Catatan Popular

Rabu, 19 April 2023

KITAB FATHUR RABBANI WACANA 46 : IKUTILAH JEJAK LANGKAH RASULULLAH S.A.W

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Ahad , 28 Rajab tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Ma’murahnya.

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Dunia diperumpamakan pasar yang tidak lama lagi pasti tertutup. Tutuplah pintu penglihatan untuk ciptaan, bukalah jalan penglihatan menuju Allah, tutuplah jalan-jalan keuntungannya, causalita dalam situasi hati yang jernih dan pendekatan sirri dalam sesuatu yang memperkhusus dirimu; bukan yang umum; dari keahlian atau pengikut, tapi usahakan keuntungan selain untukmu, mafaat selain untukmu, pendapatan selain untukmu, sebaliknya carilah sesuatu yang memperkhusus dirimu dari berbagai keutamaan-Nya. Tempatkan dirimu bersama dunia, hatimu bersama akhirat, sirrimu bersama Allah, sesungguhnya kamu menyadari apa yang menjadi kehendak-Nya.

Ulama itu sebenarnya pengganti para Nabi, maka terimalah kata mereka – meliputi perintah – karena mereka hanya memerintah berdasar perintah Allah dan Rasul-Nya, juga membendung apa yang dilarang Allah dan Rasul-Nya, juga membendung apa yang dilarang Allah dan Rasul-Nya, mereka bicara sambunglah, mereka memberi ambillah, mereka tidak bergerak menurut gerak tabi’at kemanusiaan atau mengikuti letupan nafsu mereka. Mereka tidak perrnah meyekutukan Allah – dalam agama – karena terbawa oleh keinginan yang rendah. Ikutilah Rasulullah, baik menurut kata atau tindakannya. Firman Allah :

“Apa yang diberikan oleh Rasul kepadamu hendaklah kamu terima dan apa yang dilarangnya hentikanlah.” (Qs. LIX :7).

Ikutilah Rasulullah sehingga memperdekat dirimu darinya yang berarti memperdekat dengan Allah.

Wahai munafik, kau kira agama itu membawa kebencian, dan urusan yang dibawa sia-sia? Sungguh tiada kemuliaan bagimu termasuk pembujuk dan teman-temanmu yang buruk !

Wahai Allah, limpahkanlah taubat untukku dan untuk mereka, lepaskanlah mereka dari kehinaan sifat-sifat munafik dan keteguhan syirik.

Sembahlah Allah, mohonlah bantuan untuk mampu menyembah-Nya yaitu dengan mencari barang halal, karena Allah menyukai orang beriman yang tunduk, makan dari hasil halal. Dia menyukai mereka yang makan dari hasil kerja dan membenci orang yang makan tapi tidak suka bekerja. Dia menyukai orang yang makan atas hasil usaha sendiri, dan membenci orang makan dari hasil kemunafikan di samping dari hasil penggantungan kepada sesama ciptaan. Dia mencintai orang yang bertauhid dan membenci orang yang bersekutu (bersyirik). Demikian di antara syarat orang yang menyinta lagi bersesuaian dengan-Nya.

Serahkan jiwamu kepada Tuhan, relakan atas kehendak-Nya di dunia sampai akhirat. Suatu hari aku pernah mendapat cobaan maka aku memohon kepada Allah untuk kesembuhannya, tetapi justru datang lagi cobaan lain menimpaku, ketika itu aku berikhtiar, tiba-tiba ada suara berbicara padaku : “Apakah kamu hendak mengalihkan coba itu kepada kami dalam situasi permulaanmu, jika kamu benar-benar pasrah, maka sopanlah dan diamlah.”

Celaka kau, mengaku cinta Allah, ternyata kau mencinta yang lain. Dia adalah penjernih, padahal yang lain pengaruh. Bila kamu membaut keruh di atas kejernihan dengan laku menyinta yang lain – bukan Allah – justru perbuatan itu memperkeruh dirimu. Dia berbuat kepadamu tidak beda seperti yang diperbuat atas Ibrahim a.s. dan Ya’kub a.s. ketika sibuk menyeru orang tuanya dengan membakar hati keduanya. Ibrahim dan Ya’kub sama-sama diuji. Nabi kita Muhammad saw. kala cenderung sibuk kepada anak menantunya (cucu) yakni Hasan dan Husain, Jibril datang kepada beliau, katanya : “Apa kamu mencinta mereka? Nabi menjawab : “Ya benar”, Lalu Jibril berkata : “Satu di antaranya akan diracun dan yang lain akan dibunuh”.  Maka segera Nabi mengusir rasa kecintaan itu dari hati dan menghabiskan waktu untuk Tuhan, dengan demikian beralihlah kegembiraan terhadap kedua cucunya dengan kedukaan atas mereka.

Sungguh Allah amat cemburu terhadap hati para Nabi, para Wali dan para hamba yang shalih. Wahai pencari dunia, dengan laku munafiq bukalah tanganmu tentu kamu tidak melihat sesuatu pun di sana. Celaka, kamu tidak suka berusaha, kamu hanya suka duduk sambil menikmati harta orang lain dengan imbangan agama. Bekerja adalah termasuk perbuatan para Nabi seluruhnya. Bukan termasuk golongan mereka kecuali orang yang sedia bekerja, di akhirat nanti mereka mengangkat manusia atas izin Allah.

Wahai pemabuk tuak dunia, kegemerlapan dan kegialannya, dalam waktu dekat, kamu akan diluruskan dalam luang kuburmu !.

Tiada ulasan: