Catatan Popular

Rabu, 19 April 2023

KITAB FATHUR RABBANI WACANA 48 : JANGANLAH MENGHIASI ZAHIR TANPA MENGHIASI BATIN

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Selasa petang,  8 Sya’ban tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Ma’murahnya.

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Nabi saw. bersabda :

“Barangsiapa berhias untuk manusia dengan sesuatu yang dicintai, dan menghadap Allah dengan sesuatu yang dibenci, maka Allah menjumpainya dengan dua kemurkaan.”

Dengarlah sabda Nabi, wahai munafiq secara berani kau jual akhirat dengan dunia. Wahai penjual Allah dengan ciptaan, wahai penjual sesuatu yang kekal dengan binasa, amat disesalkan perdaganganmu dan lenyap sumber-sumber kekayaanmu.

Celaka, kamu berkepentingan dengan sesuatu yang dibenci Allah; orang yang berhais diri karena manusia dengan sesuatu yang tidak ada padanya itu justru dibenci Allah. Hiasilah lahirmu dengan adab syariat dan batin dengan pembebasan diri dari ciptaan, tahanlah jalur-jalur mereka tentu memfanakan mereka dari sudut hati, hingga seakan mereka tidak terpotong. Kamu jangan bersangka bahwa mereka membawa kesulitan dan kegunaan, sungguh kamu repot oleh penghiasan diri lahiri dengan meninggalkan hati, hiasilah hati dengan tauhid, ikhlas dan menggenggam teguh perintah Allah, selalu mengenang-Nya dan mengesampingkan yang lain.

Bertekunlah untuk memperoleh iman, jika kamu telah mendapat iman bertaubatlah, takut, menyesal dan teteskan iar matamu, karena tangis itu termasuk perbuatan takut Allah, ia bisa memadamkan api maksiat atau juga bisa memadamkan kilatan murka Allah, apabila kamu bertaubat setulus hati tentu cahaya taubat itu memancar di wajah.

Wahai sahaya, bertekunlah untuk menjaga sirrimu sekiranya kamu menjaganya, jika kamu terkalahkan berarti dirimu surut, bertekunlah sampai dirimu sirna dan hanya Dia yang ada. Jadilah bersama-Nya seperti orang mati yang dimandikan atau seperti Ashabul Kahfi yang bersama Jibril a.s. Bersamalah Dia tanpa wujud, tanpa ikhtiar, tanpa perangan dalam bentuk apa pun, teguhlah di hadapan-Nya di atas pijakan iman dan menundukkan nafsu di saat ketentuan yang berat turun padamu. Iman itu tetap teguh menyertai ketentuan (qadar), sedang munafik itu menjauhinya. Orang munafik bila hari-harinya berlalu ia kering dengan niat, tetapi nafsu, tabiat plus hawanya semakin dipersarat, mata sirr dan mata hatinya buta, tampak dari luar ia meah tapi dalamnya remuk, ingatannya kepada Allah hanya di bibir bukan di hati, sedang orang beriman kebalikan orang munafiq.

Wahai manusia, jika terpaksa kamu tidak mampu mengikuti seruan ini, jadikan dirimu pada pintu dunia dan hatimu pada pintu akhirat – sirrimu di pintu Allah sampai jiwa berubah jadi hati dan mampu merasakan sesuatu yang bisa dirasa, hati berubah jadi sirr dan mampu merasakan sesuatu yang terasa, dan sirr berubah jafi fana’ yang pada akhirnya kamu tidak bisa merasakan atau tidak terasakan, lalu hidupmu hanya untuk Dia bukan yang lain. Amat beruntung orang yang mengamalkan anjuranku dan ikhlas dalam pelaksanaannya. Amat beruntung orang yang beramal dengan tangan sendiri lalu memperdekat kepada orang yang diamali kepada Allah.

Wahai sahaya, sampai kapan engkau bersekutu dengan ciptaan, bergantung kepada mereka? Kamu wajib mengerti bahwa seseorang pun di antara mereka tidak bermanfaat atau membawa kesulitan bagimu; ya, kekafiran mereka, kekayaan mereka, kemuliaan mereka dan kehinaan mereka. Peliharalah taqwa, jangan bergantung manusia atau pada matapencaharian, daya kekuatanmu, bergantunglah pada keutamaan Allah, jalinlah hatimu kepada-Nya, lalu mengenang-Nya – seperti cara peringatan para penghuni sorga di dalam sorga yang berhari seperti di hari dunia.

Wahai manusia, janganlah mengakhirkan tuntutan dan perhitungannya atas jiwamu, segerakanlah hal ini; sejak dunia sampai akahirat. Uang itu sentral neraka dan dirham itu sentral keinginan, apalagi jika berhasil menggaet keduanya dari jalur haram dan mempergunakan pada jalur haram pula. Besok akan tampak jelas bagimu, tentang ucapan yang kau ucapkan di hari ini, rupanya kamu buta dan pekak.

Sabda Nabi saw. :

“Cintamu terhadap sesuatu itu memperbuta dan memperpekak diri.”

Telanjangi dirimu dari dunia, laparkan dan dahagakan sampai Allah membusanai, menyantapi dan menemani dirimu, serahkan lahir dan batin-mu untuk Dia, jangan berangan macam-macam, bahkan jadikan Dia tanpa perwujudan dirimu. Dunia adalah negeri untuk beramal dan akhirat negeri balasan, negeri tempat pemberian dan pelimpahan. Nah, demikian yang lebih ghalib sebagai hak orang shalih, adapun yang lebih pelik buat mereka adalah orang yang bebas amal di dunia tetapi ia diberi sesuatu, diberi rakhmat dan segera mendapat peristirahatan, ini sebelum datang ke akhirat, berarti ia terputus untuk mendatangi hal wajib dan bebas dari kesunahan, karena kewajiban tidak bisa gugur oleh segala tingkah dan maqamat. Demikian kewajiban setia individu – sebagai hamba Allah – Dia Mahaganjil dari yang ganjil.

Wahai sahaya, berzuhudlah, kamu jangan memakan sesuatu disertai nafsu dan hawa karena hal itu suatu terali yang bisa menutup hati dari Tuhan. Orang beriman jika makan bukan untuk nafsu atau dengan nafsu, juga ia tidak mengenakannya atau tidak bersenang-senang, sebaliknya menjadi bekal untuk bertaqwa mentaati perintah Allah, ia makan apa yang ditetapkan lahir di hadapan Allah, ia makan disertai syara’ bukan terdorong oleh hawa. Sedang bagi Wali, makan karena perintah Allah, dan bagi Qutub makan atau penasarufannya seperti Nabi bila sedang makan, ia bertasaruf bagaimana tidak seperti itu, bukankah satu-satunya pelayan Nabi, pengganti beliau di tengah-teengah ummatnya? Ya, Qutub adalah khalifah Nabi dan Khalifah Allah, ia adalah khalifah batin serta imam kaum muslimin, orang-orang Islam tidak diperkenankan meninggalkan Qutub atau meninggal beritba’ dan mentaatinya.

Dikatakan bahwa, Imam orang Islam jika adil maka menjadi Qutub zaman, kamu jangan mengira bahwa perkara ini hanya sandiwara, sungguh itu telah menjadi bebanmu, barangsiapa menghitung perbuatan lahirmu berarti ia telah menghitung perbuatan batinmu. Tidak seorang pun di antaramu kecuali didtangkan di hari kiamat disertai para Malaikat yang setia mencatat kebaikan atau keburukan di dunia, para Malaikat sama membawa 99 Sijjil (Catatan oleh Malaikat tentang perbuatan baik atau buruk manusia), Setia Sijjil itu menyimpan satu pandangan yang menghasilkan baik dan buruk beserta segala sesuatu yang keluar darinya, lalu ia pun membaca catatan itu – jika di dunia tidak berlaku baik tentu tertulis dan tidak terbaca adanya bak di sana, karena dunia itu ssanggar hikmah dan akhirat sanggar penentuan. Dunia membutuhkan segala macam peralatan yang diakit dengan sebab penghasilan, sedang akhirat tidak membutuhkan itu semua. Bila seorang di antaramu membuka hasil yang ada di dalam catatannya segera bersaksilah seluruh organ tubuh sesuai dengan apa yang tercantum dalam catatan tersebut. Ya, setiap organ tubuh memberi kesaksian pada batas-batas segala amal yang diperbuat. Sungguh untukmu telah dicipta ketentuan yang luar biasa. Belumkah kamu mendapat berita dari Allah :

“Adakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu (hanya) bermain-main dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Qs. 23:115).

Tiada ulasan: