Catatan Popular

Ahad, 25 Ogos 2013

AJARAN GURU SUFI FARIDUDDIN ATTAR



Dalam kitab Musyawarah Burung (Mantiqu’t Thair) mahakarya Fariduddin Attar, seorang guru sufi Persia abad ke-12, diceriterakan tentang berkumpulnya segala jenis burung menyelenggarakan musyawarah. Makhluk bersayap ini sadar bahwa ternyata kerajaan burung tak memiliki raja. Padahal tegaknya pemerintahan suatu negeri tergantung kepemimpinan sang raja. Hal ini sungguh menggelisahkan para burung.
Lalu tampillah Hudhud, burung kesayangan Nabi Sulaiman, memimpin mereka. “Aku memiliki pengetahuan tentang Tuhan dan rahasia-rahasia ciptaan,” kata Hudhud di tengah majelis. Ia bercerita bahwa sebenarnya mereka mempunyai raja sejati, Simurgh namanya, tinggal di balik gunung Kaf. Ia raja segala burung. Raja burung yang perkasa ini dekat dengan mereka, tapi mereka jauh darinya. Tempat persemayamnya tak dapat dicapai karena jalan menujunya tidak dikenal, dan tak ada yang berteguh hati mencarinya, meskipun ribuan makhluk melewatkan hidupnya dalam kerinduan. Ia bermandikan kesempurnaan, keagungan, dan kesucian. Di muka Simurgh tergantung seratus ribu tabir cahaya dan kegelapan. Ia tak menampakkan diri sepenuhnya meski di tempat persemayamannya sendiri, bahkan jiwa yang paling suci pun tak dapat melukiskannya, dan akal budi tak pula dapat memahami.
Uraian Hudhud memikat majelis burung. Dengan penuh semangat, majelis membicarakan keagungan raja mereka. Lalu mereka tak sabar lagi, ingin segera berangkat bersama-sama mencarinya. Tapi ketika menyadari betapa jauh dan sulitnya perjalanan yang akan ditempuh, banyak yang jadi ragu. Mereka mengurungkan niat berangkat dengan dalihnya masing-masing. Bulbul, misalnya, tak mungkin meninggalkan tempat karena begitu besar hasratnya untuk menyanyikan senandung cinta. Merak dan burung Hantu enggan meninggalkan harta dan kemewahannya. Rajawali tak ingin melewatkan kegembiraan melayani raja maupun berburu menurut kesukaannya. Burung Gereja mengeluhkan keadaan fisiknya yang lemah. Itik dan bangau sudah merasa puas di permukaan air. Namun, akhirnya Hudhud mampu meyakinkan mereka.
Perjalanan menuju Simurgh satu-satunya tujuan dalam hidup, meski amat sukar ditempuh karena melewati tujuh lembah, yakni lembah pencarian, lembah cinta, lembah keinsyafan, lembah kebebasan dan keterlepasan, lembah keesaan, lembah keheranan dan kebingungan, lembah keterampasan dan kematian. Hanya dengan cinta dan penyerahan diri segala kesulitan dapat diatasi. Mereka pun berangkat.
Ribuan burung tidak berhasil sampai di tujuan akhir perjalanan, sebagian mati kehausan atau dimangsa harimau, sebagian tersesat di hutan dan di gunung, sebagian lagi letih dan tak sanggup melanjutkan perjalanan. Akhirnya tinggal 30 ekor saja yang sampai di istana Simurgh. Dan ketika tabir demi tabir dibuka dan mereka bertatap muka dengan Sang Raja, mereka pun takjub dengan pemandangan yang dilihatnya. Ternyata mereka tak berbeda dengan-Nya. Tiga puluh (si-murgh) burung adalah Simurgh, dan Simurgh adalah tiga puluh burung itu sendiri

Tiada ulasan: