Catatan Popular

Sabtu, 27 Disember 2025

JILID 1 : 1.10. TAUHIDUS SIFAT (KITAB BARENCONG)

[Warisan Datu Sanggul, Banjarmasin, Kalimatan Selatan]


MENGESAKAN ALLAH TA’ALA PADA SEGALA SIFAT

Maksudnya meesakan Allah Ta’ala pada segala sifat ialah : megembalikan, meninggalkan seluruh sifat-sifat yang ada pada mahkluk ini ke dalam sifat-sifat Allah s.w.t. dengan pengertian yaitu memfanakan sifat-sifat mahluk ini, kedalam sifat-sifat Allah Ta’ala sehingga tercapailah pandangan, bahwa tidak ada yang bersifat kecuali Allah Ta’ala saja.

Adapun tujuannya adalah untuk ma’rifat kepada Allah, sedangkan sifat-sifat yang ada pada mahluk ini adalah nyata sifat-sifat Allah Ta’ala. Dan sengaja Allah zahirkan sifat-sifatnya itu kepada hambanya atau makhluknya, karena rahmatnya supaya makhluk itu sendiri mempunyai tangga dan jembatan untuk mengenal sifat-sifat Allah. Dan bukan jadi dinding dan hijab untuk melihat sifat-sifat Allah, Tuhan yang kita cari, kita cintai.


Adapun kaifiat dan cara memandang sifat Tuhan itu ialah :

Engkau pandang dengan hatimu dan dengan mata kepalamu dengan hakkul yakin dan dengan itiqad yang putus, bahwasanya tidak ada yang bersifat dialam alam ini kecuali Allah. Seperti : kudrat, iradat, ilmu, hayat, sama, basyar dan kalam. Semuanya adalah sifat-sifat Allah.

Jadi sifat-sifat yang ada pada mahluk ini adalah sifat-sifat majazi belaka, bukan hakiki. Maka daripada itu nyatalah kepada kita bahwa sifat-sifat yang ada pada kita sekarang ini adalah nyata sifat-sifat Tuhan Allah semata. Kalau kita sudah mengembalikan sifat-sifat yang ada pada kita itu kepada Allah, niscaya fanalah sifat-sifat kita itu kepada sifat-sifat Allah.

Sehingga tidak ada lagi yang bersifat, kecuali Allah. Jadi jelaslah sudah kepada kita bahwa : kita ini tidak punya perbuatan, tidak punya nama dan tidak punya sifat kecuali Tuhan. Sekarang tinggal lagi mengeesakan Allah Ta’ala pada Zatnya.


BEBERAPA PENJELASAN

Sebelum kita membicarakan tentang tauhidul Zat. Maka marilah kita jelaskan dahulu tentang tauhidis sifat itu tadi. Di dalam istilah ilmu tasauf ada beberapa perkataan yang menyangkut masalah sifat itu tadi. Kata-kata itu seperti di bawah ini :

ZAIDUN MAAQAAMA, MANQALA, MANFAKA, MAAKUMA, LA’UDMA, QADIMUN, LA HANA.

Maksudnya ialah : tentang dari sifat-sifat itu sebagai berikut :

Sifat-sifat Allah itu tidaklah berdiri kepada ZAT. ( tidak berdirinya seprti sifat hitam kepada sesuatu benda ). Maksudnya tidak berpindah dari Zatnya, tidak terlepas daripada Zatnya. Dan tidak tersembunyi dari Zatnya, bukan berarti tidak ada. 

Dia qadim karena qadimnya zat, dan tidak akan binasa selamanya, jadi begitulah hakikat sifat-sifat Tuhan tidak pernah berpindah kepada makhluknya. Ia seperti nafi isbat jua, tidak bercerai dan tidak bersatu, tetapi memang satu dalam rahasia. Maka dari itu supaya hambanya dapat mengenal sifat-sifat Tuhan. Ia zahirkan NUR dan benderangnya sifat-sifatnya itu kepada Roh kita, seperti sudah kita jelaskan dahulu tadi.

Jadi kalau tahkik pandangan kita dengan cara demikian, niscaya fanalah sifat-sifat kita dan makhluk sekaliannya kedalam sifat Allah. Maka dapatlah kita rasakan bahwa : tidak mendengar kita, tidak melihat kita, tidak berkata-kata kita, tidak tahu kita, melainkan dengan pendengaran Allah, dengan penglihatan Allah, dengan kalam Allah, dengan tahunya Allah. Dan tidak hidup kita ini, melainkan hayatullah zat, hingga yang lainya daripada sifat-sifat Allah s.w.t. semata-mata. Demikianlah penjelasan hamba. Baiklah kita teruskan kepada mengeesakan Allah Ta’ala pada ZAT,agar supaya para penuntut menjadi maklum adanya.


Tiada ulasan: