Catatan Popular

Rabu, 19 April 2023

KITAB FATHUR RABBANI WACANA 49 : MEMBERI KEPADA ORANG YANG MEMINTA

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Jumaat , 11 Sya’ban tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Ma’murahnya .

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Diceritakan, bersumber dari Abdullah bin Al-Mubarrak r.a. bahwa suatu hari ia kedatangan seorang peminta, ketika itu ia tidak mempunyai apa-apa kecuali hanya 10 biji telur, kendatipun ia menyuruh pembantunya agar memberikan 10 butir telur itu kepada peminta. Tetapi si pembantu hanya memberikan 9 butir telur saja dan menyembunyikan yang satu. Menjelang mentari menuju tempat peraduannya, seseorang berkunjung kepada Abdullah, seraya mengetuk pintu. Kata pendatang itu : “Terimalah bakul ini”. Maka Abdullah pun menerima bakul itu dan meneliti isinya, ternyata di sana menjumpai telur-telur yang tempo hari diberikan kepada pengemis, kini dikembalikan lagi, bahkan berjumlah 90 biji telur. Kata Abdullah kepada si pembantu : “mana telur yang lain?, berapa yang kamu berikan kepada peminta?” Jawab si pembantu : “yang  kuberikan hanya 9 biji dan kuselisihkan satu, karena pecah.” Kata Abdullah : “berarti yang sepuluh lagi terrlepas dariku.”

Nah, demikian muammalah mereka kepada Tuhan. Mereka sama beriman dan bersedekah menurut perintah yang tercantum dalam Kitab Allah dan Sunnah Nabi. Mereka tidak menentang Al Qur’an baik dalam gerak atau ketenangannya, mreka mencomot ajaran dari kedua konsepsi itu lalu mengeluarkan menurut isinya. Karena itu beramallah untuk Allah, biasakanlah, tentu kamu beruntung.

Wahai sahaya, lepaskan situasi kebingungan yang mencengkeram dirimu dan ikutilah ulama’, kamu jangan mencari penyambung yang mempertaut dengan Allah melalui pengakuan dusta. Bersabarlah akan uji seperti mereka bersabar bersama-Nya sampai menghasilkan pertalian sejati. Seandainya tidak ada uji, tentu seluruh manusia beribadah dan zuhud, berhubung bala’ mendatangi mereka akhirnya mereka tidak sabar bersama Allah, tentu tiada pemberian untuk mereka. Jika kamu tidak punya sabar dan ridla maka hal itu menjadi sebab terlemparnya diri dari penghambaan kepada Allah. Sabda Allah dalam haits Qudsi :

“Barang siapa tidak rela atas ketentuan-Ku dan tiak sabar atas cobaan-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.”

Terimalah ketentuan Allah atasmu, kokohkan Islam hingga mengkait iman, lalu perkokoh iman sampai mengkait yaqin, maka ketika itu kamu bisa melihat-Nya yang tidak pernah kau lihat sebelum datang yaqin, juga kamu lihat sesuatu sebagaimana bentuknya – menjadi beita ma’ani – ia menghentikan hati kepada Allah lalu melihat sesuatu dari Dia. Apabila hati berhenti pada pintu Allah menghasilkan kekuasaan mulia (keramat) maka ia pun menjadi mulia terbawa sampai kepada ciptaan dan tidak berakhir. Hati yang baik itu adalah hati yang diperbaiki Allah, jadi mulia dan sirr yang dijernihkan oleh Allah dari keruh maka jadi mulia.

Janganlah mengadu kepada manusia, karena jika kamu suka mengadu Allah berarti gugur dari pandangn-Nya, di samping itu apa yang ada di sisimu tidak tersingkir karena pengaduan itu. Kami tak perlu berujub dalam beramal, karena ujub itu bisa merusak amal dan bahkann menghapusnya. Barangsiapa mengetahui taufiq Allah terrlimpah pada dirinya berarti ternafikan dari ujub. Jadikan tujuan kepada Allah karena Dia menjadikan rakhmat untukmu. Namun, bagaimana kamu membawa tujuan itu kepada-Nya sedang kamu masih suka berdusta; padahal setiap jalan Allah itu benar adanya. Golongan ulama adalah tipe orang-orang benar, yaitu benar-benar tanpa ditampakkan, tindakan mereka sebagian besar timbul dari nurani sendiri, mereka itulah orang-orang yang suka bertaubat. Sedang kamu, wahai munafik, sekali-kali bukan seperti mereka, karena itu kamu jangan padati mereka dengan kemunafikan. Wahai Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang benar.

Ia bertutur : ajarlah nafsu, hawa dn tabiat dengan memperbanyak puasa, shalat dan menerapkan sabar, jika seseorang telah sukses mengolah anfsu, hawa dan tabiat, tinggalh ia berssama Allah tanpa dimasuki unsur lain, tinggal hati dan sirr bersama Allah secara komplek tanpa menyempit, sehat tanpa sakit, jadilah orang berakal, belajar dan beramal disertai ikhlas.

Wahai sahaya, belajarlah dari makhluk, baru kemudian dari Allah. Sabda nabi :

“Barangsiapa beramal dengan sesuatu yang diketahui, maka Allah mewariskan ilmu yang belum diketeahui (sebelumnya).”

Tentu, pertama kali orang belajar kepada orang lain adalah perihal hukum, untuk yang kedua kali belajar dari Allah tentang ilmu laduni, yaitu khusus ilmu yang membahas masalah batin (hati), yag dikhususkan lagi adalah tentang sirr. Tapi bagaimana kamu mampu belajar ilmu-ilmu tanpa guru, sebenarnya kamu berdomisili dalam hikmah.

Carilah ilmu, karena mencari ilmu itu termasuk wajib, sabda Nabi : “Carilah ilmu kendati di negeri Cina.”

Wahai sahaya, pergaulilah orang yang menolongmu dalam melenyapkan nafsu, jadi bukan orang yang membangkitkan nafsu itu. Jika kamu bergaul dengan orang tua yang jahil lagi munafik, sama artinya mempergauli tabiat hawa. Sebenarnya para guru (syuyuh) itu tidak menjalin persahabatan dengan dunia, mereka menjalin hubungan dengan akhirat, jadi bisa diketahui jika ada guru yang menjalin hubungan dengan tabiat dan hawa berarti ia menjalin pertalian dengan dunia, jika mempergauli hati berarti ia bergaul dengan akhirat.

Wahai orang yang berguru, memadati lakunya dengan tindak guru yang ikhlas, selagi kau mencari dunia berdasar nafsu dan hawa berarti terbilang belia, yang demikian suatu tabiat ganjil di atas keganjilan, jiwa yang menolak dunia dan meninggalkannya dengan ikhtiar sekali-kali tidak membawa kerugian, atau keadaan jiwa yang tenang lalu berbalik ddrastis itu suatu keganjilan di atas keganjilan, jauh dari segala yang jauh. Hanya saja hak dunia jadi baik bila dirimu membuta dari dunia, akhirat atau apa pun selain Allah. Kala hamba dekat dengan Allah banyaklah kenangannya dan takutnya bertambah. Karena itu orang yang banyak ingat kepada pemimpinnya ia diangkat menjadi menterinya, karena ia memang dekat dia.

Bagi orang yang beriman, tidak mungkin hal itu di dapat kecuali dengan laku ikhlas, jika ikhlas terlaksana ketika itu berada dalam pemikiran. Sedang para Ulama dalam pemikiran yang luar baisa, ketakutan mereka tidak pernah terhenti sampai berjumpa Allah. Barangsiapa mengenal Allah, maka bertambahlah takutnya. Karena itu Nabi bersabda :

“Aku adalah orang yang paling mengenal Allah daripada kamu, dan aku lebih takut kepada-Nya dariapda kamu.”

Dan, kamu, wahai pelupa, suka menampakkan diri di hadapan Allah dengan laku maksiat lagi menetang, lalu kamu berlindung kepada-Nya. Tiada lagi keamananmu akan terganti jadi ketakutan, masamu menyempit, sehatmu jadi sakit, muliamu jadi hina, ketinggianmu terbanting, kayamu jadi miskin. Ketahuilah bahwa ketenanganmu di hari kiamat berupa siksa Allah menurut ukuran takutmu di dunia, dan takutmu di akhirat menurut ketentramanmu di dunia. Namun karena kamu sebagai penyelam samudera dunia berakibat ketenteramanmu berada dalam perigi kelupaan yang dalam, tentu jalan hidupmu seperti kehidupan binatang, mereka tidak mengenal sesuatu kecuali makanan, minuman, kawin dan tidur. Tingkah lahirmu mengekor penghulu hati menunjukkan loba dunia dan cenderung mencari isi perut saja. Sudah barang tentu hal itu menutup diri dari jalan Tuhan. Wahai orang yang tersedot keaiban dunia dan lobanya, seandainya kamu dikumpulkan bersama penduduk bumi untuk memperoleh sesuatu tentu kamu tidak kebagian.

Janganlh menganiaya sesama, karena perbuatan itu akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Beralkulah adil sehingga kamu dipertimbangkan menuju jalan surga, tapi untuk penganiaya bagaimana tanpa pertimbangan, mereka akan diadili di negeri keadilan. Tinggalkan apa saja dalam tempatnya hingga menempatkan dirimu di sisi Allah. Nah, demikian situasi akhir masa. Aku lihat kamu telah berubah dari keberadaanmu semula, dengan mengganti laku yang lain, sungguh aku jadi khawatir jika kamu sampai tergulung dalam perubahan ini.

Wahai makhluk Allah, aku mencari keaiban dan manfaatmu dalam segala kondisi, aku harap pintu neraka tertutup dan meniadakannya dengan segala keberadaan ini dan agar tidak dimasuki seseorang pun, dan pintu surga dibuka agar tiada seseorang pun menolak untuk memasukinya, demikianlah harapanku agar Allah menunjukkan rakhmat dan belas kasih-Nya. Marilah duduk bersama aku demi kebaikan hatimu dan pengolahannya, janganlah lari dari kesesatan bicaraku, tiada yang kupelihara kecuali jiwa militan dalam agama Allah. Bicaraku keras, makananku keras, barangssiapa lari dariku atau membuat-buat perumpamaan diriku ia tidak akan bahagia, jika kamu berburuk sikap yang menjurus dalam agama aku tidak akan meninggalkanmu, aku tidak akan berrkata; lakukan itu, dan aku tidak akan mencari pendamping kecuali Allah, dari Dia bukan dirimu.

Ikutilah para Nabi, para Rasul dan orang-orang terdahulu yang shalih, jangan sekali-kali lepas dari mereka, bertaubatlah atas dosa-dosa dan keburukanmu. Taubat itu sutu tanaman hati, bangunan yang kau dirikan itu mampu merobohkan bangunan setan. Karena itu bangunlah suatu bangunan Ar-Rakhman (Allah) susullah berserta Tuhanmu, sesungguhnya aku berdiri pada pijakan akal bukan kerangka.

Jangan temani aku jika untuk dunia, tapi temanilah aku untuk akhirat semata; tentu dunia amendatangimu secara sukarela mengikut dan menjamin, kendatipun ambillah scukupnya (zuhud) dan aku menjaminmu – tentu kamu tidak memperhitungkan hal itu. Dahulukan akhirat atas dunia, batin atas lahir, kebenaran atas batil, yang tetap atas fana, tinggalkan lau ambil, tinggalkan pengambilan melalui tabiat, hawa, nafsu dan ambillah melalui hati dan sirr.

Jadilah penerima perintah Allah dan Rasul-Nya; menderita ketika terhalang darinya, berserah kala datang ketentuan dan keputusannya; sejalan dengan itu pergauilah manusia dengan budi luhur, kamu jangan mencari sesuatu dari Allah tanpa menggunakan ilmu-Nya; patuhi hukum dan ketentuan-Nya. Sabda Nabi saw. :

“Ketika Allah mencipta Qalam, Dia berkata kepadanya : “Tulislah”, jawab Qalam : “apa yang hamba tulis? Kata Allah : “tulislah hukum-hukum-Ku untuk makhluk sampai kiamat.”

Wahai orang berhati mati, wahai pembangkit nafsu, hatimu telah mati berarti dirimu berada dalam bencana pertama. Tiada bencana bagimu selain kematian hati, yaitu lupa Allah dan tidak mengenang-Nya. Siapa ingin membangkitkan hati, maka tetapkan dalam hati itu kenangan untuk Allah dan berjinak kepada-Nya, lihatlah keagungan dan kebesaran-Nya, dan bagaimana pemberian-Nya kepada ciptaan.

Wahai sahaya, kenanglah Allah – pertama kali – dengan hati, baru dengan lahirmu untuk yang kedua. Kenanglah Dia seribu kali dengan hati dan sekali dengan lisan, kenanglah Dia kala afat menimmpamu dan sabar atau kalau dunia datang dengan meninggalkannya, tetapi jika akhirat yang datang terimalah dan kala datang kebenaran dengan tauhid. Mengenang mati itu bisa menjernihkan hati, memadamkan dunia ciptaan juga membuka penutup hati hingga bisa melihat; bahwa ciptaan itu akan binasa, mati, dan lemah; tidak membawa penyakit atau manfaat.

Tiada ulasan: