Catatan Popular

Rabu, 19 April 2023

KITAB FATHUR RABBANI WACANA 45 : BERPEGANGLAH ENGKAU PADA TALI YANG KUKUH

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Jumaat, 26 Rajab tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Ma’murahnya.

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Sabda Nabi Muhammad saw. :

“Amat dilaknati orang yang berteguh dengan makhluk semisal dirinya.”

Betapa banyak orang yang terbilang mendapat laknat seperti ini, selebihnya hanya ada satu golongan manusia yang berteguh dengan Allah. Di antara orang itu adalah seperti yang difirmankan Allah :

“Sesungguhnya dia telah berpegang pada tali yang teguh.” (Qs. 2:256).

Barangsiapa berpegang teguh dengan makhluk maka ia laksana orang menggambar air, kala tangan dibuka ia tidak melihat apa-apa.

Celaka, ciptaan kau jadikan sentral kebutuhan, baik sehari, dua hari, tiga hari, sebulan, setahun atau dua tahun, padahal di akhirat mereka justru bosan dirimu. Peliharalah komunikasi bersama Allah, adukan kebutuhanmu kepada-Nya, karena Dia tidak akan pernah membosankan. Orang bertauhid dalam keteguhan tauhidnya tidak mengenal kata ayah atau ibu, keluarga atau teman, musuh atau harta, pangkat atau kediaman, semua itu tidak ada dalam hati selain bergantung di pintu Allah dan pemberian-Nya.

Wahai orang yang berbpegang teguh pada uang, apa yang ada dalam genggamanmu, tidak akan lama tentu lenyap, bahkan siksa akan menimpamu. Wahai orang tolol, pelajarilah ilmu karena Allah, amalkan ia, karena ia penuntun dirimu. Ilmu itu lambang kehidupan, ketololan itu lambang kematian. Orang benar jika usai mendalami cabang-cabang ilmu kemudian mendalami satu ilmu (spesialisasi) yaitu ilmu hati dan sirri, bila telah menekuni ilmu ini, ia menjadi pelindung agama Allah, mencegah menurut pencegahan-Nya, ia mengambil sesuatu dari tangan mereka berdasar perintah Allah; di sini berarti hukum telah mengiringi mereka dan bersama Allah dengan ilmu.

Orang arif itu selalu siaga di pintu Allah, ia dipasrahi ilmu ma’rifat, diperlihatkan segala perkara yang tidak diperlihatkan kepada orang lain, bila diperintah agar memberi, maka ia segera memberikan jal itu, jika diperintah untuk menggenggam hak itu ia pun menggengggamnya. Sertai ilmu dan ulama yang beramal dengan ilmunya, jika kamu bersabar menyertai ilmu – pertama – maka tentu ia mengikuti untuk yang kedua. Bersabarlah dalam pelayana itu, jika kamu sabar melayani ilmu, niscaya diberi kefahaman hati dan diberi cahaya batin.

Wahai manusia, serahkan perkaramu kepada Allah, karena Dia Mahatahu daripadamu, tinggalkan keleluasaannya karenadari waktu ke waktu terdapat keleluasaan. Ikutilah Allah dan bukalah pintu-Nya, tutuplah tembusan-tembusan pintu makhluq, jika hal itu terjadi dirimu dilihatkan keanehan-keanehan yang tidak terdapat pada perhitunganmu.

Tidakkah kamu sadari jika Allah menghendaki dirimu membawa manfaat untuk orang lain tentu menjadikan dirimu bermanfaat bila Allah berkehendak menjatuhkan di hadapan manusia maka hal itu menipu memperlunak dan memperketat hati mereka. Dia Mahapenghidup lagi Mahamematikan, Maha Awal dan Akhir, Lahir dan Batin, setiap permasalahan itu tidak pernah berobah bagi-Nya. Tancapkan iktikad ini dalam hati, berbaiklah dalam pergaulan bersama manusia dengan sifat-sifat lahir, sebab perrmasalahan ini menjadi tradisi orang-orang shalih yang bertakwa kepada Allah dalam segala kondisinya. Mereka juga berkeliling untuk berdakwah menurut kajian akal yang selaras dengan hati mereka – disetai akhlak mulia – yaitu akhlak Qur’an dan Sunnah, dan menyeru mereka untuk mengikuti kedua konsepsi tersebut, jika mereka menerima tentu kepayang kepadanya jika mereka lari dari kedua konsepsi itu, berakibat tanpa membawa kesan antara mereka (orang-orang shalih) dan mereka sendiri (ma’du), tanpa ada jalinan cinta kasih. Jadikan hatimu sebagai tempat ibadah, sekali-kali kamu jangan menyeru Allah bersama ciptaan. Firman Allah :

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu hanyalah untuk Allah (semata) sebab itu janganlah kamu puja siap jua pun bersama Allah.” (Qs.LXXII :18).

Jika telah mencapai peringkat ibadah ini – dari Islam ke Iman, dari Iman ke Yakin, dari Yakin ke Ma’rifat ke ilmu Mahabbah (cinta) dari Mahabbah ke Mahbubiyah, dari pencarinya ke orang yang mencarinya, jika kamu lupa tidak sampai tertinggal dan jia lalai akan teringat, jika tidur akan terbangun, jika lupa segera bangkit, jika dikuasakan segera menerima, jika diam bicara, maka semuaitu tidak akan pernah hilang; terus menerus siaga secara bersih karena ia telah terjernihkan oleh pusat hati. Seperti yang diwariskan oleh Nabi Muhammad saw : “Bahwa mata beliau tidur tapi hatinya tidak tidur. Ia melihat dari balik tabir seperti melihat wujud aslinya, setiap individu terbangkit olehnya menurut kemampuan akan keberadaannya.

Adapun Nabi saw. tidak bertaut pada seseorang pun sampai ia membangkitkannya, dan ia tidak ingin menyatukan seseorang dalam kekhususannya. Selain kaum abdal, para wali dan ummatnya yang ingin menyucup selisih makanan dan minuman. Beliau berikan setitik hamparan dan sekerat mutiara dari keagungan keramatnya, karena mereka sedia mengikuti beliau.

Orang yang menggenggam aga,a Islam tentu membantu beliau untuk mengedarkan butir-butir ilmu agama dan syariat beliau sampai kiamat. Ikutilah milad Ibrahim – pilihan Allah – yang berspekulasi mencari Tuhan melalui bintang, bulan dan matahari; yang terakhir beliau berkata : “Aku tidak suka sesuatu yang tenggelam, sesungguhnya aku menghadapkan wajah (diri) ku kepada Dzat yang mencipta langit dan bumi secara lurus dan bukanlah aku termasuk orang-orang musyrik.”

Setelah lama Ibrahim bersandar atas kekeliruan itu lalu mengenal Allah, segera beliau membenarkan-Nya, maka terbukalah pintu kebenaran dan hatinya terseruu untuk memasuki, kemudian observasi Ibrahim dijadikan contoh bersama sesuatu yang berlaku di dunia akhirat. Sedang kini beliau memahami hal itu datang dari Allah. Berpengaruh, jadilah pusat hatinya berada di sisi Allah dan menanggalkan selain-Nya, jadilah beliau sebagai penghamba mereka, ya penghamba semata untuk Allah, merdeka terhadap sesuatu selain Dia secara mutlak, di langit, di bumi Ibrahim tidak dikendalikan sesutu, justru beliau mengendalikan sesuatu itu. Tak ayal beliau menjadi pemimpin yang tidak terpimpin selain Allah, pintu terlintas di hadapannya dengan izin mutlak, tanpa penghalang atau penutup.

Wahai sahaya, jadilah pembantu manusia, karena dunia akhirat melayani mereka; yakni dimana saja mereka kehendaki segera mencomotnya dengan izin Allah, bila demikian tentu kamu diberi lukisan keberadaan dunia yang bermakna akhirat.

Wahai Allah, berilah kearifan kepada kami dan mereka, dunia dan akhirat. 

Tiada ulasan: