Catatan Popular

Rabu, 19 April 2023

KITAB FATHUR WACANA 54 : KENALI DIRI MU MENGENAL TUHAN MU

(Percikan Cahaya Ilahi)


SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada hari Jumaat, 10 Rajab tahun 545 H di Madrasah Al Ma’murahnya.

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

 

Anak-anak sekalian: Dua langkah saja, anda sudah sampai di hadapanNya Azza wa-Jalla.

Satu langkah melewati dunia, satu langkah melewati akhirat.

Satu langkah melewati diri anda dan satu langkah melewati makhluk.

Tinggalkan alam lahir dan anda sudah sampai di alam batin. Bermula dari alam lahir dan berakhir alam batin, lalu sempurnakan kemandirian anda hanya di hadapan Allah Azza wa-Jalla. Darimu permulaan dan Allah Azza wa-Jalla akhirnya. Ambillah tali dan ikatlah. Duduklah di pintu amal, hingga ketika engkau berusaha, engkau sangat dekat dengan Sang Pemberi amal. Jangan duduk di atas ranjangmu dan di bawah selimutmu atau di balik pintu, lalu anda berusaha dan melakukan amaliah. Maka, dekatkan hatimu dengan dzikir dan ingatlah kepada Allah Azza wa-Jalla di hari Mahsyar. Renungkan apa yang terjadi di dalam kubur.

 

Tafakkur-lah bagaimana di hari Mahsyar nanti Allah Azza wa-Jalla menggelar semua manusia dan mengadili mereka di hadapanNya. Bila renungan ini terus berlangsung, maka kekerasan hati anda akan sirna, hati anda akan bersih. Karena bangunan yang menjulang akan kokoh dengan fondasi yang dalam. Bila tidak punya fondasi akan cepat robohnya. Bila anda membangun kondisi ruhanimu di atas aturan yang kokoh, maka tak seorangpun bisa merusaknya. Bila anda tidak membangun dengan cara demikian, kondisimu tidak akan kokoh, hingga anda tidak sampai pada suatu maqam ke maqam yang lain. Dan hati para shiddiqin pun akan marah dan berharap tidak melihatmu.

 

Hati-hati! Hai orang yang bodoh pada agama, engkau terhasut oleh permainan.  Sungguh, jangan. Tak ada sedikitpun kemuliaan bagi sosokmu. Engkau telah membiarkan dirimu bicara pada orang lain tanpa keahlian pada dirimu. Padahal wacana itu boleh disampaikan hanya oleh orang-orang yang benar-benar sholeh. Padahal mereka ini malah membisu, kalau harus bicara yang begitu langka, cukup dengan isyarat.

Diantara mereka ini ada yang memang diperintahkan bicara. Lalu ia bicara pada publik dengan rasa segan. Setelah bicara dengan jelas, persoalannya jadi terbalik jika disandarkan pada hati dan kejernihan rahasia batinmu.

 

Karena itu Sayyidina Ali Karrromallah wajhah, ra, mengatakan, “Bila tirai dibuka pun, aku tidak bertambah yaqin.” Beliau berkata juga, “Aku tidak menyembah Tuhan yang aku tidak melihat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Qalbuku melihat Tuhanku.”

Hai orang-orang bodoh, bergaullah dengan para Ulama, berbaktilah pada mereka dan belajarlah dengan mereka. Ilmu itu diraih dari lisan para tokoh yang bermajlis dengan para Ulama dengan sikap adab yang baik dan tidak kontra dengannya, mencari faidah dari mereka agar kalian mendapatkan pengetahuan mereka, lalu berkah-berkahnya kembali pada anda, dan anda mendapatkan faedah yang banyak.

 

Bermajlislah dengan para arif Billah dengan cara diam, dan bermajlislah dengan orang zuhud dengan rasa senang dengan mereka.

Setiap saat sang arif lebih mendekat kepada Allah Azza wa-Jalla dibanding waktu sebelumnya. Setiap saat hatinya bertyambah khusyu’ pada Tuhannya Azza wa-Jalla, rasa hina-dinanya semakin tambah, Khusyu’ yang langsung dengan hati yang hadir, bukan dengan hati yang tidak tampak.  Pertambahan khusyu’nya menurut kedekatannya pada Allah Azza wa-Jalla, begitu juga bertambah bisunya menurut bertambahnya musyahadahnya kepada Allah Azza wa-Jalla. Bahasa nafsunya membisu, watak dan hawa nafsunya diam, kebiasaan dan eksistensinya membisu. Sedangkan bahasa qalbunya, batinnya, maqom dan anugerah padanya senantiasa mengekspresikan nikmat dariNya. Karena itu ketika mereka bermajlis dengan orang arifin selalu diam agar meraih manfaat dan meminum dari sumber yang memancar dari hati arifin.

 

Siapa yang lebih banyak bergaul dengan kaum airifin Billah Azza wa-Jalla, ia akan mengenal dirinya senantiasa hina di hadapan Tuhannya Azza wa-Jalla. Karena itu disebutkan, “Siapa yang kenal dirinya maka ia kenal Tuhannya,“ karena diri adalah hijab antara hamba dengan Tuhannya.

Siapa yang mengenal dirinya akan tawadhu’ pada Allah Azza wa-Jalla, dan ketika mengenal makhluk ia hati-hati, ia lebih sibuk bersyukur kepada Allah Azza wa-Jalla dibanding sibuk mengenal makhluk. Ia tahu, bahwa tak akan mengenalkan dirinya pada makhluk melainkan demi suatu kebajikan dunia dan akhiratnya. Lahiriahnya sibuk bersyukur padaNya dan batinnya, penuh sibuk memujiNya. Lahiriyahnya berpisah tapi batinnya berpadu. Kegembiraan ada di batinnya, susah ada di lahirnya, semata untuk menutupi kondisi batinnya.

 

Orang arif itu berbeda dengan orang mukmin biasa. Jika susah di hatinya, maka wajahnya menampakkan kegembiraan. Ia tahu dan diam di PintuNya, ia tidak tahu apa yang bakal dikehendakiNYa padanya, apakah diterima atau ditolak? Apakah pintu akan dibuka atau terus terkunci? Siapa yang mengenal dirinya maka ia berbalik kondisinya dibanding orang mukmin biasa dalam segala tingkah lakunya. Orang mukmin memiliki hal yang terus berubah, sedangkan orang ‘arif memiliki maqom yang tetap dan teguh.

 

Orang mukmin biasa, senantiasa takut akan terjadinya perpindahan ruhaninya dan hilangnya imannya. Hatinya terus gelisah, dan wajahnya terus ceria, ia bicara dengan sunyum di wajah dengan hati yang gundah. Sedangkan orang arif dukanya ada di wajahnya, karena ia menjumpai makhluk sebagai sesuatu yang aneh, lalu ia memperingatkan mereka, memerintah dan melarang mereka, sebagai pengganti tugas Nabi saw.

 

Kaum Sufi mengamalkan apa yang mereka dengar, lalu mereka mendekatkan amal itu agar dekat kepada Allah Azza wa-Jalla, dimana mereka melakukan aktivitas amaliah hanya bagiNya, lalu mereka mendengar nasehat tanpa perantara dengan mendengarkan melalui hati mereka, disaat mereka tidur dan tiada menurut makhluk, namun sedang sadar dengan Sang Khaliq. Ia senantiasa berjalan dalam sunyi, sedangkan anda berjalan ketika sedang sibuk. Mereka senantiasa meraih  menjadi limpahan Ilahi Azza wa-Jalla, dan aturannya sampai pada anda melalui rahasia batin, sedangkan rahasia batin mendikte qalbu, lalu qalbu mendikte nafsu yang muthmainnah, nafsu yang muthmainnah mendikte lisan, dan lisan mendikte makhluk.

Siapa pun yang bicara pada makhluk lain, mestinya seperti itu, jika tidak jangan bicara pada mereka. Kegilaan kaum sufi adalah meninggalkan kebiasaan watak dan tindakan emosional hawa nafsu, dan meninggalkan syahwat dan selera kesenangannya. Bukan berarti mereka selayaknya orang gila biasa, yang hilang akalnya.

 

Syeikh Hasan al-Bashry ra mengatakan, “Jika anda melihat mereka, anda pasti mengatakan kalau mereka ini gila. Dan sebaliknya jika mereka melihat kalian, pastilah mereka mengatakan, sedikitpun kalian tidak beriman pada Allah Azza wa-Jalla.”

Khalwatmu tidak benar. Karena khalwat itu kosongnya hati dari segala hal, kosong batinmu dari dunia, dari akhirat dan dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla. Itulah perjuangan serius para Nabi dan rasul, para Auliya’ dan orang-orang shaleh. Amar ma’ruf nahi mungkar lebih aku sukai ketimbang melihat 1000  orang yang beribadah dalam dalam bilik. Batasi nafsu dari pandangannya, dengan memejamkan nafsu, membatasi dan menolaknya, hingga pandangannya tidak menyebabkan kehancurannya, melainkan mengikuti hati dan rahasia batin (sirr), jangan sampai keluar dari hati dan sirr, berpadulah dengan keduanya, hingga tidak berpisah, menjalankan perintah keduanya dan menghindari larangan keduanya, sesuai pilihan keduanya (qalbu dan sirr), maka nafsu menjadi muthmainnah, lalu hanya mencari dan menuju Yang Satu.  Bila nafsu sampai kondisi ruhani seperti itu, maka nafsu tidak meremehkan perjuangan dirinya.

 

Janganlah membantah apa yang ditindakkan Allah Azza wa-Jalla padamu dan pada yang lain, ingatlah firmanNya:

“Dia tidak ditanya apa yang dilakukan, namun merekalah yang dimintai pertanggungjawaban (atas apa yang dilakukan).” (Al-Anbiya’: 23)

 

Manakah anda mengikuti Allah Azza wa-Jalla? Bila anda tidak membajiki adabmu, maka anda bisa keluar dari dunia ini dengan hina. Bila anda memperbajiki adabmu, anda mandiri di hadapanNya, duduk dan mulia.

Pecinta Allah adalah tamu di sisiNya, dan tamu tidak memilih makanan, minuman dan pakaian yang disediakan tuan rumahnya dalam segala situasinya. Namun ia senantiasa terus menerus berdiam, sabar dan rela, maka jika tamu seperti itu katakan, “Bergembiralah, atas apa yang anda lihat dan jumpai.”

Siapa yang kenal Allah Azza wa-Jalla dunia dan akhirat serta segala selain Allah Azza wa-Jalla sirna dari hatinya. Maka ucapan anda wajib hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, jika tidak diam lebih baik bagimu, agar hidupmu hanya bagi ketaatan pada Allah Azza wa-Jalla, jika tidak kematian lebih baik menjemputmu.

Ya Allah hidupkan kami untuk patuh padaMu, dan gelarlah kami bersama ahli taat padaMu. Amin.

 

Syeikh Abdul Qodir berkata, Orang yang beriman adalah orang yang hijrah dari nafsunya, lalu berguru kepada seorang Syeikh yang bisa mendidiknya memberikan pengetahuan, dan terus belajar dari kecil hingga mati. Kemudian terus membaca Al-Qur’an, kemudian mendalami Sunnah Rasulullah Saw,  maka ia akan mendapatkan taufiq dari Allah Swt. Karena ia mengamalkan apa yang diketahui menuju kepada Allah azza wa-Jalla.

 

Sepanjang ia mengamalkan ilmunya,ia akan diberi ilmu oleh Allah yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Hatinya teguh dalam berpijak, dan ikhlas dalam melangkah menuju Allah azza wa-Jalla.

Bila anda mengamalkan ilmu anda, tetapi tidak membuat anda dekat pada Allah azza wa-Jalla, anda pun tidak menemukan indahnya ibadah dan kemseraan denganNya, ketahuilah bahwa anda sesungguhnya belum mengamalkannya, karena anda telah terhijab oleh cacat-cacat dalam amal anda. Apa cacat-cacat itu?

 

Riya’, kemunafikan dan keta’juban pada diri sendiri. Wahai orang yang beramal, ikhlaslah! Jika tidak, anda jangan berpayah-payah dalam Muroqobah pada Allah azza wa-Jalla ketika khalwat maupun ketika berada dalam keramaian. Karena orang munafiq malah senang pamer ketika dalam keramaian, dan orang yang ikhlas  tidak peduli apakah dalam ramai atau dalam sunyi, sama saja.

 

Bila anda melihat orang yang sangat pesolek atau wanita pesolek, pejamkan mata nafsumu, hawa nafsumu dan nalurimu, lalu ingatlah pada pandangan Allah Azza wa-Jalla kepadamu, bacalah:

“Dan kamu tidak berada dalam suatu keadaan…” (Q.S. Yunus:61)

 

Waspadalah pada pandangan Allah azza wa-Jalla dan pejamkan kedua matamu dari memandang yang diharamkan. Ingatlah pada Dzat yang anda tidak bisa menhindari pandangan dan pengetahuanNya. Bila anda sudah tidak membantah dan kontra pada Allah azza wa-Jalla maka ubudiyah anda padaNya sempurna dan anda menjadi hamba yang benar-benar hambaNya, tergolong orang-orang yang disebutkan:

“Sesungguhnya hamba-hambaKu, kamu (Iblis) tidak bisa menguasai (menggodanya).” (Q.S. Al-Hijr:42)

 

Bila syukurmu benar-benar terwujud pada Allah azza wa-Jalla, Allah mengilhami makhluknya untuk berterimakasih padamu, menyayangimu, pada saat itulah tidak ada peluang lagi bagi syetan dan kroninya.

 

Anda jangan sampai meninggalkan berdoa sebagai prinsip, jangan sampai sibuk berdoa hanya untuk mencari dispensasi. Doa itu adalah ketenggelaman  jiwa dan pembebasan bagi yang tertahan sampai mendapatkan jalan keluar dari tahanannya dan masuk dalam Sang Maha Diraja.

 

Jadikan akal sehat anda , bahwa meninggalkan doa itu tidak baik sama sekali. Namun anda berdoa, anda butuh niat dan akal sehat serta pengetahuan dan mengikuti jejak orang yang berpengetahuan. Anda tidak memikirkan apa yang datang dari Allah Azza wa-Jalla dan apa yang ada pada diri orang-orang yang shaleh, dan karena itulah prasangka anda buruk pada mereka. Janganlah anda berilusi dengan pangkal agama dan perilaku ruhanimu pada mereka, jangan sampai anda kontra dengan mereka dalam semua aktivitasnya sepanjang mereka tidak kontra dengan aturan syariat, karena mereka berada di sisi Allah azza wa-Jalla baik secara lahir maupun batin.

 

Hati mereka tidak akan tenang sebelum meraih keselamatan dari Allah azza wa-Jalla. Karena itu kemarilah wahai hamba Allah Azza wa-Jalla di muka bumi. Wahai ahli zuhud kalian mengetahui sesuatu tetapi kalian tidak meraih kebaikan. Masuklah kemari mempelajari kitabku, sampai anda saya ajari tentang suatu hal yang tak pernah anda temukan selama ini. Dalam hati ada kitab, dan dalam rahasia batin juga ada kitab, dalam nafsu kita juga ada kitab, serta dalam tubuh kita juga ada kitab, semuanya merupakan derajat-derajat dan maqom serta langkah-langkah yang berbilang.

 

Langkah pertama saja anda tidak benar, bagaimana anda melangkah ke tahap kedua? Islam anda saja tidak benar, bagaimana anda sampai pada iman? Iman anda pun tidak benar bagaimana anda bisa sampai pada Iiqon (yaqin)? Iiqon anda juga tidak benar bagaimana sampai kema’rifatan dan kewalian?

Berakal sehatlah anda, tapi anda tidak menggunakannya. Masing-masing anda ingin menjadi pemimpin, tetapi anda tidak memiliki pirantinya? Anda baru bisa jadi pemimpin jika anda sudah bisa  zuhud dari dunia, zuhud dari nafsu, kesenangannya, watak dan hasratnya. Kepemimpinan itu turun dari langit bukan dari bumi. Kewalian itu datang dari Allah azza wa-Jalla bukan datang dari makhluk. Jadilah diri anda sebagai pengikut, bukan yang diikuti, dan jadilah kalian sebagai sahabat bukan yang disahabati. Bumikan dirimu dalam kehinaan dan kesembunyian.

 

Bila anda meraih sesuatu di hadapan Allah azza wa-Jalla berbeda dengan Dari harapanmu, maka pada saatnya Dia mendatangimu. Maka pasrahkanlah dirimu padaNya, tinggalkan merasa bisa atas upayamu, kekuatanmu, kontramu dan sahabatmu  dan nafsumu.

Bersahabatlah dengan ubiyah-mu, yaitu melaksanakan smeua perintah dan menjauhi laranganNya, serta bersabar atas bencana-bencana.

 

Dasar perkara seperti itu adalah tauhid dan kekokohannya, dan asasnya adalah amal yang sholeh. Namun, betapa tidak kokohnya bangunan anda, niat anda saja tidak benar bagaimana anda bicara? Sedangkan diammu pun juga tidak benar, bagaimana bicaramu benar pada orang lain, sebagai  pengganti para Rasul? Karena para Rasul adalah para penceramah, ketika para Rasul wafat maka Allah azza wa-Jalla menetapkan para Ulama  yang mengamalkan ilmunya, dan mereka dijadikan sebagai pewarisnya.

 

Siapa yang ingin berada di maqom sebagai pengganti Rasul harus menjadi manusia paling suci di zamannya, yang paling mengenal aturan dan ilmunya Allah azza wa-Jalla.

Namun mereka menganggap masalah ini sepele, hai orang-orang bodoh terhadap Allah azza wa-Jalla dan rasulNya, wali-waliNya yang shaleh dari para hambaNya!

 

Wahai orang yang bodoh pada  dirinya, pada watak, dunia dan akhiratnya, celakalah kalian ini! Diamlah kalian ini sampai datangnya orang yang ilmunya mengalahkan nafsunya, berbicara dan menghidupkan jiwa kalian, menegakkan dan membangkitkan kalian.

 

  Itulah ilmu yang bermanfaat. Bagaimana tidak demikian, karena ia telah menutup pintu makhluk dan membuka Pintu Allah azza wa-Jalla, yaitu Pintu Agung. Jika penutupan pintu dan pembukaan pintu ini benar pada seorang hamba, maka ia akan kehilangan dukungan manusia, namun ia akan khalwat, lalu datanglah pakaian dalam hatinya, datang pula kunci-kunci yang mampu menyingkap kulit-kulit dan yang ada adalah isi.

 

Pintu hawa nafsu tertutup,  lalu ia menang dalam pergumulan jiwa, lalu terbukalah jalan menuju Allah azza wa-Jalla, lalu muncullah ketekunan atas hasratnya yang selaras dengan ketekunan pendahulu-pendahulunya dari para Nabi dan Rasul Saw, serta para WaliNya. Ketekunan itu tidak lain adalah ketekunan bersih tanpa kotoran, ketekunan tauhid tanpa syirik, ketekunan pasrah total tanpa kontra padaNya, ketekunan jujur tanpa dusta, ketekunan pada Allah azza wa-Jalla, bukan pada makhluk, ketekunan pada Sang Penyebab, bukan pada akibat.

 

Ketekunan-ketekunan inilah yang digapai oleh para pemimpin agama, raja-raja ma’rifat, yang disebut sebagai Rjalul Haq Azza wa-Jalla, para kaum terpilihNya, parakekasihNya, yang senantiasa sebagai pembela agamaNya dan mereka adalah pecinta agamaNya.

 

Celakalah kalian, bagaimana anda mengklaim mengikuti thariqah kaum sufi sedangkan anda musyrik dengan lainNya? Anda ini tidak punya iman, sedangkan di muka bumi ini masih ada yang anda takuti dan anda harapkan. Anda tidak bisa zuhud di dunia selama di dunia masih ada yang kau harapkan. Anda tidak bertauhid selama anda masih memandang yang lainNya dalam perjalananmu menuju kepada Allah azza wa-Jalla.

 

Orang yang ‘arif senantiasa asing di dunia dan akhirat dan zuhud dari dunia dan akhirat, serta zuhud dari segala hal selain Allah azza wa-Jalla secara total, karena tak ada yang kesenangan sedikit pun selain padaNya.

 

Hai kaumku… Dengarkan sesuatu dariku, jangan sampai ada prasangka buruk dalam hatimu. Bagaimana tidak, kalian berprasangka dan menggunjingku, padahal aku sangat sayang pada kalian, aku memikul beban kalian, menjahit amal-amal kalian yang compang camping dan memohonkan syafa’at untuk kalian pada Allah azza wa-Jalla, memohonkan ampunan dosa-dosa kalian?

 

Siapa yang kenal aku, ia tidak akan berpaling dariku sampai mati, kesenangan dan kenikmatan, makan dan minumnya serta pakaiannya pun, tidak ada yang mengalahkan kesenangannya bersamaku.

 

 

Anak-anak sekalian… Bagaimana kalian tidak mencintaiku, akulah yang sangat berkehendak untuk kebahagiaanmu, bukan untuk kepentinganku! Aku ingin kemanfaatan ada dalam hidupmu,

kebersihan dirimu dari kekuasaan dunia yang mematikan dan penuh tipudaya itu, sampai kapan terus mengikuti jejak dunia? Sebentar lagi dunia berpaling dari kalian dan membunuh kalian. Sedangkan Allah azza wa-Jalla  tidak membiarkan kekasihNya bersama dunia bahkan tak sejenak pun. Dia tidak menginginkan kekasihNya merasa aman dengan dunia, tidak membiarkan bersama dunia dan yang lainnya.

 

Justru Dialah  bersama mereka dan mereka bersamaNya. Selamanya hati mereka hanya untukNya, berdzikir di sisiNya, hadir. Sedangkan pada yang lainNya, ia menolak. Hanya kepadaNya ia menghadap, Dia senantiasa menjaga mereka, dan mereka meraih kebahagiaan.

 

Ya Allah, jadikan kami bersama mereka, dan lindungi kami sebagaimana Engkau lindungi mereka.

Ya Allah berikanlah kami kebajikan di dunia dan berikanlah kami kebajikan di akhirat, dan lindungi kami dari siksa neraka

 

Wahai orang yang munafiq pada Allah azza wa-Jalla, Ingatlah bahwa Allah azza wa-Jalla adalah yang memperjelas kepada hambaNya yang dikehendakiNya, Dialah yang mengajak mereka, dan Dialah yang menyatukan hati hambaNya yang dikehendakiNya. Dan Dialah yang menundukkan hati hambaNya. Sedangkan anda hendak menyatukan hati makhluk dengan kemunafikan anda, pasti tidak akan berhasil!.

Anak-anak sekalian, tinggalkan syahwat kesenangan anda hingga di bawah telapak kakimu, berpalinglah darinya dengan segenap hatimu. Bila memang ada sesuatu yang membahagiakanmu berupa takdir Allah azza wa-Jalla, pasti akan tiba pada saatnya. Karena catatan takdirNya tidak bisa dihindari dan tidak berubah. Ia datang pada waktunya, dengan penuh keramahan, mencukupi dan sangat baik, dan Dia memberikannya dengan Tangan Kemuliaan bukan dengan tangan kehinaan.

 

Maka dengan begitu anda telah berhasil meraih pahala zuhud di sisi Allah azza wa-Jalla, Dia pun memandangmu dengan Mata Kemuliaan, karena anda tidak bersikap buruk padaNya dan tidak mendesak dalam pencariannya, sebagaimanan  anda lari dari bagian-bagian anda sendiri, maka justru  melekat pada anda dan berada di belakang anda.

Zuhud tidak akan benar bila anda tidak berpaling sebelum datangnya bagian-bagian yang ditentukan itu. Belajarlah kepadaku tentang zuhud dan berupayalah. Kalian jangan duduk saja di zawiyah kalian dengan kebodohan kalian. Belajarlah agama, baru ‘uzlah. Belajarlah mengenai hukum Allah azza wa-Jalaa, lalu mengamalkannya, baru ‘uzlah dari segalanya.

 

Kecuali para individu dari kalangan Ulama Billah azza wa-Jalla, maka, anda bergabung dengan mereka ini, anda menyimak pelajaran dari mereka, itu lebih baik dibanding anda ‘uzlah. Bila anda mengenal salah satu dari mereka, maka bergabunglah dengannya, belajar mengenal Allah azza wa-Jalaa dengannya, tekunlah dalam menyimak pelajarannya, melalui ucapannya.

 

Ilmu itu diraih dari lisan para tokoh, yaitu para Ulama Billah azza wa-Jalla dengan aturan Allah dan ilmuNya. Bila anda benar-benar sudah faham, silakan anda ‘uzlah, karena para malaikat dan ruh orang-orang saleh dan hasrat mereka berada di sisi anda, bila anda ‘uzlah dengan syarat seperti itu. Jika tidak memenuhi syarat itu, maka ‘uzlah anda adalah munafik, dan anda telah menelantarkan waktu anda terhadap hal yang tak berguna, malah anda masuk neraka dunia dan neraka akhirat. Di dunia anda mendapat neraka bencana, dan di akhirat anda mencebur ke neraka yang disediakan untuk orang munafik dan orang kafir.

 

Ya Allah mohon maaf, ampunan, tutup akan dosa, dan ampunan serta taubat. Janganlah Engkau robek tutup kami dan jangan pula Engkau siksa kami karena dosa-dosa kami, Ya Allah, Ya Karim.

Engkau katakan:

“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan dari keburukan-keburukan.” (Q.s. Asy-Syuro : 25)

Terimalah taubat kami dan maafkanlah kami. Amin.

Tapi anda ini celaka. Anda mengaku berilmu namun anda bergembira sebagaimana kegembiraan orang bodoh, dan anda marah seperti layaknya orang bodoh. Kegembiraan anda bertumpu pada dunia dan diterima oleh makhluk, yang membuatmu lupa akan hikmah dan membuat hatimu bertambah keras. Orang beriman itu tidak pernah gembira kecuali gembira pada Allah azza wa-Jalla, bukan gembira pada yang lain. Kalau toh harus bergembira, maka bergembiralah, jika dunia milik anda benar-benar membuat anda semakin terarah untuk kepentingan taat pada Allah azza wa-Jalla, dunia untuk berbakti kepada Allah azza wa-Jalla, mendukung seluruh kepatuhan anda kepadaNya. Tetaplah takut kepada Allah azza wa-Jalla, malam dan siang, hingga merasuk di hatimu dan rahasia batinmu. Sebagaimana firmanNya:

“Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnya Aku bersama kalian, Aku mendengar dan Aku melihat.” (Q.s. Thaha, 46)

 

Sebagaimana hal itu difirmankan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun –- semoga sholawat salam bagi keduanya --  tentu anda bukan seperti mereka, karena anda berilmu tanpa mengamalkan, dan anda pun bukan pewaris, karena sang pewaris dibenarkan manakala berilmu dan mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Kenalilah posisimu dan jangan lebih jauh di luar batas bagianmu.

Berserasilah dengan Allah azza wa-Jalla dalam soal takdirNya kepadamu, yang telah memberikan taufik padamu, memberi Kasih Sayang padamu dan mengangkat bebanmu dan menyayangimu dunia dan akhirat.

 

Orang beriman itu bila kuat imannya disebut sebagai orang yang yaqin. Bila kuat yaqinnya, ia disebut sebagai sang ‘arif. Jika kuat kema’rifatannya disebut orang yang ‘alim, jika kuat ilmunya disebut dengan sang pecinta. Jika kuat kecintaannya disebut sang kekasih. Bila semua itu benar padamu, maka disebut sebagai yang cukup, yang dekat dan yang berbahagia dengan taqarrubnya kepada Allah azza wa-Jalla, dimana Allah azza wa-Jalla menampakkan rahasia hikmahNya, ilmuNya, takdirNya, relevansiNya, perkaraNya dan kekuasaanNya, dan semua itu menurut kadar keberhasilan hambaNya dan anugerahnya menurut kadar keleluasaan qalbunya. Lalu si hamba ini teguh bersama Tuhannya Azza wa-Jalla, dengan sepenuh hatinya, hatinya jauh dari makhlukNya.

 

Apabila ilmu datang dari Tuhannya Azza wa-Jalla lebih dahulu, dan ia mendapatkan bagian dari konsumsi makanan, pakaian, minuman, sandang, dan isteri, maka ia tidak menemukan orang yang memberinya, lalu yang mempertemukannnya adalah Allah azza wa-Jalla agar ia berupaya, sehingga  ilmunya tidak batal dan terhapuskan, kemudian Allah azza wa-Jalla menciptakan makhluk lain, membangkitkannya,  agar apa yang ditegakkan sebelumnya tidak hancur, sehingga ia seperti menelan layaknya seorang bayi, sebagaimana seorang ibu menyuapi mulut bayinya dengah susunya, hingga mulut bayi itu mendapatkan bagian yang harus dimakannya. Hal yang sama seperti seorang dokter memberikan obat minuman kepada orang sakit, menjaganya, tanpa punya pilihan dari si sakit.

 

Jadi orang beriman yang yaqin, yang ‘arif dan yang fana’, dididik oleh Allah azza wa-Jalla melalui takdir yang mendahuluinya untuk menarik kebaikan-kebaikan pada dirinya dan menolak mafsadah yang datang padanya. Maka Tangan Rahmatlah yang membolak-balik mana untuk pihak “golongan kanan” dan mana untuk “golongan kiri”, bahkan kelembutanlah yang mengangkat dan meghapuskan keburukannya.

Wahai orang yang bangkrut, siapa yang tidak mengenal Allah azza wa-Jalla dan tidak bergantung dengan tali RahmatNya, hai siapa yang tidak melakukan amaliah padaNya, tidak memutuskan diri dengan hatinya bagiNya, tidak menggantungkan rahasia batinnya padaNya, tidak berpegang teguh dengan kasih sayangNya dan anugerahNya, sungguh bangkrut anda!

 

Hai kaum Sufi, hati para Shiddiqun (auliya’) itu dididik oleh Allah azza wa-Jalla sejak balita hingga tuanya, manakala Allah mengujinya dengan suatu cobaan, dan Allah melihat kesabarannya, maka ia akan semakin bertambah dekatnya padaNya. Cobaaan-cobaan itu bukan untuk memaksa mereka dan bukan untuk menimpa mereka, bagaimana bisa bersentuhan jika cobaan itu terus berlalu, sedangkan hati mereka berada di sayap-sayap burung dan burung itu terbang.

Wahai orang yang rugi, siapa pun yang menyakiti hati mereka, sungguh merugi, hai orang yang mendapatkan amarah Tuhannya Azza wa-Jalla. Hai orang yang tertutup hatinya, hai orang yang dimarahi Allah Azza wa-Jalla!

Anak-anak sekalian, jadilah kalian anak-anak kaum Sufi, dan ridha’lah pada mereka, berbaktilah di hadapannya. Jika anda bisa demikian, maka justru anda jadi tuan. Karena siapa yang tawadhu kepada Allah azza wa-Jalla dan orang-orang shaleh, justru Allah azza wa-Jalla mengangkat derajatnya di dunia dan di akhirat. Bila anda membantu dan berbakti pada kaum Sufi, Allah azza wa-jalla mengangkat anda di hadapan mereka dan anda menjadi pemukanya. Nah, bayangkan, seandainya anda berbakti pada kalangan khusus mereka?

 

Ya Allah berikanlah kami limpahan anugerah kebajikan-kebajikan pada tangan kami, dan pakaikan pada kami pakaian kalangan orang yang mendapatkan kasih dan pertolonganMu.

Amin.

 

Tiada ulasan: