Catatan Popular

Isnin, 29 Oktober 2012

ABDIKAN JIWA KITA UNTUK SOLAT

Kita terdiri dari jiwa dan jasad. Kita sebenarnya adalah jiwa yang nantinya akan dipanggil Allah karena adalah milik Allah dan pasti akan satu hari dipanggil Allah.
Setiap kali kita solat, Allah memanggil jiwa kita untuk datang kepada-Nya, bukan sekadar jasad melakukan perbuatan solat. Alangkah ruginya kita apabila sentiasa hanya jasad menghadap Allah tetapi tidak jiwa kita.
Juteru,  haruslah praktik dari sekarang untuk menghadap Allah dengan jiwa yang bukan sekadar jasad.
Hakikatnya, manusia tidak sedar konsep jiwa sering kali digunakan. Umpamanya ketika mengalami musibah. Lihatlah bagaimana jiwa kita menghadap Allah dengan pasrah. Seluruhnya jiwa dihadapkan kepada Allah tanpa memikirkan hal yang lain.
Contoh yang lain ketika menyertai sukan bola atau bola jaring atau lumba lari. Sebenarnya ketika itu jiwa yang berlari ke sana sini dan badan kita hanya mengikut saja.
 Jiwa akan berasa bahagia apabila mendapat hasil yang baik dalam pelajaran atau pertandingan. Jiwa menjadi marah dan berdukacita, apabila menghadapi masalah atau ditekan oleh suasana dan keadaan.
Oleh itu, konsep jiwa sebenarnya telah lama diaktifkan. Hanya tidak disedari dan mengenali keupayaan ini. Apabila telah berupaya mengenali, abdikanlah jiwa ketika menghadap Allah dalam solat. Ketika telah siap persediaan jasad untuk solah, siapkanlah pula jiwa untuk berjalan menujunya.

 Apabila telah abadi jiwa kepada Allah, tinggalkan jasad ini melakukan perbuatan di bumi. Jiwa telah perlahan-lahan bergerak menuju Ilahi. Menuju kepada tuhan yang tiada batasan.
Sekarang bertakbirlah, “Allahuakbar”. Tangan hanya sampai di dada  tapi jiwa terus mikraj ke Allah. Perlahan-lahan bacalah doa Iftitah, dan bacalah dengan jiwa kita,yang lain dari bacaan di mulut. Diteruskan dengan al-Fatihah dan ayat yang mudah sambil jiwa terus fana’ kepada Allah.

Selanjutnya bawa jiwa untuk tunduk dan rukuk, biarkan dia turun untuk rukuk dan badan akan mengikuti saja. Lakukan dengan perlahan dan rasakan ada gerakan yang membawa jasad kita untuk rukuk. Kita rukukkan jiwa kita, selama ini hanya jasad saja kita bawa untuk rukuk. Setelah kita jatuh untuk rukuk, perlahan-lahan tempatkan tangan pada lutut dan bawa jiwa terus ke Allah dengan dalamnya, terus, terus, terus jangan berhenti, terus ke Allah dan kita akan dibawa ke satu daerah yang sangat dalam, luas tak terbatas.
Bangkitlah untuk iktidal dan bangkit juga dengan jiwa, jiwa akan bangkit dulu dan badannya akan ikut kemudian, serahkan segala pujian ke Allah (jiwa yang menyerahkan pujian ke Allah)
Kemudian bawalah jiwa kita untuk sujud ke Allah, dia akan segera untuk sujud, belum jasad kita sampai ke bawah, jiwa sudah sampai. Dan terus sujud, dengan dalamnya, terus bawa jiwa untuk sujud sehingga kita akan rasa ada gerakan ke bawah sehingga merasa menembus bumi sampai dalam yang luas tak terbatas. Rasakan ketenangan yang dialirkan Allah ke dalam jiwa ketika itu, biarkan, rasakan, nikmatilah keindahan sujud itu. Tidak mau bangun dari sujud? Ya begitulah nikmatnya yang tak terperi. Lanjutkan sujud dengan dalam. Kemudian dengan jiwa itu pujilah Allah dengan bacaan subhanarabbiyal ‘ala wabihamdi.
Bangun dari sujud dan bawa jiwa untuk duduk, jiwa akan duduk dengan sopan dan akan terus rasa dilihat Allah tanpa hentinya. Tidak perlu kita bersusah payah untuk merasa dilihat Allah. Kapan kita pergi ke Allah dengan jiwa kita, otomatis akan rasa jiwa dilihat Allah karena yang merasa itu adalah jiwa dan dia sedang menuju ke Allah yang luas tak terbatas dan yang yang sangat menenangkan jiwa ketika bertemunya. Tidak perlu dipaksa untuk sadar ke Allah karena yang sadar itu adalah jiwa dan saat jiwa itu di bawah ke Allah pasti dia sadar ke Allah sebab dia sedang ke Allah.
Bacalah bacaan duduk antara dua sujud dengan jiwamu, kemudian bawa jiwa itu sujud kembali dan duduk tahiyat akhir untuk memberikan penghormatan tertinggi kepada Allah dan salam hormat buat Rasulullah, para sahabat dan para solihin.
Diakhiri dengan salam juga dengan jiwamu.
Sahabat yang dirahmati Allah, jiwa yang selalu kepada Allah itulah jiwa yang mengingati Allah, maka di berikan ketenangan dan dilimpahi cahaya Allah yang akan membimbing jiwa itu. Jiwa yang tidak bisa melihat, tapi dibimbing oleh Yang Maha Melihat.
Bagaimana untuk membawa jiwa seluruhnya kepada Allah? Ingatilah bagaimana Siti Hajar membawa jiwanya ke Allah saat sudah tidak ada ketergantungan pada suami, pada air, pada makanan, atau pada siapa saja. Hanya ada Allah dan jiwa itu seluruhnya menyerah kepada-Nya.
Bila terasa tiada ketenangan di dalam jiwa, berhentilah sebentar dan bawalah jiwa ke Allah untuk menanyakan. Allah akan menghadiahkan ketenangan ke dalam jiwa itu dan kemudian insyaAllah di berikan petunjuk.

Tiada ulasan: