[Warisan Datu Sanggul, Banjarmasin, Kalimatan Selatan]
Makam fana ialah : Hilangnya ujud kita ini lahir dan bathin.
Bukan hilang pada nafsu ammaroh, tetapi hilang dalam pandangan makhluk, kalau kita sudah benar-benar memesrakan diri kita lahir bathin kepada Nur Muhammad dan bersatu dengan seluruh perikemanusiaan dan bersatu dengan seluruh perikemanusaiaan dan bersatu dengan seluruh alam, maka kalau sudah beroleh wasiat, hingga lenyaplah sifat-sifat Allah Ta’ala.
Inilah yang disebut dengan fana dan baqa,
1. Kudrat kita lenyapkan kepada kudrat Allah Ta’ala,
2. Iradat kita lenyapkan kepada iradat Allah Ta’ala,
3. Ilmu kita lenyapkan kepada ilmu Allah Ta’ala,
4. Hayat kta lenyapkan kepada hayatullah Zat,
5. Pendengaran kita lenyapkan kepada pendengaran Allah Ta’ala,
6. Penglihatan kita lenyapkan kepada penglihatan Allah Ta’ala,
7. Perkataan kta lenyapkan kepada perkataan Allah Ta’ala.
Maksud diatas tadi ialah :
1. wala qadirun : tiada kuasa hanya Allah Ta’ala,
2. wala muridun : tiada berkehendak hanya Allah Ta’ala,
3. wala alimun : tiada tahu hanya Allah Ta’ala,
4. wala hayyun : tiada hayat/hidup hanya Allah Ta’ala,
5. wala basyirun : tiada melihat hanya Allah Ta’ala,
6. wala sami’un : tiada mendengar hanya Allah Ta’ala,
7. wala muttakalimun : tiada yang berkata-kata hanya Allah Ta’ala.
Jadi kalau sudah begini fanalah zat kita dan sifat kita zahir dan bathin, inilah dalilnya.
1. MAUJUDUN WAHIDUN : Ujud yang empunya ujud Esa.
2. WAJATUN WAMAUSUFUN : Zat dengan empunya zat adalah Esa jua.
3. SIFATUN WAMAUSUFUN,Wahidun sifatun wahidun ; sifat dengan empunya sifat adalah Esa.
4. ASMAUN WAMAUSFUN,Wa asmaun wahidun ; nama dengan yang empunya nama adalah Esa jua.
5. AF’ALUN WAMAUSUFUN,af’alun wahidun ; af’al dengan yang empunya af’al Esa jua.
Jadi inilah yang disebt arti dan makna yang sebenarnya daripada fana dan baqa itu tadi.
Inilah arti fana dan baqa yang dituntut oleh seorang salik/penuntut/tholib/murid.
Adapun alam insan itu terhimpun kepada diatas daripada segala alam,jika bukan karena insan, sesuatu pun tiada dijadikan/dijahirkan oleh Tuhan selamanya.
Dalil menyatakan : Al insan sirri wa ana sirrohu, artinya insan itu rahasiaku dan akupun rahasianya.
Dan lagi : Al insanu sirri wa ana sirri, sifatun wasifatin lagoirih : artinya ; insan itu rahasiaku, rahasiaku itu sifatku, tiada lain daripadaku jua.
Maka dari itulah insan dilebihkan oleh Allah Ta’ala daripada malaikat ; pun demikian lah hendaknya iktikad kita adanya. Yaitu : iktiqad yang putus adanya, dan tiadanya,dan adanya.
Kalau anda sudah faham benar berarti putus itiqadnya, dan tiadanya dan adanya; maka barulah mendapat makam ARIFIN yang sebenarnya.
Baiklah hamba uraikan secara ringakas tentang; ADANYA DAN TIADANYA.
MANUNGGAL DUA UNSUR KETIDAK ADANYA : ADALAH KEADAANYA, DAN KEADAANYA ADALAH KETIADAANYA.
Sekarang baiklah kita buat contoh/missal :
Kalimah : LA ILAHA ILLALAH itu meliputi sangkalan dan pengakuan. Adalah keadaan / adanya dan tiadanya keadaannya/tiadanya, artinya : hakikat dari Tuhan adalah tiadanya? Dalam ketidak adaannya/tiadanya : DIA mulai ADA. Yang terakhir lagi disebut : keadaan yang abadi.
Itulah makna atau arti dari : ADANYA DAN TIADANYA.
Sekarang kita teruskan sedikit lagi tentang ada dan tiada. Keadaan yang abadi dan ketidak adaanya keduanya sekalian bersamaan (sekaligus bersamaan). Adalah merupakan : Ujud dati Tuhan. Sangkalan mengandung pengakuan yang positif.
Jadi disini sangkalan dan pengakuan tidaklah terpisah dan tidaklah tersentuh, maksudnya ialah : bercerai tidak , bersatu tidak : akan tetapi keduanya Nafi dan dibatasi oleh kalimah ILA dan tidak boleh masuk kedalam kalimah ILLALLAH.
Selanjutnya kita harus tahu keadaan harus memberi petunjuk yang terang tentang apa yang dianggap ada, seperti suatu petunjuk terhadap yang ditunjuk.
Jadi rumus ILLALLAH adalah yang dianggap sebagai ADA. Maka mutlak lah nama keadaan yang maha mulia dari Tuhan Allah Azzawalla, hanya untuk dialah rumus ILALLAH itu tepat. Jadi kesimpulannya adalah :
SERBA ESA,SERBA SATU, DAN HITUNGAN SEGALA JIWA-PUN ADALAH SATU (DALAM RAHASIA TUHAN).
Disini tidak ada lagi dua faham dalam ujud,tidak ada lagi dua kata dalam perbuatan,tidak ada lagi dua unsur dalam asma dan tidak ada lagi dua jenis kehidupan. Dan tidak ada lagi dua rumus dalam Zat dan Sifat segalanya : QADIRUN BI ZATIHI, MURIDUN BI ZATIHI, ALIMUN BIZATIHI, HAYUN BIZATIHI,SAMIUN BIZATIHI, BASYIRUN BIZATIHI, DAN MUTTAKALIMUN BIZATIHI
==TAMAT KITAB BARENCONG JILID SATU, SAMBUNGAN DI JILID DUA==
Tiada ulasan:
Catat Ulasan