1.
Pensucian Diri adalah Jalan yang harus dilalui
"Dan diri serta penyempurnaannya
(ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada diri itu (jalan) kefasikan dan
ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan diri itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya". QS. Asy-Syams(91):7-10
"Sudahkah sampai kepadamu (ya
Muhammad) kisah Musa. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah
Thuwa:”Pergilah kamu kepada fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,
dan katakanlah (kepada fir’aun):”Adakah keinginan bagimu untuk mensucikan diri
(dari kesesatan) dan kamu akan kupimpin kejalan Tuhanmu agar supaya kamu takut
kepada-Nya".
QS. An-Naazi’aat(79):15-19
- Proses pensucian diri adalah jalan yang harus dilalui agar kita selalu terpimpin di jalan Allah, sehingga manusia akan senantiasa takut hanya kepada Allah. Rasa takut kepada Allah merupakan salah satu puncak konsekuensi dari pernyataan Tauhid kita kepada Allah, yang merupakan salah satu ciri dari orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana Allah nyatakan dalam ayat di bawah ini:
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa
dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang
bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang
mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari
kiamat".
QS. Al-Anbiyaa’(21):48-49
2.
Kesucian Diri adalah Kurnia dan Rahmat Allah
"Apakah
kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya suci. Sebenarnya Allah
mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun".
QS.
An-Nisaa’(4):49
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.
Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan
itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya
tidaklah karena kurnia Allah dan Rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak
seorangpun dari kamu suci (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu)
selama-lamanya, tetapi Allah mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
QS.
An-Nuur(24):21
"Kesucian
diri merupakan Kurnia dan Rahmat Allah. Sehingga proses pensucian diri kita
haruslah sesuai dengan tuntunan Allah, jika tidak sesuai dengan tuntunan Allah
maka proses pensucian diri yang kita lakukan hanyalah langkah-langkah syaitan
yang telah memperdayakan kita".
- Maka hanya ada satu jalan (thoriqoh) pensucian diri yang benar, yaitu pensucian diri sesuai dengan tuntunan Allah.
3.
Operasional Pensucian Diri
"Sesungguhnya beruntunglah orang
yang mensucikan diri (dengan beriman), dan dia Ingat Tuhannya (Dzikir), lalu
dia sholat".
QS. Al-A’laa(87):14-15
"Dan orang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang
lain) untuk memikul dosa itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun
meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu
beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun)
mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sholat. Dan barangsiapa yang
mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya
sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali(mu)".
QS. Faathir(35):18
"Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah
untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
QS. At-Taubah(9):103
"Dan kelak akan dijauhkan orang
yang paling taqwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah)
untuk mensucikannya".
QS. Al-Lail(92):18
"Sesungguhnya Kami telah mensucikan
mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat".
QS. Shaad(38):46
"(Yaitu) orang yang menjauhi
dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil.
Sesungguhnya Tuhanmu Maha luas ampunan-Nya. Dia lebih mengetahui (tentang
keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin
dalam perut ibumu, maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang
paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa".
QS. An-Najm(53):32
"Dan barangsiapa datang kepada
Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal shaleh, maka
mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia),
(yaitu) syurga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai dibawahnya, mereka kekal
didalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang suci (dari kekafiran dan
kemaksiatan)".
QS. Thaahaa(20):75-76
"Dan rasa kasih sayang yang
mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang
bertaqwa, dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia
orang yang sombong lagi durhaka".
QS. Maryam(19):13-14
Proses
pensucian diri adalah proses menuju Taqwa, yang secara praktis dilakukan
melalui:
- Sholat, Dzikr, Do’a, Ingat Akhirat, Menjauhi Dosa-dosa Besar dan Perbuatan Keji, Takut Azab Allah, Tidak Durhaka Terhadap Allah, yang merupakan implementasi hubungan manusia dengan Allah
- Zakat, Infak, Shodaqoh, Akhlak Mulia, Tidak Sombong (mendustakan kebenaran dan menghina manusia), Berbakti pada Kedua OrangTua, Sabar, Amanah, yang merupakan implementasi hubungan sesama manusia.
- Secara Umum merupakan implementasi dari kesungguhan Iman dan Amal Shaleh yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Proses
pensucian diri inilah yang merupakan bentuk Kebaktian, Keimanan, dan Ketaqwaan
yang benar, sebagaimana Allah telah berfirman:
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke
arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
sholat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah
orang-orang yang bertaqwa".
QS. Al-Baqarah(2):177
"Kamu sekali-kali tidak akan
mencapai kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta
yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
Maha Mengetahuinya".
QS. Ali’Imran(3):92
4.Tujuan
Pensucian Diri
"Hai Jiwa yang Tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah
ke dalam syurga-Ku".
QS. Al Fajr(89):27-30
"Yaitu di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang suci (qolbun salim), dan
(dihari itu) didekatkanlah syurga kepada orang-orang yang bertaqwa".
QS. Asy-Syu’araa’(26):88-90
Lihat juga: QS. Ash-Shaffaat(37):84
Jiwa yang
tenang (nafsul’muthma’innah), hati yang suci (qolbun salim) merupakan ciri
orang yang bertaqwa yang diperoleh dari proses pensucian diri. Dan ketaqwaan
inilah tujuan yang harus kita usahakan untuk diperoleh, karena ketaqwaan adalah
ukuran kemuliaan manusia disisi Allah.
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal, sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
QS. Al-Hujuraat(49):13
Jiwa yang
tenang dan Hati yang suci sebagai wujud nyata dari ketaqwaan seseorang
merupakan kondisi yang harus diusahakan sebagai dasar untuk melakukan proses
Hidup Rabbani berikutnya. Sehingga dengan kondisi ini, Al-Qur’an dan As-Sunnah
dapat diterima secara murni dan benar, serta mampu diimplementasikan dalam
kehidupan, baik kehidupan individu, keluarga, masyarakat, negara, dan dunia.
Komponen-1
Sistem Hidup Rabbani, yaitu membaca ayat-ayat Allah lebih diprioritaskan untuk
mengkondisikan akal, pikiran, rasio, logika, atau apapun istilahnya, yang
berkaitan dengan daya nalar manusia, bahwa Alam Semesta beserta isinya
benar-benar diciptakan Allah dan Al-Qur’an benar-benar datang dari Allah Yang
Maha Pencipta. Sedangkan Komponen-2 Sistem Hidup Rabbani, yaitu Pensucian Diri
lebih diprioritaskan untuk mempersiapkan diri dalam rangka menerima dan
melaksanakan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup.
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka keberatan terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. QS. An-Nisaa’(4):65
Tiada ulasan:
Catat Ulasan