FATHULLAH GULLEN (PENGASAS HIZMET TURKI)
Tasawuf adalah istilah yang digunakan untuk menyebut
jalan yang menghubungkan kepada sang Mahabenar, Allah ta'ala, yang
ditempuh oleh sufi dan para mutashawif. Tasawuf menampilkan aspek teoretik dari
jalan kebenaran, dan al-tanassuk (al-tadarwusy) diartikan sebagai
aspek praktik darinya. Selain itu, biasa dikenal pula istilah "Ilmu
Tasawuf" untuk menyebut aspek teoretik dari jalan ini, sementara aspek
praktiknya disebut "al-tanassuk".
Sebagian dari para penempuh kebenaran berpendapat
bahwa tasawuf adalah tindakan Allah mematikan aspek kejiwaan dan ego manusia
untuk kemudian membawanya naik menuju kehidupan lain dengan cahayanya. Dengan
kata lain, tasawuf adalah: tindakan Allah mem-fana-kan manusia dengan
kehendak-Nya, serta dorongan-Nya menuju amal dengan kehendak-Nya yang khusus
dan pilihan-Nya sendiri
Dari pendekatan lain dikatakan bahwa tasawuf adalah mujâhadah
(usaha keras) yang terus-menerus dan murâqabah (kesadaran akan
pengawasan Allah) yang berkesinambungan, demi menghilangkan semua bentuk akhlak
tercela dari seseorang dan mengosongkan dirinya dari semua itu, untuk kemudian
mengisi dirinya dengan berbagai sifat terpuji yang luhur, serta mengisi dirinya
dengan semua itu.
Junaid al-Baghdadi menjelaskan bahwa tasawuf adalah
"al-fanâ` fî-Allâh" (fana dalam Allah) dan "al-baqâ`
bi-Allâh" (kekal dengan Allah). Dapat disampaikan di sini ringkasan
dari berbagai pernyataan al-Syibli bahwa tasawuf adalah kekal (al-baqâ`)
dalam kebersamaan Ilahiyah (al-ma'iyyah al-ilâhiyyah) tanpa menoleh
kepada semua yang lain. Sementara penjelasan Abu Muhammad al-Jariri menyatakan
bahwa tasawuf adalah mengambil posisi waspada terhadap semua akhlak buruk dan
berusaha meraih semua akhlak yang luhur.
Namun ada pula orang-orang yang mendefinisikan tasawuf
sebagai: upaya menembus roh (inti) segala sesuatu dan segala entitas,
menganalisa semua kejadian sesuai dengan tolok ukur makrifat Ilahiah, serta
menganggap bahwa semua tindakan Allah adalah jalan menuju muraqabah dan
pengawasan Allah s.w.t..
Dengan musyahadah internal, berbagai konsepsi
akan naik tinggi melampaui batasan kuantitas (al-kam) dan kualitas (al-kaif).
Sepanjang usia akan dihabiskan untuk berusaha melakukan mu'ayanah
(observasi) dan musyahadah terhadap Allah s.w.t.. Seluruh kehidupan akan
digunakan untuk khusyuk, tunduk, dan gerak berkesinambungan di mana kita dapat
melihat seluruh hâl kita.
Kita dapat meringkas berbagai definisi tersebut di
atas dalam sebuah kesimpulan, yaitu: Tasawuf adalah upaya untuk membebaskan
diri dari sifat-sifat kemanusiaan demi meraih sifat-sifat malaikat dan akhlak
Ilahi, serta menjalani hidup pada poros makrifatullah dan mahabbatullah
sembari menikmati kenikmatan spiritual.
Dasar dari tasawuf adalah menjaga adab-adab syariat
secara lahiriah dan berdiri di atas adab-adab tersebut secara batiniah. Seorang
salik yang terampil menggunakan kedua sayap ini akan dapat melihat
hukum-hukum (ketetapan) dari batin pada apa yang tampak secara lahir, dan ia
juga dapat merasakan dan hidup secara lahir dengan hukum-hukum (ketetapan) yang
ada di dalam batin. Berkat adanya musyahadah dan sensitivitas semacam
ini, maka ia akan selalu dapat menempuh perjalannnya dengan adab menuju
tujuannya, tanpa pernah jauh dari jalan kebenaran karena ia selalu berada di
dekat jalan tersebut.
Tasawuf adalah sebuah jalan terbuka menuju makrifat
rabbaniyah dan amal yang selalu baik. Di dalamnya sama sekali tidak ada ruang
untuk senda-gurau, ketidakpedulian, main-main, dan kesia-siaan. Lagi pula
bagaimana mungkin bisa demikian, sementara dasar dari tasawuf adalah penyerapan
kesaksian makrifat uluhiyah yang dilanjutkan dengan menyematkannya di dalam
hati, laksana lebah yang hilir-mudik dari sarangnya ke tempat bunga tumbuh;
penyucian kalbu dari guncangan; penaklukan jiwa dari kecenderungan negatif;
pengendalian sifat-sifat manusiawi dengan menutup sama sekali segala bentuk
hasrat fisik-jasmaniah; selalu terbuka di hadapan nilai-nilai spiritual;
penggunaan seluruh umur untuk mengikuti jejak langkah Sayyid al-Anâm
Muhammad s.a.w.; pengosongan diri dari segala keinginan pribadi demi mengikuti
keinginan Allah s.w.t.; dan kesadaran penuh akan kehadiran Allah s.w.t. yang
diiringi pengetahuan bahwa sikap menyandarkan diri kepada Al-Haqq Allah
s.w.t. adalah martabat yang tertinggi.
Selain itu kita juga harus mengetahui akar, dasar,
subjek, manfaat, dan rukun-rukun tasawuf. Berikut ini penjelasannya:
Akar tasawuf adalah: Berpegang pada dasar-dasar agama
sekuat-kuatnya, menjaga perintah serta larangan agama dengan cermat, dan
menghindari dorongan nafsu sekuat tenaga dengan membiasakan kondisi lapar dan
waspada.
Subjek tasawuf adalah: Mengangkat manusia ke derajat kehidupan
spiritual-rohaniah, menyucikan hati, dan mengarahkan seluruh lathifah ke
tempat kembalinya yang sejati.
Manfaat tasawuf adalah: Mendorong manusia untuk menumbuh-kembangkan
anasir kemalaikatan (angelic qualities) yang ada dalam dirinya, serta
mempertajam sentivitas keimanan yang komprehensif dan orisinal sekali lagi
secara nyata dan dengan segenap perasaan, lalu hidup dengannya.
Dasar tasawuf adalah: Memperdalam kesadaran ubudiyah yang dangkal
dan mengasahnya dengan usaha sungguh-sungguh dalam ibadah dan ketaatan, serta
menjadikannya sebagai elemen penting bagi karakter manusia, kedewasaan
spiritual -yang dianggap sebagai fitrah kedua bagi manusia-, dan perhatian
terhadap dua wajah dunia yang menghadap ke arah akhirat dan nama-nama baik (al-asmâ`
al-husnâ)yang dimiliki Ilahi, sembari menutup rapat terhadap wajah dunia
yang fana yang menghadap ke arah jati diri dan hawa nafsunya.
Adapun rukun-rukun tasawuf dapat disusun
peringkatnya sebagai berikut:
1-Pencapaian tauhid hakiki melalui jalan teoretik dan
praktik.
2-Membaca serta mengamati perintah-perintah dari Hadrah
Kekuasaan dan Kehendak Ilahiah, di samping mendengar dan memahami Yang
Terhormat firman Ilahi.
3-Memenuhi diri dengan mahabbah kepada Al-Haqq
Allah s.w.t.; melihat demi Dia kepada semua entitas dengan menganggapnya sebagai
"persemaian ukhuwah"; serta melaksanakan interaksi yang baik dengan
semua manusia, dan bahkan dengan segala sesuatu.
4-Beramal dengan semangat al-îtsâr
(mengutamakan orang lain) di setiap saat, dengan selalu mengutamakan
kepentingan orang lain dibandingkan diri sendiri sesuati kemampuan.
5-Mengutamakan kehendak Ilahi di atas kehendak pribadi
serta berusaha menggunakan seluruh usia untuk mendaki ke puncak "al-fanâ`
fî-Allâh" (fana dalam Allah) dan "al-baqâ` bi-Allâh"
(kekal dengan Allah).
6-Terbuka terhadap al-'isyq (cinta), al-wajd
(kerinduan spiritual), al-jadzb, dan al-injidzâb (ekstase).
7-Mampu menembus apa yang ada di dalam hati melalui
ekspresi wajah, dan mampu membaca berbagai rahasia Ilahiah yang terdapat pada
tampilan kejadian-kejadian.
8-Melakukan ziarah ke tempat-tempat yang dapat
mengingatkan kepada akhirat dengan niat perjalanan untuk mendapatkan semangat
hijrah.
9-Merasa cukup dengan berbagai perasaan dan kenikmatan
yang berada di dalam lingkup syariat, serta bertekad untuk tidak melangkah sedikit
pun ke arah kawasan di luar syariat.
10-Terus bermujahadah dan berjuang untuk melawan sikap
panjang angan-angan (thûl al-amal) yang akan menimbulkan dugaan-dugaan
tak berkesudahan.
11-Tidak pernah melupakan -meski hanya sesaat- bahwa
tidak ada keselamatan yang dapat diraih selain hanya melalui jalan keyakinan,
keikhlasan, dan ridha Ilahi, walaupun amal yang dilakukan adalah demi
berkhidmat pada agama dan untuk menghantarkan umat manusia menuju Al-Haqq
Allah s.w.t..
Selain semua yang telah dipaparkan di atas, kita masih
dapat menambahkan beberapa poin berikut ini:
Membekali diri dengan ilmu-ilmu lahir dan ilmu-ilmu
batin, serta mengikuti bimbingan dan tuntunan sang Insan Kamil. Kedua elemen
ini dianggap sangat penting oleh para pengikut Tarekat Naqsyabandiyah.
Ketika kita membahas tentang tasawuf, memikirkan
tentang tasawuf, dan menulis tentang tasawuf, kita tidak boleh melupakan
beberapa masalah yang akan dijelaskan di bawah ini, yang serupa dengan
tanda-tanda dari kristal mengkilap yang menuntun perjalanan dan dan suluk
rohaniah. Ia mencakup makna luas dari semangat ad-darwasyah (at-tanassuk),
dan dianggap sebagai dasar bagi buku-buku akhlak, adab, dan zuhud (asketisme).
Bahkan ia juga dianggap sebagai titik pertemuan hati manusia -pada salah satu
pengertiannya- dengan al-Haqiqah al-Muhammadiyyah.
Masalah pertama yang akan disampaikan adalah
"keterjagaan" (al-yaqazhah) yang menjadi dasar bagi pemahaman
sebuah hadits Rasulullah s.a.w.: "Sesungguhnya kedua mataku tidur, tapi
hatiku tidak tidur." Dan sebuah ungkapan yang berbunyi: "Manusia
tidur, ketika mereka mati, mereka terjaga."
Setelah keterjagaan (al-yaqazhah), berikutnya
ada taubat, al-inâbah, al-muhâsabah, tafakkur, al-firâr, al-i'tishâm,
khalwat, uzlah, al-hâl, hati, al-huzn, al-khauf (takut), al-rajâ`
(harap), khusyuk, zuhud, takwa, al-warâ' (warak), ibadah, al-'ubûdiyyah
(penghambaan), al-murâqabah, ikhlas, istiqamah, tawakal, al-taslîm,
al-tafwîdh, al-tsiqah, al-khulq, tawaduk, al-futuwwah,
al-shidq, al-hayâ` (malu), syukur, sabar, ridha, al-inbisâth,
al-qashd, al-'azm, al-irâdah, al-murîd, al-murâd,
yakin, zikir, ihsan, al-bashîrah (mata batin), al-farâsah
(keperwiraan), al-sakînah (ketenteraman), al-thama`nînah
(ketenangan), al-qurb (kedekatan), al-bu'd (kejauhan), makrifat,
mahabah, al-'isyq (rindu), al-syauq, al-isytiyâq, al-jadzbah,
al-injidzâb (ekstase), al-dahsyah, al-hîrah, al-qabdh,
al-basth, al-faqr (kefakiran), al-ghinâ (kekayaan), al-riyâdhah,
al-tabaddul, al-hurriyyah (kemerdekaan), al-ihtirâm, al-'ilm
(ilmu), al-hikmah (hikmah kebijaksanaan), al-himmah, al-ghîrah,
al-wilâyah, al-sîr, al-ghurbah (keterasingan, al-istighrâq
(ketenggelaman), al-ghaib (gaib), al-qaliq (kegelisahan), al-waqt
(waktu), al-shafâ` (kejernihan), al-surûr (kesenangan), al-talwîn,
al-tamkîn, al-mukâsyafah, al-musyâhadah, al-tajalli,
al-hayâh (kehidupan), al-sakar (mabuk), al-shahw, al-fashl
(pemisahan), al-washl (penghubungan), al-fanâ`, al-baqâ`, al-tahqîq,
al-talbîs, al-wujûd (entitas), al-tajrîd, al-tafrîd,
al-jam', jam' al-jam', al-tauhîd (pengesaan).
Kami berharap untuk dapat menjelaskan sedikit dari
berbagai istilah di atas di dalam buku kecil ini meski hanya sepintas. Wallâhu
yaqûlu al-haqq wa huwa yahdî al-sabîl (Allah selalu menyampaikan kebenaran,
dan dia selalu memberi petunjuk jalan yang benar).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan