Catatan Popular

Rabu, 19 April 2023

KITAB FATHUR RABBANI WACANA 43 : JIKA KAMU INGIN BAHAGIA TENTANGLAH NAFSU MU

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Ahad pagi, 21 Rajab , Tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Ma’murahnya.

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Wahai sahaya, jika kamu ingin beruntung, tentanglah nafsumu dalam rangka menyesuaikan diri dengan Allah. Kamu menghijab diri berma’rifat dengan ciptaan, dan ciptaan menghijabmu dari berma’rifat Allah. Selagi kamu bersama nafsu, selama itu tidak mengenal Dia, selagi kamu bersama dunia tidak akan mengenal akhirat. Demikian halnya Allah dan makhluk tidak bisa dipadukan.

Nafsu itu senantiasa menyuruh berbuat jahat – demikian sebagian besar – lalu ia menjauhkan diri sampai kau terperintah tunduk di bawahnya dengan komando hati. Tentanglah dia dalam segala kondisi hidup, jangan kau perbantukan untuk dirimu. Allah berfirman :

“Dan diilhamkan kepadanya yang salah dan yang taqwa (yang benar)”. (Qs. XCI :8).

Olahlah dia dengan mujahadah, karena bila ia terolah sedang kamu jadi fana’, maka tenteramlah kamu bersama hati, kemudian menenteramkan hati menuju sirri, kemudian menenangkan sirri menuju Allah. Dari sini kamu jadi pusat perhatian ciptaan. Bila pengolahanmu sempurna ia terpanggil menurut kehendak hati.

“Dan janganlah kamu membunuh bangsamu sendiri, sesungguhnya Allah itu penyayang kepadamu.” (Qs. 4:29).

Hanya saja khitob ini dikemukakan oelh Allah setelah ia bersih dari keruh, tercair buruknya dan hati terharumi dengan mengenang Allah beserta Taat.

Bila ini tidak bisa diperoleh, maka jangan harap bisa dekat Allah, bagaimana kamu memperoleh kedekatan diri dari Allah sedang dirimu masih terlekati najis dan kependekan beragama; padahal kamu mengikuti setiap kehendaknya. Turuti ia dengan penuturan Rasulullah :

“Jika kamu berpagi hari maka kamu jangan perbincangkan dirimu di waktu sore, dan jika kamu bersore hari maka  jangan perbincangkan dirimu diwaktu pagi, karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi dirimu besok.”

Katakan : bagaimana apa yang kamu perbuat dan atasmu apa yang kamu perbuat. Hanya satu yang kau kerjakan tapi tidak kau berikan dengan amalmu sedikitpun, apalagi berupa amal dan mujahadah. Kebenaranmu tergantung atas penolakan musuh-musuhmu, aku lihat kamu berada di sisi ciptaan bukan di samping Allah. Berikan hak (kewajiban)mu dan sifat kemakhlukanmu, berikan hartamu sebagai hak Allah sambil mensyukuri nikmat-Nya, jika kamu tahu bahwa sesuatu yang ada di sisimu itu semata datang dari Allah di mana syukurmu, dan jika kami tahu bahwa Dia yang menciptamu, maka di mana ibadahmu, penunaian perintah-Nya mencegah larangan-Nya dan sabar atas coba, perangi nafsumu hingga memeproleh petunjuk.

“Dan orang-orang yang berjuang dalam (urusan) Kami, niscaya akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami (Qs. XLVII:7).

Kamu jangan terima ia dengan ucapan, karena ia tidak menyuruh selain keburukan, jika kamu menjawabnya, jawablah dengan perlawanan tentu membawa kebaikan. Wahai pengaku menerima kehendak Allah, padahal ia mengikuti nafsunya, amat dusta pengakuanmu. Nafsu dan Al Haq selamanya tidak bisa disatukan, dunia akhirat tidak bisa dikompromikan, barang siapa bersama nafsu berarti hilanglah kebersamaan dengan Tuhannya, barangsiapa bersama dunia lenyaplah kebersamaannya dengan akhirat.

Sabda Nabi saw. :

“Barangsiapa mencinta dunia berarti mempersempit akhiratnya, dan barang siapa lebih menyintai akhirat, berarti mempersempit dunianya.”

 Nabi saw.

Sabarlah, bila sabarmu sempurna, sempurna pula ridlamu, kemudian fana’ mendatangimu, maka segala ini jadi baik, beban terbalik jadi syukur, jauh jadi dekat, syirik jadi tauhid, berdampak kamu tidak melihat adanya ciptaan membawa dlar atau naf’, kamu tidak lagi melihat musuh, sebaliknya lebih bersandar pada pintu Allah dan bertekun diri. Ketika itu kamu tidak lagi melihat kecuali bertekun yang satu – dalam situasi yang bagaimana tidak menambat ciptaan, hanya untuk satu manusia yang bagaimana tidak menambah ciptaan, hanya untuk satu manusia dari setiap juta manusia, sampai terputus oleh jiwa yang satu.

Wahai sahaya, bertekunlah sampai mengantar kematianmu, di sana – di hadapan Tuhan – bertekunlah sampai nafsumu tersumbat sebelum ruh keluar dari tubuh, kesabaranmu terfana’ tetapi balsannya tidak. Sesungguhnya aku bersabar, karena aku lihat dampak bersabar itu terpuji; ia (naffsu) bisa mati, hanya dengan sabar dan perlawanan, maka dalam waktu dekat ia akan membawa keuntungan yang memujamu, ia mematikan lalu menghidupkan aku lalu mematikan aku, melenyapkan aku lalu menemukan aku dari kelenyapan itu, aku binasa bersamanya dan menguasai bersamanya, jiwaku bertekun dalam rangka meninggalkan ikhtiar dan iradah sampai hal itu ku peroleh, maka jadilah qadar memperkuat daku, munnah menolongku, perebuatan menggerakan aku, cemburu menjagaku, aqdar mempertaat aku, bersegera memajukan aku dan Allah mengangkat derajatku.

Celaka, kau menjauh dariku padahal aku mengisimu, peliharalah tempat di sisiku, jika tidak niscaya kamu rusak, wahai orang tolol, berhajilah kepadaku lebih dulu kemudian baru ke Baitullah, aku pintu Ka,bah, kemarilah agar aku mempelajarimu bagaimana cara berhaji; aku yang mengajarimu, karena hal itu telah dikhitob untukmu – oleh Tuhan yang punya Ka,bah. Tentu akan kamu lihat kala debu-debu bertebaran, duduklah wahai pengerat, berlindunglah kepadaku karena aku telah diberi ketentuan Allah. Manusia sama menuruhmu atas sesuatu seperti apa yang aku perintah, rela, mencegah sejalan dengan pencegahanku, adapun pencegahan mereka atasmu telah dipasrahkan kepada mereka, nasihat untukmu, maka mereka melaksanakan amanat itu.

Bersamalah dalam persinggahan, berhikmah sampau mempertaut dirimu pada persinggahan qudrah. Dunia adalah hikmah akhirat sebagai qudrah, hikmah membutuhkan perabot, kuasa dan qudrah tidak membutuhkan itu, tetapi perbuatan Allah meliputi hal itu, agar terbeda kediaman qudrah dari kediaman hikmah, akhirat di dalamnya timbul tanpa sebab, ia membicaraimu, menyaksikanmu atas perbuatan-perbuatanmu yang melanggar ketentuan Allah, di hari kiamat hijab-hijab terbuka darimu dan tampak jelas kerendahan – baik kamu bersedia atau menolak  -- tiada seorang pun masuk neraka kecuali jika berhati beku, bacalah Kitabmu dengan perantara Sunnah, resapi kandungannya, lalu bertaubatlah dari berbagai keburukan dan bersyukur atas kebaikan, ringkaslah catatan maksiat, kemudian robahlah menjadi Taubat.

Wahai sahaya, bertaubatlah melalui aku, dan menjalin sahabt denganku, jika kamu tidak menghadap aku tentu aku tidak akan bicara kepadamu. Mana mungkin ini bermanfaat bagimu; bentuk ilustrasi yang kau sukai; tanpa arti, siapa berkehendak temani aku, terimalah kataku, amalkan ia. Berapa kali aku bicara denganmu tapi kamu tidak menggubris atau mendengarnya, sebenarnya kamu membutuhkan ddiriku, bukan aku, aku tidak takut kamu tidak mengharapkanku atau tidak memisah antara keruntuhan dan keramaian, antara yang tetap dan yang mati, antara kaya dan fakir, antara milik dan penguasa, ketentuan berada dalam kekuasaan selain kamu. Ketika aku keluarkan rasa cinta dunia – bersama hati – aku jadi baik, bagaimana tauhid bisa baik sedang hati masih terbersit cinta dunia. Kamu dengr sabda Nabi saw. :

“Cinta dunia itu, menjadi pemula setiap kesalahan.”

Celaka, kamu sia-siakan masa untuk mencari ilmu tanpa pengamalan, sebenarnya yang demikian malah mengantar dirimu pada kebodohan. Kamu bantu musuh-musuh Allah dan bergelantung kepada mereka, padahal Dia lebih kaya daripadamu atau orang yang kamu gantungi, penggantungan itu tidak diterima. Sampai kini yang masih aku ketahui adalah; ternyata kamu penghamba orang yang mengendalikan ddirimu,jika ingin beruntung lepaskan kendali hati melalui Kuasa Allah, tawakkal kepada-Nya sebentar tawakal. Layani Dia lahir dan batin, Dia Maha Mengetahui dirimu – meliputi kebaikan atau keburukan yang mengeram dalam hati – sedang kamu sendiri tidak menyadari. Peliharalah sikap dia (takut) di hadapan-Nya, berpejam mata, berlintas hati dan kelu sampai memperoleh izin dari-Nya melalui penuturan, maka kamu pun bertutur melalui-Nya – bukan darimu – ketika itu tutur katamu menjadi terapi penyakit hati, penyembuh rahasia dan penerang akal.

Wahai Allah, sinarilah hati kami, rendahkan kepada-Mu dan jernihkan sirri kami dekatkan dari-Mu.

Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.

Tiada ulasan: