Catatan Popular

Rabu, 19 April 2023

KITAB FATHUR RABBANI WACANA 41 : KECINTAAN TIDAK AKAN BERSATU DENGAN PEMILIKAN

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Ketahuilah, bahwa segala sesuatu bergerak melalui penggerak-Nya dan diam melalui pendiam-Nya. Jika hal ini telah menjadi kehendak-Nya, sudah barang tentu Dia menolak untuk dipersekutukan dengan ciptaan dan ciptaan bebas dari tanggungan yang dibebankan oleh-Nya, karena Dia tidak cela di hadapan meraka dan tidak menghendaki sesuatu yang ada di sisi mereka Dia menghendaki terahdap sesuatu yang mereka cari berdasar syar’i, itu cukup. Karena itu mereka harus mencari syar’i dan memperbanyak ilmu secara menyeluruh; yaitu antara hukum dan ilmu.

Ketahuilah bahwa perbuatan Allah atas ciptaan termasuk aqidah, yang dengannya tidak merusak hukum. Dia menentukan dan sumber pencarian. Firman-Nya :

“Dia tidak ditanya tentang perbuatannya dan merekalah yang akan ditanya.” (Qs. 21:23).

Ini menjadi akidah bagi setiap muslim yang yaqin, bertauhid, meridlai Allah, menerima ketentuan dan ketetapan-Nya. Dia Maha Kaya meliputi nafsu dan sabarmu, tetapi Dia juga melihat bagaimana amalmu; adakah benar atau dusta. Pencipta tidak mungkin membebani sesuatu pun beban kepada yang dicintai, cinta dan yang dikuasai tidak bisa disatukan dengan jalan kecintaan kepada Allah, namun kelurusan dalam mencintainya malah bisa mendatangkan penyerahan jiwa, harta, akhirat serta kehidupan kepada Allah semata.

Wahai orang yang mencintai Allah, cintamu tidak sempurna sampai kamu menerapkan kesungguhan (ketekunan) sebagai kewajiban, tiada satu pun yang tertinggal untukmu kecuali penekunan. Kecintaan mampu mengusir ciptaan dari lubuk hati dari arasy ke bawah (bumi), janganlah kamu mencoba untuk mencintai dunia atau akhirat, keagresifan untukmu dan kejinakan dengan Allah, sehingga dirimu seperti orang (Qais) yang gila kepada Laila. Ketika cintanya sudah tak tertahan lagi, ia menjauh dari keramian manusia demi kerelaan yang satu itu lalu merantau ke padang belantara  -- tempat-tempat binatang buas – ia menjauh dari  keramaian manusia lebih rela mengasingkan diri dalam bilik, ia menjauh dari pujian manusia atau cela mereka; praktis pembicaraan atau pendiaman mereka selalu berisi olokan yang mengiringinya – seorang diri – kerelaan darinya dan kebencian mereka dari sisi sendiri. Suatu hari orang berkata kepadanya : “Siapa kamu? Ia menjawab : “Laila”. Datang dari mana? “Dari Laila”, Ditanya lagi : “KE mana tamar (korma)?” Ia menjawab : “Laila”, Dengan demikian nyata sekali ia telah buta selain kepada Laila, tuli dari pembicaraan selains uara Laila, ia tidak akan kembali oleh celaan orang lain. Betapa bagus puisi yang disenandungkan oleh seorang Ulama :

“Ketiika nafsu membau keinginan rendah

Maka Perangai dibuat

Dalam besi yang dingin.

Hati, jika mengenal Allah dan mencintai, mendekati-Nya, maka keraslah ia terhadap ciptaan; keberadaannya tidak suka menerima makanan, minuman, pakaian serta persahabatan, ia liar dari keramaian, tiada sesuatu penguat kecuali ketentuan syara’, yaitu yang mengatur dalam perintah – larangan dan perbuatan, memperkuat dirinya sampai waktu datang ketentuan. Wahai Allah, janganlah Engkau menolak kami untuk mendapat rakhmat-Mu, sampai menyebabkan kami tenggelam dalam samudra dunia beserta keberadaannya. Wahai pemberi Mulia, tautkan – lah kami.

Wahai sahaya, siapa di antaramu tidak menerapkan aturan yang ku katakan, berarti ia tidak memahami kataku, jika menerapkan dalam perikehidupan berarti ia memahami. Pabila kamu tidak berbaik sangka kepadaku, tidak mempercayai kataku dan tidak mengamalkannya, bagaimana kamu bisa disebut memahami? Sebenarnya kamu itu lapar, kamu menunggu sisa makananku, tapi kamu sengaja tidak mau menyantap sisa makananku, bagaimana kau bisa kenyang.

Dari Abu Hurairah, r.a. ia berkata : Aku dengan Rasulullah saw. berkata :

‘ Barangsiapa sakit satu malam sedang ia rela kepada Allah, bersabar atas penyakit yang menimpanya, ia terrbebas dari dosanya seperti di hari dilahirkan ibunya.”

Alaha Muadz r.a. berkata kepada sahabatanya : “Bangkitlah kalian, mari kita beriman sesaat”, artinya : “berdirilah kalian rasakan (dzauq)-lah sesaat, bangkitlah kalian mesukan pintu sesaat untuk menemani mereka, Ketika itu ia berisyarah menunjukkan sesuatu memberi memejamkan mata, ia berisyarah pada penglihatan dengan mata yaqin. Belum tentu setiap Muslim mukmin atau setiap mukmin yakin. Karena itu ketika ada seorang sahabt bertanya kepada Nabi saw. katanya : “bahwa Muadz berkata kepada kami : “bangkitlah kalian kita beriman sesaat”, bukankah kita orang berriman? Nabi menjawab : “serulah ajakan-Mu’adz dan kehendaknya.”

Wahai penyembah nafsu dan hawa tabiat, setan dan dunia, dalam pandangan Allah atau para hamba yang shalih, sebenarnya kamu tak punya kemampuan, barangsiapa menyembah akhirat berarti tidak mengikuti-Nya, bagaimana penyembah dunia ?

Celaka, kamu berbuat hanya melalui lisan tanpa fakta, kamu dusta kendati menurut dirimu benar, kamu bersyirik, kendati menurut dirimu bertauhid. Sibukkan selalu untuk menyertaiku, aku menahanmu agar tidak berbuatdusta dan ku suruh agar berbuat benar. Padaku ada tiga penggosok, yang lebih kupahami adalah Kitab dan Sunnah, sedang hatiku sebagai penggosok akhir yang bisa memperjelas orang. Hati tidak akan sampai ke peringkat ini higga ia menetapkan amal berlandas kitab dan sunnah, beramal dengan ilmu, kejernihan yang amat jernih, mutiara di atas mutiara, batu di atas batu, amal yang disertai ilmu memperbagus hati sekaligus membersihkannya. Pabila hati bersih organ tubuh pun sehat, jika hati suci organ tubuh pun suci. Tapi jika hati sunyi dari hal itu, berarti ia sunyi pula dari surga, jika bagus konstruksinya pun sehat, kebersihan menunjukkan kejernihan sirri yang terletak di antara manusia dan Allah. Sirr itu laksana burung dan hati sangkarnya, dan jika hati diumpamakan burung maka konstruksi itu sangkarnya, bila konstruski itu semisal burung, maka kubur sebagai sangkarnya, dialah sarang hati yang tidak bisa tidak pasti harus memasukinya.

Tiada ulasan: