Catatan Popular

Isnin, 30 Disember 2024

WASIAT 10: IHWAL MEMBIASAKAN DIRI MELAKUKAN SEGALA SESUATU YANG DIWAJIBKAN ALLAH

Kitab Al-Washaya li Ibn al-‘Arabi

Hendaklah engkau tetap melakukan apa yang diwajibkan Allah kepadamu dalam bentuk yang Dia perintahkan untuk engkau tegakkan. Jika engkau menyempurnakan kewajibanmu, dan engkau wajib menyempurnakannya, maka saat itu – luangkanlah diantara dua kewajiban itu untuk melakukan berbagai sunnah (al-Nawafil).

Jangan sesekali engkau meremehkan dan menganggap kecil amal perbuatanmu.

Sebab Allah tidak meremehkannya ketika Dia menciptakkannya.

Dia tidak membebankan sesuatu di atas pundakmu tanpa memberikan penjagaan dan pertolongan Nya hingga membebanimu dengan keberadaanmu dalam tingkatan yang paling agung di sisi Nya. Kerana engkau adalah tempat wujud buat apa yang dibebankan kepadamu.

Oleh kerananya, pembebanan (taklif) itu hanya berkaitan dengan perbuatan-perbuatan mukallaf, yakni mereka yang dikenakan kewajiban. Maka taklif itu pun berkaitan dengan mukallaf dalam perbuatannya, dan bukan dalam hal dirinya.

Ketahuilah bahawa jika engkau terus menerus memnunaikan berbagai kewajiban, maka engkau pun dekat kepada Allah dengan kedekatan yang lebih dicintai Nya. Jika engkau memiliki sifat ini, maka engkau pun menjadi telinga dan mata Al-Haqq.

Dia mendengar dan meilihat hanya dengan dirimu. Maka tangan Al-Haqq pun menjadi tangan mu: “ Orang – orang yang berjanji setia kepadamu sesungguhnya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka (QS Al-Fath, 48:10).

Tangan mereka, yakni tangan Allah, ada di atas mereka. Itulah tangan-tangan yang mengucapkan janji setia atau baiat. Pelakunya adalah Allah. Kerana itu, tangan mereka adalah tangan Allah.

Dengan tangan itu pula Allah membaiat. Merekalah yang dibaiat. Semua sebab itu adalah tangan Al-Haqq yang memiliki kekuasaan yang menciptakan berbagai akibat. Inilah kecintaan paling agung yang diungkapkan oleh teks (An-Nashsh) mulia, sebagaimana di dalamnya- diungkapkan juga berbagai sunnah.

Mengerjakan berbagai sunnah secara terus menerus akan melahirkan kecintaan Ilahi yang terpelihara.

Sebab Al Haqq mendengar dan melihat hamba Nya, sebagaimana pula keadaan sebaliknya, dalam kecintaan menunaikan berbagai kewajiban (Al-Fara’idh). Kewajiban adalah ibadah paksaan, dan memang begitu prinsipnya.

Sementara itu bahagian (Al-Far’) iaitu tambahan (An-Nafl) adalah ibadah pilihan.

Didalam berbagai sunnah, al-Haqq mendengar dan meilihatmu. Ia dinamakan an-nafl’ kerana merupakan tambahan, persis seperti halnya engkau-pada dasarnya (bi al-ashalah) – adalah tambahan dalam eksistensi, sehingga (pada mulanya) yang ada hanyalah Allah dan engkau tiada. Kemudian engkau menjadi ada.

Maka , eksistensi yang baru pun bertambah. Engkau adalah tambahan dalam eksistensi Al-Haqq. Kerananya, engkau harus mengerjakan apa yang disebut an-nafl, sebab itulah asal-usulmu.

Dan engkau harus mengerjakan apa yang dinamakan al-fardh, sebab itu adalah asal-usul wujud dan berada dalam wujud Al-Haqq.

Dalam menunaikan An-Nafl’, engkau adalah milikmu sendiri. Cinta Nya kepada mu dalam hal bahawa engkau adalah milik Nya lebih agung dan lebih besar ketimbang cinta Nya kepadamu dalam hal bahawa engakau adalah milikmu sendiri.


Tiada ulasan: