Catatan Popular

Rabu, 3 Oktober 2012

HIKAM ATAI’ILLAH KE 11 SYARAH UST. SALIM & FADHALLA :

“Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab tiap sesuatu yang tumbuh tetapi tidak ditanam, maka tidak sempurna hasil buahnya.”

Ustadz Salim Bahreisy ra. mensyarah:

Tiada sesuatu yang lebih berbahaya bagi seseorang yang sedang beramal, daripada menginginkan kedudukan dan kemashuran di tengah-tengah masyarakat. Hal ini termasuk dari tipu daya hawanafsu.
Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa berendah-hati maka Allah akan memuliakannya, dan barangsiapa sombong, Allah akan menghinakannya.”
Ibrahim bin Adham ra berkata:
“Tidak benar-benar menuju ke Allah siapa yang beramal untuk kemashuran dirinya.”
Ayyub As-Sakhtiyani ra berkata:

“Demi Allah, tiada seorang hamba yang bersungguh-sungguh ikhlas pada Allah,  melainkan ia merasa senang jika tidak mengetahui kedudukannya.”


Diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal ra, Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya riya’ meski sedikit, termasuk syirik.

 Dan siapa yang memusuhi seorang waliyullah, berarti telah berperang terhadap Allah.
Dan Allah menyayangi hamba-Nya yang bertakwa namun tidak terkenal, yang bila tidak ada tidak dicari, bila ada tidak dipanggil serta tidak dikenal. Hati mereka laksana pelita hidayah(petunjuk), mereka terhindar dari segala kegelapan kesukaran.
Abu Hurairah ra berkata, Ketika kami di majelis Rasulullah saw tiba-tiba beliau saw bersabda:
“Besuk pagi akan ada seorang ahli sorga yang shalat bersama kalian. Abu Hurairah berkata, Aku berharap semoga akulah orang yang ditunjuk oleh Rasulullah itu. Maka pagi-pagi aku shalat di belakang Rasulullah saw dan tetap tinggal di majelis setelah orang-orang pulang. Tiba-tiba ada seorang hamba hitam berkain compang-camping datang dan berjabat tangan pada Rasulullah saw sambil berkata: Ya Nabiyallah, doakan semoga aku mati syahid. Maka Rasulullah saw berdoa, sementara kami mencium wangi kesturi dari tubuhnya. Kemudian (setelah orang itu pergi) aku (Abu Hurairah ra) bertanya: Apakah orang itu Ya Rasulullah? Jawab Nabi: Ya benar. Ia seorang hamba dari bani fulan. Abu Hurairah bertanya lagi: Mengapa tidak kau beli dan kemudian kau merdekakan ya Nabiyallah?
Bagaimana aku akan dapat berbuat demikian, bila Allah hendak menjadikan dia seorang raja di sorga. Hai Abu Hurairah, sesungguhnya di sorga itu ada raja dan orang-orang terkemuka. Dan hamba sahaya ini salah seorang raja dan terkemuka.
Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah mengasihi kepada makhluk-Nya yang suci hati, yang menyembunyikan diri dari masyarakatnya, yang bersih, yang rambutnya terurai (tidak tersisir rapi), yang perutnya kempis kecuali dari hasil yang halal, yang bila akan masuk istana raja niscaya tidak diperkenankan (karena tampilan lahiriahnya), bila meminang wanita bangsawan tidak diterima, bila tidak ada tidak dicari, bila hadir tidak dihiraukan, bila sakit tidak dijenguk, bahkan bila meninggal jenazahnya tidak dihadiri.”
Ketika sahabat bertanya:  Tunjukkan kepada kami seorang dari mereka ya Nabiyallah..
Nabi menjawab:
“Uwais Al-Qarny ra, seorang berkulit coklat, lebar kedua bahunya, sedang tingginya, selalu menundukkan kepalanya sambil membaca al-Quran, di bumi tidak dikenal, tetapi terkenal di langit. Andaikan dia bersungguh-sungguh minta sesuatu kepada Allah, pasti Diaberi. Di bahu kirinya ada bekas belang sedikit. Hai Umar dan Ali, jika kamu kelak bertemu dengannya, maka mintalah dia membacakan istighfar untuk kalian.”

Sedangkan Syarah Syeikh Fadhlala Haeri dalam terjemahnya:

Kalau perbuatan-perbuatan kita tidak didasarkan pada pengabdian yang rendah hati (tawadhu’) kepada Allah, maka perbuatan-perbuatan tersebut tidak akan menunjukkan hasilnya dan tidak terbebas dari kepalsuan serta kemusyrikan (menyekutkan Allah) secara halus.
Bila kita menginginkan reputasi atau penghargaan, maka buah dari perbuatan kita yang seperti itu akan asam dan busuk, karena sifat dunia yang selalu berubah.
Pencari spiritual yang sukses tidak mempedulikan apa yang muncul sebagai hasil akhir perbuatan, karena ia merasakan rahmat-Nya sejak awal penyerahan-dirnya kepada Allah SWT.

Di tengah-tengah masyarakat yang berpandangan bahwa ketermashuran di masyarakat adalah sebuah cita-cita yang membahagiakan secara duniawi, tentu mengerti dan mengamalkan ajaran para Kekasih Allah di atas menjadi sesuatu yang tidak mudah. Untuk itu kita sebaiknya bersahabat dengan mereka yang sama mempunyai tekad yang kuat untuk meneladani para kekasih Allah, agar kita bisa saling menolong dalam perjuangan menggapai ridho Allah dalam hal ini.

Tiada ulasan: