lawan dari tawhid – tidak ada pada diri seorang hamba yang memiliki tawhid.

Sebab, ada dua jenis manusia, entah ia seorang Musyrik atau Muwahhid (ahli tawhid).

Tawhid hanya bisa menimbang syirk, dan keduanya tidak berkumpul didalam satu sisi timbangan. Kalimat itu tidak dapat masuk dalam timbangan , sebagaimana diungkapkan di dalam sebuah hadis.

Bagi orang yang memahami dan mengujinya, hadis ini hadis sahih dan berasal dari Allah.

Allah berfirman: “Sekiranya tujuh langit dan tujuh bumi yang di ciptakan oleh zat selain selain diri Ku diletakkan pada sisi timbangan yang satu dan ‘La ilaha illa Allah diletakkan pada sisi timbangan lain, maka la ilaha illa Allah akan mengalahkannya, yakni lebih berat darinya”.

Dia hanya menyebutkan langit dan bumi, karana timbangan tidak memiliki tempat kecuali di bawah lingkup orbit planet planet yang tetap beredar di sidrah al-muntaha, yang menjadi tempat berakhirnya segenap amal perbuatan hamba hamba Allah.

Amal amalperbuatan ini diletakkan dalam timbangan. Timbangan itu tidak melampaui tempat yang tidak mungkin dilewati segenap amal perbuatan itu sendiri.

Kemudian Dia berfirman : “ Dan diciptakan oleh zat selain diri Ku.”

Padahal tidak ada satu zat pun yang menciptakannya selain Allah.

Maka, yang dikabarkan itu cukup dilakukan dengan isyarat.

Dalam ungkapan umum di kalangan para ulama ar-rasum, zat yang dimaksudkan ialah yang disekutukan dengan yang lain, yang dikukuhkan oleh orang Musyrik. Kalau Allah memiliki sekutu dalam penciptaan, niscaya la illaha illa Allah pasti mengalahkannya dalam hal timbangan, kerana la illaha illa allah kuat dari segala sesuatu.

Hal itu itu disebabkan orang Musyrik mengutamakan Allah atas apa yang dijadikan sekutu Nya. Maka Allah berfirman tentang mereka: Mereka berkata, ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah lebih dekat lagi” (QS Az Zumar, 39:3)

Apabila diangkat timbangan wujud, dan bukan timbangan tawhid, maka la ilaha illa Allah masuk ke dalam timbangannya.

Sedikit demi sedikit tawhid orang orang Musyrik pun masuk ke dalam tawhid keagungan, maka la ilaha illa Allah menyucikan dan mengalahkannya.

Kerana jika penciptanya bukan selain Allah, maka kalimat itu, yakni la ilaha illa Allah, tidak akan dapat mengalahkan timbangannya.

Ringkasnya, Dia adalah Allah. Maka, ke mana ia akan cenderung? Ia hanya akan cenderung pada salah satu dari dua sisi timbangan.

Adapun bagi pemilik catatan (sijjil), maka sisi timbangan itu tidak akan miring kecuali dengan kartu catatan (al-bithaqah), kerana yang memegang sisi timbanagn itu adalah timbangan itu sendiri disebabkan oelh la ilaha illa Allah di lafalkan oleh orang yang mengucapkannya, dan malaikat pun menuliskannya . itulah la ilaha illa Allah yang ditulis dan di ciptakan di dalam ucapan (nuthq). Kalau kalimat itu diletakkan pada setiap orang, maka ia tidak masuk neraka karana melafalkannya.

Allah hanya ingin agar yang mendiami tempat pemberhentian (ahl al mawqif) mengetahui keutamaanya atas pemilik catatan (shahib al-sijjilat). Tetapi ia tidak akan melihat dan mendapatkannya kecuali setelah masuknya orang orang yang Allah kehendaki dari penganut tawhid ke dalam neraka. Jika seorang penganut tawhid tidak diam di tempat pemberhentian maka Allah menakdirkannya masuk neraka. Setelah itu ia dikeluarkan dengan syafaat atau pertolongan Ilahi ketika didatangkan pemilik catatan. Ini kerana Allah adalah pemilik permulaan dan penutup.


Tiada ulasan: