Catatan Popular

Isnin, 26 Ogos 2013

AL-KHAWATIR (7) BISIKAN-BISIKAN JIWA (KUNCI KE ALAM SUFI)

Khawatir ( Bisikan-bisikan jiwa)

Allah Ta’ala berfirman’ ” Dan jiwa serta penyempurnaannya. Maka Allah mengilhamkan pada jiwa itu kefasikannya dan ketakwaannya” ( QS.91 : 9 : 7-8 ).
 
Menisbatkan ilham kesesatan kepada Allah ta’ala merupakan etika yang buruk. Ilham sesat mesti dinisbatkan pada setan. Rasullulah saw berkata’ ” Satu bagian dalam diri manusia bagi malaikat dan satu bagian bagi setan.” Maka kata ganti ha ( dhamir) yang ada dalam ayat di atas, yang pertama merujuk kepada setan dan yang kedua merujuk kepada malaikat, karena tidak layak memperbandingkan Pencipta dengan makhluk.

Setan, ada yang kasat mata seperti jin dan manusia, dan ada yang tidak kasat mata (maknawi). Yang tidak kasat mata yakni setan memberi satu pintu yang asalnya benar dalam agama kepada manusia, setelah itu manusia menegaskan satu pendapat dalam dirinya, ia di pengaruhi beberapa makna yang tidak bisa ia tolak, sampai setan menjadi muridnya dan belajar darinya. Kemudian setan mengemukakan satu masalah umum padanya yang disepakati jiwa, dan dari kesamaran ini muncul berbagai hal yang jika ia mengungkapkannya maka iblis belajar kesesatan.

Supaya bisa memilah antara bisikan hati yang berasal dari jiwa dengan yang bersal dari setan, ketahuilah bahwa jiwa ( nafs) berdiam diri pada satu maksiat yang ia perintahkan, sedangkan setan akan membisikan satu bentuk kemaksiatan dan kemudian meninggalkannya untuk membisikan bentuk kemaksiatan lainnya, dan seterusnya demikian. Setan tidak tetap dalam satu kemaksiatan. Pertama kali setan akan mengajari jiwa tentang satu kemaksiatan, kemudian menyerahkan diri anda pada jiwa anda, jiwa itulah yang menyuruh anda melakuka maksiat setelah ia mencicipi manisnya maksiat itu. Jika mengingat Allah Ta’ala, maka setan akan menyingkir, tinggallah jiwa menyusahkan waktu anda dan anda tidak bisa mengeluarkannya kecuali dengan pertolongaan Allah Ta’ala, sedangkan setan, jika diperangi ia lemah.

Sekelompok orang memahami bahwa setan adalah musuh bagi mereka, maka mereka sibuk memeranginya, dan itu membuat mereka lupa mencintai Kekasih. Sekelompok lain memahami bahwa setan adalah musuh mereka dan Allah adalah kekasih mereka, maka mereka sibuk mencintai sang Kekasih, mereka tidak perlu memusuhi setan. Dan Allah Ta’ala dengan karunianya, menjadikan setan, jiwa dan manusia sebagai wadah kehadiran, maka tak ada seorangpun yang memasuki kehadiran, kecuali yang menguasai mereka.

Dalam penampakan lahirnya, jiwa dan setan merupakan bencana ( niqmat) bagi orang yang mengikuti keduanya serta terhijab oleh keduanya, sedangkan bagi para wali, Allah mengantikan kedudukan keduanya dengan kebaikan. tidak ada sesuatupun yang menimpa para wali melainkan karunia Allah.

Ilmu Laduni

Ilmu laduni merupakan ilmu yang niscaya ada pada asal penciptaan, seperti ilmu yang di miliki hewan-hewan, burung-burung dan anak kecil, dengan berbagai manfaat dan mudaratnya ” Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:…( Qs. 16: 68 )

Allah memberikan ilmu laduni kepada anak yang baru lahir dari rahim ibunya, lmu ini tidak dicari dan dipikirkannya. Pemberian ini terus berlangsung sampai si anak memiliki nalar dan imajinasi. Ketika nalar dan imajinasi yang di milikinya bertambah, ilmu laduni yang diterimanya lenyap sampai habis, kemudian ruhnya menyerap ilmu dari pikiran dan nalar atau imajinasi yang sudah di milikinya.

Kemampuan itu ada tiga: Kemampuan ilmu, amal dan berfikir

Seluruh entitas, seperti lebah, laba-laba, burung, hewan-hewan serta manusia, mendapat limpahan cahaya illahi di awal perjalanannya. Dengan cahaya Illahi inilah mereka belajar dan beramal. Kemudian muncul kemampuan ilmu dan amal yang diserap dari ilmu laduni. Seluruh ensitas menerima ilmu ini, kecuali manusia dan jin. Ketika dalam kemampuan ilmu dan amal tersebut terbentuk kemampuan berpikir, ruh mereka menerima ilmu dari pikiran. Maka bagi mereka kemampuan berpikir ini menempati tempat hakikat ketuhanan bagi entitas selain diri mereka, sehingga malaikat menyanjung kita. Malaikat memiliki kemampuan ilmu dan amal, hanya saja, kebaikan mereka di sebabkan oleh kemampuan ilmu, bukan karena amal.

Tiada ulasan: