Catatan Popular

Selasa, 18 April 2023

KITAB FATHUR RABBANI WACANA 38 : SAKITILAH SYAITAN - SYAITAN MU DENGAN KALIMAH SYAHADAH

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Ahad pagi , 7 Rajab tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Ma’murahnya.

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Nabi Muhammad saw. bersabda :

“Sakitkanlah setan-setan yang menggodamu dengan kalimat “Laa ilaaha illallah Muhammadaur rasulullah”, karena sesungguhnya setan-setan itu bisa terssakiti dengan bacaan itu, seperti salah seorang di antaramu menyakiti ontanya dengan memperbanyak beban dan mempersarat muatan di atas punggungnya.”

Wahai manusia sakitilah setan-setan musuhmu dengan membaca “Laa Illaaha Illallah” secara ikhlas, kalimat tauhid itu mampu membakar setan-setan musuhmu; baik dari jenis manusia atau jin, karena kalimat itu perwujudan api bagi setan dan cahaya (nur) bagi orang yang bertauhid. Bagaimana kamu berucap “Laa ilaaha Ilallah” sedang dalam hatimu terdapat bermacam-macam Tuhan? Setiap sessuatu yang kau pergantungi dan kau minta tolong; selain Allah; ia kau jadikan berhala, jadi pengakuan tauhid yang keluar dari lesan itu tidak berguna jika masih disertai penyekutuan, penyucian hati tidak berguna bila disertai  pengotoran. Orang bertauhid itu menyakitkan setan dan orang bersyirik itu disakitkan setan, sedang ikhlas itu menjadi penguat ucapan dan perbuatan, karena itu jika perbuatan sunyi dari ikhlas berarti seperti kulit tanpa kerangka, dan kulit saja padahal tidak berrguna kecuali untuk bahan bakar.

Wahai Kaum Ku, dengarlah kataku, beramalllah menurut tuntutan ini karena hal itu bisa memadamkan api kerakusan dan membelah pengaduan jiwamu. Kamu jangan mendatangi tempt yang bisa menyalakan tabiat, jika demikian niscaya menghancurkan bangunan agama dan imanmu.

Tak perlu kau dengar biacara orang munafik yang suka mencipta tipudaya dan mengadu domba, karena watak mereka terleetak paa ucapan yang berisi aduan domba.

Jangalah berdiam pada lintasan peranganan, hingga ma’rifat jadi sehat, lalu baik dan sehat jelas tampak olehmu. Tundukkanlah matamu dari perkara haram, tahanlah nafasmu dari syahwat, rangsanglah nafsumu pada makanan halal, pelihara batinmu dengan muraqabah kepada Allah dan lehirmu mengikuti sunnah, jika ini terrjadi sungguh pemikiran yang bersih terjadi atasmu, ma’rifat yang bersih juga terjadi padamu.

Wahai sahaya pelajarilah ilmu, ikhlaslah sampai kamu suci dari jaringan munafiq besrta pukatnya, carilah ilmu karena Allah semata bukan karena makhluk atau karena dunia, tanda pencarian ilmu semata karena Allah adalah terletak pada rasa prasaan yang takut kepada Allah, ketika datang perintah dan larangan justru kamu merapat berendah diri di hadapan-Nya, selain itu bertawadlu kepada sesama tanpa motivasi hajat, tidak tamak terhadap apa saja yang mereka punya, bersedekah di jalan Allah dan kembali kepada-Nya, karena sadaqah di jalan selain Allah berarti menetapkan pengembalian kepada yang lain, padahal pemberian tanpa berdasar Allah berarti haram.

Sabda Nabi saw.

“Iman itu ada dua bagian, sebagian berisi sabar dan sebahagian lagi berisi syukur.”(Riwayat Syihab)

Bila kamu tiadk punya sabar pada penyakit, tidak syukur atas nikmat, berarti bukan Mukmin sejati. Di antara kebenaran Islam seseorang itu terletak dalam kepasrahan jiwanya. Wahai Allah hidupkan hati kami dengan tawakal kepada-Mu, taat dan mengenang-Mu, dengan mengikuti dan mengesakan-Mu.

Wahai sahaya, satu permasalahan penting yang bisa memperterang jiwamu adalah pengamalan Al Qur’an dan Sunnah serta ikhlas dalam mengamalkannya. Kulihat ulama-mmu itu terdiri orang-orang tolol, orang-orang zuhud di antaramu adalah para pencari dunia, amat mendambakan dunia, pasrah kepada ciptaan dan lupa Allah, padahal mendatangkan pertolongan selain Allah itu bisa menjadi sebab turunnya  laknat.

Nabi saw. bersabda :

“Amat dilaknati orang yang meminta pertolongan kepada ciptaan sepadannya.”

Juga sabdanya :

“Barangsiapa menjunjung ciptaan, maka sungguh hinalah.”

Ya, kamu perlu tahu;  jika dirimu terbebas dari ciptaan lalu menyertai Allah, niscaya kamu mengetahui rahasia apa yang ada padamu dan sesuatu apa yang terjadi atasmu, pada gilirannya diperjelas antara apa yang ada padamu dan apa yang ada pada selain kamu.

Peliharalah “tsubut” (tetap) dan “dawa,” (kekal) di pintu Allah, putuskan causalita dari saluran hati, sungguh kamu lihat kebaikan dan dunia akhirat. Nah, inilah sesuatu yang tidak sempurna, ciptan, riya’ masih bercokol dalam hati, dan apa saja selain Allah juga masih tumbuh di hatimu, karena itu tidak mungkin kamu punya kemampuan berlembut seperti kelembutan zarrah. Jika kau tidak bisa menerapkan sabar, berarti tidak berguna dan imanmu tidak ada puncaknya.

Nabi Muhammad saw. bersabda :

“Sabar termasuk sebahagian dari iman, seperti kepala termasuk dari bahagian tubuh.”

Sedang arti sabar adalah tiada pengaduan (darimu) kepada seseorang pun – ketika kamu mendapat coba – tidak bergantung pada causalita (penyebab); tidak membenci cobaan dan juga tidak merasa gembira akan kelenyapannya. Seseorang ketika berendah diri di hadapan Allah dalam situasi kefakiran dan ketidakmampuannya, sabar bersama Dia atas penarikan itu dan tidak memandang mudah sifat-sifat mubah, menyambung cahaya pada kelam dan antara ibadah dengan kasab (kerja), tentu Allah memandangnya dengan pandangan kasih, mempermudahnya beserta keluarga dengan sesuatu yang tak pernah diduga, datangnya.

Allah berfirman :

“Dan siapa yang patuh kepada Allah, maka dijadikan kepadanya jalan keluar (dari kesulitan). Dan memberi rizki kepadanya dari (sumber) yang tidak pernah diduganya.” (Q.S. Ath-Thalaq : 2-3).

Kau laksana pembekam yang mengeluarkan penyakit oang lain, sedang dalam dirimu sendiri terdapat penyakit bisul yang sulit dikeluarkan. Kulihat kau terlalu memperkaya ilmu lahir tapi bodoh ilmu batin. Di dalam Taurat tertulis : “Barangsiapa memperkaya ilmu, maka diperkaya kepedihan”, apakah kepedihan itu?; yaitu takut Allah, memperhina diri di hadapan-Nya atau kepada hamba-Nya, jika kau tak punya ilmu belajarlah.

Jika kau tak punya ilmu, amal, ikhlas, adab, baik sangka terhadap guru, maka bagaimana sesuatu bisa datang kepadamu,. Sungguh kau jadikan puncak himmah berupa dunia beserta isinya, dalam waktu dekat kau akan diperdaya; antaramu dan Dia, di mana kamu termasuk orang yang berhimmah satu, yaitu batin bermuraqabah, mereka mengolah hati seperti mengolahragakan organ tubuh – hingga pabila hal ini sempurna atas mereka, sungguh mereka terpelihara. Syahwat terpelihara oleh pancaran sirri, maka dalam hati tidak terdapat satu syahwat pun yang menetap, kecuali syahwat yang satu; yaitu mencari Allah, bertaqarub dan bermahabbah kepada-Nya, cukup sudah!

Diceritakan, bahwa suatu ketika Bani Israil ditimpa cobaan yang cukup berat, kemudian mereka berkumpul mengadu kepada Nabi mereka. Kata mereka : “Sampaikanlah kepada kami, bagaimana agar Allah meridloi kami, sekiranya hal itu bisa menjadi sebab lenyapnya cobaan ini. Segera Nabi mereka memohon kepada Allah tentang permasalahan tersebut, maka Allah pun mewahyukan kepadanya :

“Sampaikan kepada mereka jika kamu menghendaki relaku; maka sukailah orang-orang miskin, bila kamu menyukai mereka, Aku baru menyatakan rela-Ku, tapi jika kamu tetap membenci mereka, Aku tetap memurkaimu.”

Nah, dengarlah wahai orang berakal. Mengapa kamu tak henti-hentinya membenci orangporang miskin, padahal kamu mengharap ridla Allah, tidak mungkin ridla-Nya diberikan, bahkan kamu tak henti-hentinya mendapat murka-Nya. Jadikanlah pegangan kataku yang kasat ini, tentu kamu beruntung, pemegangan itu berarti penumbuhan taubat. Aku bukan tipe orang yang suka menjauh atas penuturan guru, atau kerana kekurangan dan kekerrasannya, bahkan aku lebih menjaga kepicikan bencana yang melanda mereka, jika kau di hadapannya patuh tapi kamu tidak sabar atas penuturan mereka, padahal kamu ingin bahagia. Tidak ada kemuliaan atau bahagia sampai kamu menyesuaikan diri dengan kehendaknya. Peliharalah pergaulan bersama para guru, bersesuaianlah dalam setiap kondisi, tentu bagian dunia akhirat.

Makanlah apa yang kusampaikan ini dan amalkan. Faham tanpa pelaksanaan tidak bisa disamakan, sebagaimana amal tanpa ikhlas. Seandainya kau bersabar bersama Allah, tentu bisa menyaksikan keajaiban atas kelembutan-Nya. Nabi Yusuf as. Manakala bersabar mendapat coba Allah, bahkan tak henti-hentinya beribadah dalam kurungan, berendah diri, menerima kehendak Tuhan-Nya, maka kemuliaan Yusuf pada akhirnya jadi bersih dan tahta kerajaan pun di dapat oleh kerendahan sifatnya, sehingga Yusuf as. Memperoleh kemuliaan sejak hidup sampai mati,

Nah, ini konsepsi yang harus kamu perhatikan, jika mengikuti syari’at, sabar bersama Allah, takut harap kepada-Nya, menekan nafsu rendah bersama setan-setan pengendali jiwamu, tentu kamu terlatih darimana semula dirimu berada ke peringkat lain – yang lebih tinggi – teralihkan dari sesuatu yang dibenci pada yang disukai.

Celaka, ini konsepsi yang harus kamu perhatikan, jika mengikuti syari’at, sabar bersama Allah, takut harap kepada-Nya, menekan nafsu rendah bersama setan-setan pengendali jiwamu, tentu kamu teralih darimana semula dirimu berada ke peringkat lain – yang lebih tinggi – teralihkan dari sesuatu yang dibenci pada yang disukai.

Celaka, betapa kamu tidak punya malu mencari sesuatu bukan dari Allah, padahal Dia lebih dekat denganmu daripada yang lain; kendatipun kamu tetap mencari kebutuhan itu dari sesama. Kamu punya harta sampai bertumpuk, tapi dirimu masih saja mempersempit mata pencaharian orang fakir, jika sampai mati tersingkaplah kepelitan dan penimbunan hartamu, lalu kau dipersilahkan menerima laknat. Seandainya kamu berifikir, tentu lelbih mencari percik-percikan halus dari iman yang bisa mempertemukan dirimu dengan Allah, hendaklah selalu menjalin hubungan dirimu dengan orang-orang shalih dan berakhlaq di hadapan mereka, hingga apabila menara imanmu naik dan keyakinanmu sempurna, berikhlas karena Allah, menata sopan santun, menekuniperintah serta menahan larangan, tentu semua itu terlaksana dari seluruh isi hatimu.

Wahai penyembah berhala, riya’ itu tidak mampu mencium kedekatan dengan Allah, juga, tidak dunia, tidak akhirat. Wahai penyekutu ciptaan, pengunjung mereka; sesekali mereka tidak membawa sengsara atau manfaat, pemberi atau pencegah, kamu tak perlu mengaku bertauhid jika masih bersekutu. Karena hal itu tidak berarti bagimu !.

Tiada ulasan: