Catatan Popular

Jumaat, 19 Oktober 2012

HIKAM ATAI’ILLAH KE 13 SYARAH UST SALIM & FADHALLA : MENUJU ALLAH HARUS BEBAS DARI BELENGGU NAFSU DAN SYAHWAT

Dalam Kalam Hikmah ke13 Imam Ibnu Athaillah Askandary  menyatakan:


Bagaimana akan terang qalb(hati) seseorang yang gambar dunia terbayang jelas dalam cermin qalbnya.

Atau bagaimana akan menuju Allah, padahal ia masih terikat (terbelenggu) oleh syahwat (cinta berlebihan pada materi).

Atau bagaimana ia akan dapat masuk hadhirat Allah, sedangkan ia belum suci dari kelalaiannya, yang di sini diibaratkan sebagai janabat-nya.

Atau bagaimana boleh berharap akan mengerti rahasia yang mendalam (daqaaiqal asroor), sedangkan ia belum bertaubat dari kekeliruan-kekeliruannya.”

Dalam terjemahnya, Ustadz Salim Bahreisy ra mensyarah sbb:

Barkumpulnya dua hal yang berlawanan dalam satu tempat dan masa adalah mustahil, sebagaimana berkumpulnya antara diam dengan gerak, antara terang dan gelap. Demikian pula nur iman berlawanan dengan kegelapan yang ditimbulkan karena selalu berharap/bersandar kepada selain Allah. Begitu pun bersuluk/berjalan menuju Allah juga harus bebas dari belenggu hawa nafsu dan syahwat supaya sampai kepada Allah.

Allah berfirman:

“..Bertakwalah kepada Allah, dan Allah yang akan mengajarkan ilmu kepadamu..” (QS. Al-Baqarah[2]:282)


Dan Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa mengamalkan ilmu yang telah diaketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diaketahui.”


Suatu saat, Ahmad bin Hambal ra. bertemu dengan Ahmad bin Abil-Hawari, berkata Ahmad bin Hambal ra.: Ceritakanlah kepada kami apa-apa yang pernah kau dapatkan dari gurumu Abu Sulaiman ra.
Ibnu Abil-Hawari menjawab: Bacalah Subhanallah tetapi tanpa disertai rasa kekaguman. Setelah Ahmad bin Hambal membaca “Subhanallah” maka berkata Ibnu Abil-Hawari:
“Aku telah mendengar Abu Sulaiman ra. berkata: “Apabila qalb(hati) manusia benar-benar berjanji akan meninggalkan semua dosa, niscaya akan terbang ke alam malakut, kemudian kembali dengan membawa berbagai ilmu hikmah dengan tanpa berhajat pada guru.”
Ahmad bin Hambal ra setelah mendengar keterangan itu langsung berdiri dan duduk di tempatnya sampai tiga kali, lalu berkata: ‘Belum pernah aku mendengar keterangan seperti ini sejak aku masuk Islam. Beliau sungguh merasa puas dan sangat gembira menerima keterangan itu, lalu beliau membaca hadits Rasulullah saw tentang ilmu seperti di atas.


Sedangkan Syarah Syeikh Fadhlala Haeri dalam terjemahnya:

Qalb laksana cermin, yang memantulkan apa yang dihadapi dan diinginkannya. Cermin ini tertarik pada apa-apa yang diinginkannya dan menolak apa-apa yang ingin dihindarinya. Bila qalb yang ikhlas menghadap pada Nur Ilahi, maka ia memantulkan kebenaran yang mendalam, namun bila qalb menghadap pada dunia yang penuh perubahan dan perselisihan, maka ia akan memantulkan godaan-godaan dan realitas yang fana.
Qalb tidak bisa tercerahkan oleh penglihatan batin spiritual, jika ia tertutup dan ternoda oleh cinta-dunia, nafsu dan keinginan. Qalb harus dipersembahkan semata-mata untuk tujuan awalnya, yaitu jalan tauhid yang mutlak. Allahu Ahad.
Hidup kita ini sangat remeh dan singkat masanya bila dibandingkan dengan Agungnya penciptaan dan Harapan Allah kepada kita sebagai manusia. Nah oleh sebab itu marilah kita tidak menyia-nyiakan sedikit kesempatan yang kita miliki dengan kehidupan rutin yang biasa-biasa saja. Qalb hamba-hamba Allah al-mukhlasin (yang diikhlaskan-Nya) sangat sedikit  jumlahnya saat ini, itu pun Allah sembunyikan keberadaannya di antara keramaian semu dunia ini. Marilah kita berjuang keras dan cerdas untuk menemukan al-mukhlasin tersebut, dan setelah menemukannya, kita bergaul  santun agar kita memperoleh ilmu, hikmah, serta bimbingan dan barokah dari beliau-beliau tersebut. 
Hanya dengan mengamalkan secara kaffah (total paripurna) bimbingan al-mukhlasiin lah kita bisa mencapai Dia Al-Ahad, insya Allah.

Tiada ulasan: