Catatan Popular

Jumaat, 26 Disember 2025

JILID SATU : 1.2 DIRI KITA YANG SEBENAR-BENARNYA.

DI SINI KITA BICARAKAN SEDIKIT TENTANG DIRI KITA YANG SEBENAR-BENARNYA 

Adapun diri kita ini ada tiga bagian :

Pertama ialah diri yang sebenarnya (rahsia) – kembali pada yang haq

Kedua ialah diri terperi (Muhammad)

Ketiga ialah diri terdiri (adam).

Jadi yang pertama tadi ialah kembali kepada yang hak. Kedua ialah kembali kepada rasa Muhammad. Ketiga ialah yang betah tinggal kepada rasa adam semula. Jadi dosa besar yang tiada ampunan : kecuali kembali kepada yang sebenarnya. Insya Allah kita uraikan panjang lebar dan lebih mendalam lagi dalam pelajaran yang akan datang.


MENGENAL DIRI

Sabda Rasulullah s.a.w. : MAN AROFA NAFSAHU FAQOD AROFA RABBAHU. Artinya: “Barang siapa mengenal dirinya, niscaya mengenal akan Tuhannya”.

Jadi sebelum mengenal Tuhan, kenallah diri. Perjalanan itu kita mulai dari dalam diri kita sendiri, dari dalam terus ke dalam, akhirnya serba alam dan keindahannya dan dengan keganjilannya : hanyalah sebagai pencari diri.

Alam ini penuh dengan rahsia-rahsia yang tersembunyi. Rahsia itu tertutup oleh dinding-dinding,  dinding- dinding itu ialah hawa nafsu kita sendiri, atau yang disebut nafsu kita sendiri, atau disebut pula nafsu syaitan, atau dengan kata lain ialah : nafsu lawammah atau nafsu sawiyah atau nafsu yang batal/agiar. Dinding-dinding itu mungkin tersimbah dan terbuka, asal kita sudi menempuh jalannya, jalannya ialah : jalan yang ditempuh oleh orang arif, dan mahu mengurangi sedikit dari hawa nafsu kebendaan. Dan sanggup menyisihkan segala halangan dan rintangan yang hendak menggagalkan niat kita yang baik itu. Jadi yang hendak kita kenal ini bukanlah diri yang kasar ini. Tetapi diri yang bersifat ketuhanan.


Diri kita ini ada dua unsur : 

Pertama unsur jasad atau badan kasar. 

Kedua unsur Ruh atau badan latif. Ruh itu erat sekali pertaliannya dengan Tuhan. Memang sudah hamba katakan dahulu bahwa RUH itu adalah suatu Rahsia yang amat pelit sekali.

Jadi yang sebenar-benar Ruh itu Nur Muhammad.

Jadi yang sebenar-benar Nur Muhammad itu Sifat. Sebenar-benar sifat itu ialah Zat. Jadi Zat itu Zat Hayat, bukan Zat Hayun. Jadi Allah adalah nama Zat, dan Muhammad nama Sifat. Zat dan Sifat itu tiada bersatu dan tiada bercerai.

Sekarang marilah kita teruskan untuk mengenal diri dan mengenal Tuhan Allah Azzawazalla.

WANAN KAANAFI HAJIHI AMA FAHUWA FIL AKHIRATIA’MA WA ‘ADHOLLU SABBILA, artinya : “Barang siapa buta dalam dunia ini, niscaya buta juga di akhirat sesat di jalan”.

Seratus dua puluh empat ribu (124,000) nabi-nabi diutus Tuhan ke dalam dunia ini, adalah untuk mengajar dan memimpin umat manusia, untuk cara-cara membersihkan bathin atau qalbu, supaya dapat ma’rifat dan mengenal Allah. Tujuan utama ialah : agar memperoleh kebahagiaan jiwa, dan ketenangan bathin. Karena yang sebenar-benar Kaya itu ialah kebahagiaan jiwa dan kebersihan hati.

Inilah tujuan utama bagi alat jiwa manusia ini. Inti daripada telaga kebahagiaan itu ialah : Ma’rifatullah. Jadi siapa yang sudah Ma’rifat itulah sorga dunia dan sorga akhirat nanti. Dan siapa belum/masih terdinding itulah neraka dunia dan neraka akhirat nanti.

Jadi barang siap tidak ada hasrat memiliki ilmu ini maka samalah ia makan nasi bercampur pasir.

Ma’rifat itu adalah suatu amanah dari tuhan yang wajib kita tuntut dan kita tuju.


Tiada ulasan: