Catatan Popular

Selasa, 18 April 2023

KITAB FATHUR RABBANI WACANA 35 : MENDEKATLAH KEPADA ALLAH SEHINGGA ENGKAU MELIHATNYA

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Betapa celaka orang yang sombong, ketahuilah penghambaanmu itu tidak membenam dalam bumi tetapi naik ke langit. Firman Allah :

“Kepada-Nya naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang baik itu dimuliakan oleh Tuhan.” (Q.S. Fathir :10).

Allah berkuasa atas Arasy dan Dia pemeliharan kekuasaan itu, ilmu-Nya mengakar ke segala penjuru yang baru. Dalam Al-Qur’an terdapat tujuh macam ayat yang menjelaskan hal ini, tetapi kesemuanya itu tidak memungkinkan daku untuk menjelaskan karena ketololanmu.

Kamu mempertakuti aku dengan pandanganmu, tapi aku tidak gentar, kamu hendak memperjinak aku dengan hartamu; aku tidak pernah akan butuh; bahkan aku semakin takut Allah. Aku mengharap Dia bukan yang lain, aku menyenbah di hadapan-Nya bukan di hadapan yang lain, rizkiku ada di sisi-Nya. Setiap hamba membutuhkan Dia, tetapi ia tidak mungkin menundukkan-Nya. Tersebut bahwa, ia (Abdul Qadir al Jailani) melalui usahanya telah mengIslamkan orang lebih dari 500 (baca :limaratus) dan mentauabatkan 20.000 (baca : dua puluh ribu) orang. Ia berkata : “Yang demikian  karena berkah Nabi-ku Muhammad saw. semata .

“(Dia) Maha Tahu perkara yang tersembunyi dan tidak diterangkan-Nya rahasia-Nya itu kepada siapa jua pun selain kepada utusan yang disukai-Nya.” (Q.S. Al-Jin  : 26, 27).

Al Ghaib (sesuatu yang tidak aksat mata) berada di sisi-Nya, maka perdekatlah Dia sampai kamu melihat dan mengetahui apa yang ada di sisi-Nya. Untuk itu, tinggalkan keluarga, harta, desa, isteri, anak dan keluarga mereka dari lubuk hati, tinggalkan semua perkara itu dan ber-sirri-lah di pintu-Nya,. Jika kamu sampai di pintu-Nya, maka tidak akan tersibukkan oleh syahwat atau harta benda, kalaupun kamu dihadapkan senampan santapan, tidak melahapnya, jika kamu di tempatkan dalam sebuah kamar, tidak menempatinya; jika kamu dikawinkan lagi, tidak mau; dus, kamu tidak menerima sesuatu pun dari semua itu, sampai kamu menjumpai-Nya seperti pertemuan antara kulit dengan bajumu, baju dengan air, seperti debu dengan perjalanan orang, beserta keteracakan rambutnya. Inilah arti : “Tawalli” dengan cipta.

Tiada ulasan: