Catatan Popular

Selasa, 18 April 2023

KITAB FATHUR RABBANI WACANA 24 : MELAWAN TAKDIR BERERTI MEMBINASAKAN DIRI

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Ahad pagi, 14 Dzulhijjah tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Ma’murahnya.

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Janganlah menyukutan Allah baik dalam berangan-angan pengertian dengan nafsu, hawa dan tabiatmu, takutlah Dia pasang dalam jiwa.

Ada Ulama berkata : “Iktuilah Allah berkait dengan ciptaan dan jangan ikuti mereka untuk-Nya; patahkan orang yang mematahkan, sombongi orang yang sombong diri, belajarlah untuk menyesuaikan dengan Allah melalui orang yang shalih yang dilimpahkan taufik, ilmu itu dijadikan agar diamalkan tidak hanya untuk dipelihara secara tersendiri; belajarlah dan beramallah lalu kenali orang lain; jika kamu berilmu kemudian rela beramal, maka ilmu itu terucap darimu jika kamu diam bicaralah dengan lisan yang dihiasi amal – perbanyak – daripada yang kamu bicarakan dengan lisan ilmu. Karena itu ada Ulama berkata : “Ilmu yang tidak bermanfaat, maka tidak bermanfaat pula tuturnya. Orang beramal dengan ilmu akan mendapat manfaat dengan ilmu tersebut, baik untuk diri sendiri atau orang lain; karena itu Allah menjadikan tutur kataku menurut kehendak-Nya atas dasar kemampuan situasi yang melingkupi diriku; jika tidak, niscaya antara daku dan kamu terjadi permusuhan; tujuanku padamu percuma sedang tiaa sesuatu bagiku dan tiada bagiku sesuatu; kalaupun ada sesuatu untukku tentu kamu menolaknya; tiada apa pun di antara aku dan kamu selain nasihat yang kuterima dari Allah untukmu, bukan untukku, terimalah ketentuan Allah, jika tidak tentu mematahkan dirimu; berjalanlah bersamanya menurut dasar usaha, jika tidak niscaya memberangusmu; jadilah orang yang bertabaruk di hadapan-Nya sampai kamu mendapat rakhmat dan menyatu di belakang-Nya.

Wahai manusia, atas kemampuan himahmu yang harus kau berikan – jauhilah selain Allah sepenuh hati, hingga memperekatmu dengan-Nya; padamkan nafsumu dan dari makhluk; sungguh hijab telah terangkat antaramu dan Tuhan-mu. Ditanyakan : bagaimana cara memadamkan? Jawabnya : padamkan jiwamu yang mengikuti nafsu, hawa, tabiat, makhluk dan seebabsebab yang berlingkar atas mereka, tinggalkan syirik dan tinggalkan mencari keberadaan ini selaina Allah.

Jadilah seluruh amalmu karena Allah semata jangan untuk mencari nikmat-Nya – dengan ketentuan dan perbuatan-Nya; sebab kau lakukan ini berarti kehendakmu telah mati sebaliknya bercinta Dia.

Wahai orang jahil (tidak mengenal) Allah dan para khawash-Nya, kamu tidak merasakan makanan ghoyah mereka, karena hal itu racun pembunuh; peliharalah jiwa ragamu jangan sampai berpaling kepada mereka dengan membawa keburukan; karena mereka terperdaya oleh mereka; wahai orang munafiq sungguh di hatimu tumbuh bintik-bintik nifaq menjalar sampai menguasai lahir dan batin-mu; amalkan tauhid, ikhlas dalam segala aktivitas niscaya keraguan yang mengitarimu lenyap; alangkah banyak huku syara’ yang kau bakar lalu mengoyak busana ketaqwaanmu yang kuat, melobangi busana tauhid, memadamkan cahaya iman dan membenci Tuhanmu dalam segala situasi dan kondisi. Jika seseorang di antaramu mendapat untung dan melaksanakan taat, bisa dimengerti ia terlingkupi busana ujub, ingin dilihat orang atau mencari pujian dari mereka.

Siapa di antaramu ingin bersembah diri kepada Allah hendaklah beruzlah dari ciptaan, karena pandangan mereka terhadap amal bisa membatalkan rencana itu. Nabi saw. bersabda :

”Peliharalah uzlah, sesungguhnya uzlah itu termasuk ibadah, dan sesungguhnya perbuatan itu (uzlah) merupakan laku orang-orang shalih sebelum kamu.

Peliharalah iman, yakni, fana’ dan exsistensi Allah – bukan dirimu atau yang lain – beserta menjaga hukum-hukum-Nya dengan mendapat kerelaan Rasulullah saw. kerelaan orang yang memahami, orang yang mendengar dan membaca; tidak ada kemuliaan bagi orang  berkata selain ini; inilah yang tersurat dalam mushaf di lauh makhfudz sebagaimana dikalamkan Allah yang yang tampak dalam kekuasaan-Nya dan yang tampak di hadapan kita. Jagalah Allah jangan sampai terputus dari-Nya dan bergantung kepada-Nya; karena hanya Dia-lah pelimpah kecukupan dunia akhirat; jagalah penjaga hidup dan mati dan pelihara dirimu dalam berbagai kondisi; peliharalah kehidupan ini agar tetap putih, layani Dia sampai kau dilayani; genggamlah sekuat hati sewajarnyalah di hadapan Tuhan sambil beramal tentu sayap hatimu merekah lalu terbang menuju Allah.

Wahai kaum sufi  -- terapkan tasauf dalam sirr, dalam hati, kemudain dalam jiwa dan untuk tubuhmu; bidayah zuhud dari sana membentuk dirimu – bukan dari lahir ke batin; apabila sirr telah jernih maka kejernihan itu berputar menuju hati; jiwa, anggota tubuh, makanan, minuman dan keseluruhan tingkah laku; untuk pertama kali sesuatu menyelimutimu dalam rumah adalah bila telah sempurna bangunannya lalu kterkeluarkan ke bangunan pintu; sudah menjadi hukum tiada lahir tanpa batin; tiada cipta tanpa pencipta; tiada pintu tanpa rumah; tiada kunci pada yang hancur; ada panggilan : wahai dunia dan akhirat; wahai cipta tanpa pencipta.  Terhadap segala apa –pun  yang dirimu berada di dalamnya tidak membawa manfaat untukmu di hari kiamat, bahkan bisa membawa sengsara atasmu. Inilah kehidupan yang seiring denganmu dan yang melingkupi keberadaan ini; di sana tempat hidupmu untuk beriya’, bermunafiq dan bermaksiat, dus segala sesuatu yang tidak laku di pasar akhirat.

Luruskan Islam bagi kau perolehnya; Islam itu Musytaq dari Istaslama, Jika takdir kamu serahkan kepada Allah serahkan pula jiwamu luruskan kepada-Nya, lupakan apa yang mengitari dan ketakutanmu termasuk dunia, nafkahkan untuk mencapai tunduk kepada Allah; amalkan dengan taat, serahkan dunia dan lupakan ia, karena setiap perbuatanmu cenderung terhenti, setiap amal yang tidak dibarengi ikhlas, maka ia seperti kulit tanpa akal, laksana jasad tanpa ruh, laksana gambar tanpa arti, nah demikian ilustrasi amaliah orang munafiq.

Wahai sahaya, seluruh makhluk ini kedudukannya hanya sebagai alat, tidak lebih dari itu; Allah-lah Sang Pencipta yang mengaturnya; siapa memahami ini akan memeproleh perekat dengan alat dan mengetahui dzat pengatur di sana. Berhenti bersama ciptaan amat di benci dan berhenti bersama Allah tercinta juga sebagai kebaikan dan nikmat tersendiri; rupanya kamu orang yang terputus dari kebesaran orng pendahulumu; sebenarnya kamu berqana’ah tapi kamu tidak mengangkat guru yang bisa menjelaskan dan menuntun adatmu. Wahai orang terputus dari kebenaran; wahai orang yang dipermainkan setan, manusia dan jin, wahai penyembah nafsu, hawa dan tabiat.

Celaka kamu membisu tak sudi mohon pertolongan Allah; kembalilah kepada-Nya dengan langkah yang bisa dirasa dan penuh kekuatan, sehingga kamu , memperoleh apa yang ada di tangan musuhmu dan selamat dari benturan gelombang samudera kehancuran; berpikirlah tentang akibat ini; apakah kamu termasuk mereka yang ada di dalam; sungguh teramat mudah kau meninggalkan Dia; rupanya kamu tertutup batang kelalaian; keluarlah dari bayangannya niscaya kamu melihat sinar mentari dan jalan lurus membentang; pohon kelupaan terpelihara oleh air kebodohan..dan batang jaga dan ma’rifat tepelihara oleh air fikir; adapun pohon taubat terjaga oleh air sesal; dan pohon cinta terjaga oleh air persesuaian.

Wahai sahaya, sungguh keberadaanmu terletak di antara kendala sedang saat itu dirimu masih kanak-kanak atau masih muda; sampai kini; ketika telah beranjak mencapai usia ke 40 tahun atau lebih saat itu kamu suka bermain-main seperti anak kecil; takutlah pembauran sifat bodoh dan kholwat (pacaran) sebaliknya bergaulah dengan guru-guru yang bertakwa; jauhilah anak-anak muda yang bodoh; berdirilah lurus dengan ulama; siapa datang keapdamu jadilah ia seperti dokter mereka; jadilah kamu untuk manusia seperti saudara sekandung, perbanyaklah takut kepada Allah, karena mentaati-Nya itu termsuk dzikir. Sabda Nabi saw. :

Barangsiapa taat kepada Allah berarti telah mengenang-Nya kendati sedikit shalatnya, puasanya dan bacaannya pada Al-Qur’an, dan barang siapa bermaksiat kepada Allah berarti telah melupakan-Nya, kendati shalat banyak shalatnya, puasanya dan bacaannya pada Al-Qur’an.” (Riwayat Thabarani)

Orang beriman itu harus selalu taat kepada Allah, bersesuaian dengan-Nya, sbar dan berhenti kala mendapat untung; menyandarkan ucapannya, makanan, pakaian, dan segala apa pun yag terpercik dari-Nya. Tapi orang munafiq itu tidak ambil peduli ketentuan-ketentuan ini – dalam segala kondisi mereka :

Wahai sahaya bila kamu cinta Allah atau mencintai yang lain itu jangan kamu satukan (padukan) dalam satu hati :

Firman Allah :

Allah tidak menjadikan seseorang  mempunyai dua hati dalam dadanya.” (Q.S. Al-Ahzab : 4).

Dunia akhirat tidak bisa dipadukan; pencipta dan ciptaan tidak bisa disatuka; tinggalkan sesuatu apa pun yang fana’ sehingga memeproleh sesuatu yang tidak fana’; rendahkan diri dan hartamu hingga memperoleh surga. Firman Allah :

“Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan harta orang-orang yang beriman dengan memberikan surga untuk mereka.” (Q.S At-Taubah : 111).

Rendahkan hatimu berzuhud terhadap apa saja selain Allah sampai kau peroleh kedekatan Allah dan persambungan di dunia dan akhirat.

Wahai pecinta Allah, perbaguslah dirimu bersama ketentuan-Nya sekiranya baik dan sucikan hatimu yang menjadi pusat perekat dengan Allah; bersimpuhlah di pintu-Nya dengan pedang tauhid, ikhlas, shodiq dan janganlah kau buka untuk seseorang pun selian Dia; janganlah kau persibuk pos-pos hatimu selain untuk-Nya :

“Tidak akan sampai daging dan darahnya kepada Allah hanya yang sampai kepada Allah ialah taqwa darimu.” (Q.S. Al- Haj : 37).

Wahai bani Adam, apa pun yang ada di dunia dan akhirat adalah ciptaan, maka ke mana arah syukurmu dan ke mana arah takwamu, ke mana arah isyarahmu dan pelayananmu; janganlah melemah dan janganlah beramal dengan amalan yang tidak disertai ruh, karena amal yang disertai ruh itu bisa menimbulkan ikhlas.

Tiada ulasan: