Catatan Popular

Jumaat, 26 Disember 2025

JILID SATU : 1.1. MAKRIFATULLAH : MENGENAL TUHAN MENGENAL DIRI

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Sekarang kita teruskan pula kepada pelajaran yang kita tuju, yaitu Ma’rifatullah, artinya MENGENAL ALLAH AZZA WAZALLA. Jadi sebelum kita mengenal Tuhan, kenalilah DIRI. 

Ini sesuai dengan sabda Rasulullah s.a.w : MAN ARAFA NAFSAHU FAQAD AROFA ROBBAHU, artinya : “Barang siapa mengenal akan dirinya,niscaya mengenal akan tuhannya.”

Perjalanan itu dimulai dari dalam diri kita sendiri, perjalanan itu dimulai dari dalam terus ke dalam, akhirnya serta alam dengan keindahannya dan dengan keganjilannya, hanyalah sebagai saksi pencari diri.

Jadi sebelum kita mengenal Tuhan, maka kenallah diri, sebelum kita mengenal diri lebih dahulu, kenallah Adam lebih dahulu, dan sebelum kenal kepada Adam kenallah MUHAMMAD lebih dahulu. Demikianlah orang yang hendak mengenal diri dan mengenal akan tuhan Allah Azza Wazalla.

Baiklah kita mulai dengan ayat yang berbunyi : 

INNALAHA KHOLAQO QOBLAL ASIA INNURI NABIYUKA. “Bahwasanya Allah Taala menjadikan dahulu daripada segala rahsia itu ilah NUR NABIMU.”

Diriwayatkan oleh JABIR beliau pernah juga bertanya kepada Nabiallah s.a.w. : yaitu dijawab oleh Nabi AWWALUMA KHOLAQOL LAHU TAALA NURI NABIYIKA,YA JABIR. :”Mula mula dijakan Allah Ta’ala daripada segala rahsia itu ialah : NUR NABIMU ya JABIR.”

Maka nyatalah RUH NABI itu dijadikan dahulu daripada segala rahsia itu, dan lagi dijadikan ia daripda Zatnya jua, tetapi sebelum tuhan menjadikan NUR MUHAMMAD, Tuhan telah mengatakan dalam kitabnya Al’quranul qarim yang berbunyi : artinya : Pertama kujadikan ILMU sebelum kujadikan NUR MUHAMMAD. Maka nyatalah kepada kita bahwa : NUR MUHAMMAD.

Maka nyatalah kepada kita bahwa NUR MUHAMMAD itu jadi daripada ILMUnya dan daripada KUDRAT DAN IRADATNYA jua, seperti kata Syeh ABDUL WAHAB SYAHRANI : INNALAHA KHOLAQOR RUHUN NABIYI MUHAMMADIN MINZATIHI,WAKNOLAQOR RUHUL ALIMU MINNURI MUHAMMAD S.A.W. Bahwasanya Allah Ta’ala menjadikan Roh nabi itu daripada Zatnya jua, dan daripda ilmunya jua, dan serta qudrat dan iradatnya. Dan menjadikan Roh sekalian alam ini daripada NUR MUHAMMAD s.a.w 

Maka nyatalah kepada kita bahwa Roh sekalian alam ini daripada NUR MUHAMMAD jua.

Dan segala batang tubuh kita ini nyata daripada Adam, tetapi Nabi Adam itu dijadikan daripada tanah, seperti firman Allah Ta’ala dalam AL qur’an : KHOLAQOL INSANA MINTIN artinya : “Aku jadikan Insan Adam itu daripada tanah dan tanah itu jadi daripada Air, dan Air itu jadi daripada NUR MUHAMMAD  s.a.w. jua.”

Maka nyatalah kepada kita bahawa Roh kita dan batang tubuh kita ini jadi daripada NUR MUHAMMAD; maka wajarlah kita ini bernama MUHAMMAD. 

Dan nyatalah bahwa kalau Roh kita dan batang tubuh kita ini daripada Nur Muhammad. Maka kita ini tiada lain dan tiada bukan, pada Hakikatnya Nur Muhammad jua. 

Dan kalau telah jelas dalam hati makrifat akan hakikat Nur Muhammad itu, maka hendaklah engkau mesrakan Nur Muhammad itu kepada Roh dan kepada batang tubuhmu dan kepada seluruh kainat. Kalau sudah benar-benar mesra, insya allah engkau akan melihat keelokan zat yang wajibul wujud.

Sekarang baiklah kita teruskan kepada membicarakan tentang mengenal diri, yaitu sekalian nanti bab yang akan datang kita perdalam lagi menurut yang semestinya.

Dan Syeh ABDUL RA’UF berkata : yang sebenar-benar diri itu ialah nyawa. Yang sebenar-benarnya nyawa itu ialah Nur Muhammad. Dan yang sebenar-benarnya Nur Muhammad itu ialah sifat. Yang sebenar-benarnya sifat itu ialah zat. Tetapi di sini bukan zat hayun, tapi zat hayat.

Dan lagi kata Arifbillah : Bermula yang sebenar-benarnya diri itu ialah Roh, tatkala ia nasab sekalian tubuh, nyawa namanya. Tatkala keluar masuk nafas namanya. 

- Tatkala ia berkehendak = hati namanya. 

- Tatkala ia ingin akan sesuatu = nafsu namanya. 

- Tatkala ia memilih akan sesuatu = ikhtiar namanya. 

- Taktkala ia dapat memperbuat akan sesuatu = akal namanya. 

- Dan tatkala ia yakin akan sesuatu = iman namanya.

Jadi pohon akal itu adalah ilmu. Inilah yang disebut yang sebenar benar diri. Tetapi janganlah terhenti kepada roh itu saja, teruskanlah kepada yang hak. (kepada Allah Ta’ala).

Dan firman Allah Ta’ala dalam Al qur’an :

ANA MINNURILAH WAL ALIMU MINNUR, artinya : “Dari pada cahaya Allah, dan sekalian Ilmu daripada cahayaKu”

Tetapi Nur di sini bukan lah menurut fahaman umum yang berlaku ia bukan zat, bukan benda dan bukan materi, tetapi di atas segala-galanya. 

Insya Allah kita akan bertemu juga dengan NUR cerlang cemerlang itu. Sekarang kita teruskan kepada firman Allah : KHOLAQTUKA LIADJLI WA KHOLAQTUL ASNI LIADJLIKA, artinya : “Aku jadikan engkau karenaku ya Muhammad dan Aku jadikan sekalian alam itu karenamu ya Muhammad.” 

Jadi dengan adanya ini tadi, maka nyatalah kepada kita bahwa Nur Muhammad itu jadi daripada Nur Allah Jua, atau yang lazim disebut NUR ZAT atau NUR ILAHI ROBBI. Maka kalau demikan adanya, wajarlah kita ini dengan Zat Allah Ta’ala, sebab Zat itulah bermula segala ujud. Tidak ada yang ujud,  hanyalah Allah dan perbuatan Allah.

Maka adalagi sebuah hadis qudsyi berbunyi : AL INSANU SIRRI WAANA SIRRAHU. Artinya : “Insan itu rahasiaKu, dan Akupun rahsianya.” 

Dan lagi firman yang berbunyi : AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRI WASIFATIN WA SIFATUN LAGOIRIH, artinya : “Insan itu rahsiaku, rahsia aku itu sifatku, dan sifat itu tiada lain daripada aku jua.”

Jadi yang sebenar-benarnya insan itu manusia, yang sebenar-benarnya manusia itu ialah Af’al Allah. Yang sebenar-benarnya Af’al Allah itu ialah Sifat Allah. Yang sebenar-benarnya Sifat Allah itu ialah Zat Allah. Karena zat dan sifat itu tiada menerima tunggal; dan Zat dan Sifat itu tiada sekutu dan tiada pula bercerai. Dan barang siapa menyekutukan Zat dan Sifat, atau menceraikannya, maka tersebut dihukumkan SYIRIK KHAFI.

Orang yang mmenceraikan itu berdosa. Orang yang syirik itu syirik Jali hidupnya penuh dosa yang tiada maaf  baginya. Karena orang yang seperti itu ia merasa bahwa dirinya yang ada. 

Sabda Rasulullah s.a.w. di dalam Al hadist : yang berbunyi UJUDUKA ZAMBUN QIAASALAHU LIGOIRIH. Artinya : “Syirik Khafi itu adalah dosa besar.”

Jadi selama ujud Adam masih melekat dalam dirimu, niscaya tiada sampai semua ibadatmu walau setinggi langit. Jadi untuk melepaskan syirik khafi itu keluarlah engkau dari diri engkau. 

.


Tiada ulasan: