Catatan Popular

Selasa, 18 April 2023

KITAB FATHUR RABBANI WACANA 37 : CARILAH NEGERI AKHIRAT DAN PINDAHKAN KAKI MU KEPADANYA

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Jumaat pagi, 5 Rajab tahun 545 H di Madrasah Al Ma’murahnya.

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Nabi saw. bersabda :

“Lawatilah  si sakit dan antarkanlah jenazahnya, karena hal itu suatu jalan mengenang akhirat.”(Riwayat Ahmad)

Tujuan Rasulullah saw. sehungan dengan sabda tersebut adalah agar kamu ingat akhirat, sedang saat ini kamu menjauhi peringatan itu, sebaliknya terlalu cint dunia. Tidak lama lagi di antaramu pasti diuji – tanpa perkaramu – yaitu pengambilan dunia dari genggamanmu sebagai pengganti keriangan. Wahai orang lalai, ingatlah, kamu bukan dicipta untuk dunia, tetapi dicipta untuk akhirat. Wahai orang lalai, jika kamu tetap cenderung  dunia, berarti himmahmu hanya menghantar pada syahwat, kelezatan, dan segala dunia terukur menurut uang. Di pihak lain, organ tubuhmu sibuk bermain dengannya. Jika kau diingatkan akhirat atau mati, kamu berkata : “Ah kuno, terlalu sempit!.” Tegakkan kepala untuk demikian dan demikian, peringatan mati telahdatang, seperti : “pemutihan rambut; tetapi kamu tetap ingin mengelak yaitu dengan jalan memotong atau menyemirnya. Jika mati benar-benar datang mana amalmu? Jika Malaikat Pencaut Nyawa datang, bagaimana bisa kau menolak? Jika sumber penghasilanmu tertutup, bagaimana kau menolak. Tinggalkan kegilaan ini, dunia itu terbangun di atas amal, itu baru benar, jika kamu beramal di sana tentu kelak diberi pahala, tapi jika kamu tidak beramal apa yang bisa diberikan? Dunia adalah sebuah gedung tempat meneguk, dan akhirat adalah gedung khusus untuk beristirahat. Orang beriman ketika di dunia giat meneguk tugasnya tentu ia akan leluasa beristirahat di akhirat. Tapi bagimu ama tsuka beristirahat sekarang, mengulur-ulur taubat; dari hari ke hari; dari bulan ke bulan bahkan dari tahun ke tahun; sampai habis masa taubatmu, dalam waktu dekat tentu saja kau menyesal; bagaimana aku tidak menerima nasihat, bagaimana aku tidak bangun dan membenarkan; maka akupun tidak mengenal kebenaran !.Celaka, pelepah atap kehidupanmu pecah.

Wahai orang yang terrperdaya, kehidupanmu telah tiba, inilah tempat yang kau sukai sekarang hancur, carilah kedamaian akhirat, alihkan pijakanmu ke sana! Apakah pijakan iu? Adalah berupa amal baik, mendahulukan sesuatu keperluan untuk akhirat, sampai dirimu menemukan kala sampai ke sana. Wahai orang yang terperdaya dunia, wahai penyibuk tanpa hasil, wahai orang yang menghasilkan sirr untuk bersibuk jadi pelayan dunia !

Sadarlah, akhirat itu tidak bisa dipadukan dunia, karena orang tidak dibenarkan melayani dunia, singkirkan ia dari lubuk hati, tentu kau menyaksikan akhirat. Bagaimana agar ia datang tanpa menguasai hatimu, jika ini sempurna kamu dapat panggilan untuk mendekat Allah, ketika itu akhirat jadi sunyi sedang kamu mencari-Nya, maka di sanalah kesempurnan hati yang besih dan kejernihan sirri.

Wahai sahaya, jika hatimu bersih syuhud (menyaksikan Allah) para Malaikat dan orang-orang berilmu tetap berpihak padamu, jika kamu menyaksikan Dia, maka tidak lagi butuh penyaksian dengan kebenarannya untuk dirimu, jika ini sempurna atasmu jadilah gunung tidak digetarkannya, keuntungan tidak dikuranginya, dan pandangan terhadap ciptaan yang ada dalam jiwamu tidak membekas, tidak ada goresan yang sampai menggores hatimu dan kejernihan sirrmu tidak terkotori.

Wahai sahaya, carilah maqam ini, impikanlah, jadikan himmahmu untuk-Nya, tinggalkan mencari dunia, karena hal itu tidak bakal membuat kepuasan kecuali, selain Allah tidak akan pernah memuaskanmu, karena itu rapatkanlah dirimu dengan-Nya, dengan cara itulah kamu bisa memuaskan hati, jika berhasil tentu bisa mencapai kecukupan dunia akhirat. Wahai orang lalai, butuhkan orang yang membutuhkanmu, carilah orang yang mencarimu, cintailah orang yang mencintaimu, sibukkan bersama orang- yang bermusytaq kepadamu. Kau dengan firman Allah :

Dia mencintai mereka dan mereka mencinta-Nya.” (Qs.5:57)

Sesungguhnya kamu diciptakan hanya untuk menyembah Dia, karena itu jangan mempermainkan. Aku ingin agar kamu menjalin hubungan dengan-Nya, maka kamu jangan bersibuk diri untuk yang lain, jangan mencintao-Nya merangkap ciptaan; jika kamu mencintai yang lain cintailah atas dasar kasih sayang dan kelembutan, kalau itu yang kamu kehendaki tidak mengapa, tapi jika cintamu berdasar lubuk hati; jangan lakukan karena termasuk cinta sirri, dan yang demikian tidak diperkenankan.

Nabi Adam a.s. kala hatinya hanyut mencintai taman sorga beseta taman keindahannya membawa dampak keterpisahan antara Allah dan surga – setelah diuji – lalu ia diusir dari surga dengan ujian memakan buah terlarang yang disukai Hawa, akibatnya ia dan Hawa terpisah dalam waktu yang tidak pendek, yaitu kurang lebih 3000 tahun, ia berada di Sarandib dan Hwa di Jeddah.

Nabi Ya’kub manakala hanyut pandang kepada anaknya “Yusuf” a.s. dan selalu dekat dengannya berakibat membawa perpisahan yang cukup lama. Dan Nabi Muhammad saw. ketika pandangannya hanyut kepada Aisyah – dengan berbagai perasaan – berakibat membawa cobaan menimpanya, yaitu tuduhan berbuat zina dari orang-orang munafiq yang dusta, sehingga untuk beberapa hari beliau tidak ingin melihat Aisyah. Oleh karena itu hanyutkanlah pandanganmu untuk Allah semata, bukan yang lain, kamu tak perlu berjinak-jinak untuk yang lain, taruhlah ciptaan ini di luar hati, sedang segala penjuru hati itu sendiri terpenuhi oleh-Nya.

Wahai pembaut batil, wahai pemalas, wahai orang yang enggan menerima ini, jika kamu besedia amenerima petuah-petuah dariku lalu melaksanakan apa yang daku katakan, maka laksanakanlah sepenuh jiwa, jika kau tidak bisa menundukkan kepongahan jiwa, maka yang ada hanya kebencian dan keharaman. Firman Allah :

“Berguna kepadanya apa yang diusahakannya dan yang mencelakakannya pun hasil usahanya pula.” (Q.S. Al-Baqarah 2: 286).

Kalau kamu membuat kebaikan, kebaikan itu untukmu sendiri, dan kalau kamu membuat keburukan, maka keburukan itu untuk dirimu juga.” (Q.S. Al-Isra’ : 7).

Yang demikian ini tentu akan terwujud – besok – untuk balasan amal ditempatkan di surga, dan siksa di neraka. Nabi saw. bersambda :

“Terimalah makananmu untuk orang-orang yang bertaqwa, dan berikanlah seperca kainmu kepada orang yang beriman.”(Riwayat Ahmad)

Jika kamu menyerahkan makanan kepada orang bertaqwa dan memberikan dunia kepadanya, berarti kamu menjadi teman sejawat dalam penghasilan dunia kepadanya, pahalanya sedikitpun tidak berkurang, karena kau menjadi teman (penolong)nya dalam mencapai tujuan, dan kau juga yang meringankan beban dan mempercepat mencapai garis finis menuju Tuhan. Tapi bila makanmu kau berikan kepada orang munafik yang riya’ lagi maksiat dan keberuntungannya terleteak pada perkara dunianya berarti kamu jadi teman sejwat munafik itu, maka apa yang  dikerjakan oleh munafiq itu berarti siksa yang tak terkurangi sedikitpun, karena kamu telah membantu dalam memperlancar kemaksiatan kepada Allah, oleh karenanya keburukan itupun kembali untukmu.

Wahai orang tolol, pelajarilah ilmu, karena ibadah tanpa ilmu tidak baik dan yaqin tanpa ilmu tidak sempurna, belajarlah dan amalkan niscaya membawa  bahagia dunia akhirat, jika kamu tidak sabar untuk mencapai ilmu dan beramal dengannya, maka bagaimana bisa bahagia, ilmu jika diberikan seluruhnya niscaya menarik sebagiannya.

Ada di katakan kepada ulama : “Bagaimana kamu bisa memperleh ilmu ini? Jawab : dengan menggunakan metode burung gagak, jika mencari mangsa berangkat di pagi-pagi benar, dengan kesabaran onta, dengan metode kerakusan babi hutan dan dengan metode kecemburuan anjing; sedang aku pagi-pagi benar mendatangi ulama seperti burung gagak dalam mencari mangsanya, aku sabar atas beban berat seperti kesabaran onta ketika membawa beban berat, aku lebih rajus mencari ilmu seperti kerakusan babi pada makanan apa pun – mana ada kamanan tampak di matanya tentu disantap, dan aku lebih menjaga mereka seperti kecemburuan anjing ketika menjaga rumah tuannya sampai ia diberi makan.

Wahai pencari ilmu, dengarkan penjelasan sistem mencari ilmu seperti ini, amalkan jika kamu ingin memperoleh ilmu dan beruntung. Ilmu it lambang hidup, dan bodoh itu lambang mati. Oang berilmu yang beramal lagi ikhlas dalam amalnya dan bersabar dalam masa pencariannya – demi Tuhan – tidaklah tertimpa kematian (berorientasi), karena manakala kematian telah nyata mengembalikan bentuk keberadaan dirinya kepada Tuhan, berati ia kekal hidup bersama-Nya.

Wabai Allah berikanlah ilmu kepada kami dan ikhlas dalam mengembannya.

Tiada ulasan: