Catatan Popular

Sabtu, 8 Julai 2017

ABU HURAIRAH PUN MENANGIS



Syufay Al-Ashbahi, menceritakan bahwa suatu ketika ia memasuki kota Nabi, Madinah. Ternyata di sana ada seorang lelaki yang dikerumuni oleh banyak manusia. Ia pun bertanya kepada orang-orang, ‘Siapa lelaki ini?’ mereka menjawab, “Abu Hurairah.”
Syufay , seorang tabi’in yang dinilai oleh Ibnu Hajar dan Adz-Dzahabi sebagai perawi tsiqqah-, kemudian mendekat hingga duduk di hadapan Abu Hurairah, yang sedang menyampaikan hadits kepada manusia.
Ketika Abu Hurairah diam dan berhenti sejenak, Syufay berkata, “Aku memohon kepadamu, dengan nama Allah, dan kebenaran, agar Anda berkenan menyampaikan sebuah hadits kepadaku; hadits yang Anda dengar dari Rasulullah ­Shallallâhu alaihi wa sallam; hadits yang Anda hafal, dan ketahui.
Abu Hurairah pun menjawab, “Baik, sungguh, aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadits yang aku dengar dari Rasulullah ­Shallallâhu alaihi wa sallam; hadits yang aku hafal, dan ketahui.
Tetapi apa setelah itu?
Abu Hurairah malah menangis pilu, tersedu-sedan, terisak-tangis. Setelah berjeda sejenak, beliau boleh menguasai diri, dan mengusap wajahnya yang basah oleh air mata.
Beliau berkata, “Ya, sungguh, aku benar-benar akan menyampaikan hadits yang aku dengar dari Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam, ketika aku membersama beliau di rumah ini. Pada saat itu, tidak ada orang lain selain aku dan beliau,”
Abu Hurairah kembali menangis. Setelah beliau boleh menguasai diri, dan mengusap wajahnya yang basah oleh air mata, beliau berkata, “Ya, sungguh, aku benar-benar akan menyampaikan hadits yang aku dengar dari Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam, ketika aku membersama beliau di rumah ini. Pada saat itu, tidak ada orang lain selain aku dan beliau,”
Abu Hurairah lagi-lagi menangis. Setelah beliau boleh menguasai diri, dan mengusap wajahnya yang basah oleh air mata, beliau berkata, “Ya, sungguh, aku benar-benar akan menyampaikan hadits yang aku dengar dari Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam, ketika aku membersama beliau di rumah ini. Pada saat itu, tidak ada orang lain selain aku dan beliau,”
Tapi setelah itu, Abu Hurairah terisak-isak lebih hebat lagi. Beliau terhuyung-huyung menundukkan wajahnya, hingga aku menyandarkannya di atas pundakku dalam waktu yang lama. Setelah boleh menguasai diri, Abu Hurairah kembali berkata, “Rasulullah telah menyampaikan kepadaku, bahwa pada hari kiamat nanti, akan turun menemui para hamba-Nya untuk memberikan keputusan di antara mereka. Dan semua orang berdiri dengan lututnya. Kemudian, orang yang pertama dipanggil adalah seorang qari’, orang yang terbunuh di jalan Allah, dan orang yang memiliki banyak harta.”
Kepada yang qari’ hafal dan bagus dalam membaca Al-Qur’an, Allah bertanya, ”Bukankah Aku telah mengajarkan kepadamu tentang apa yang Aku turunkan kepada utusan-Ku?”
”Benar, duhai Rabb” jawab yang ditanya.
”Lantas, apa yang telah kamu amalkan dari ilmumu itu?” tanya Allah.
”Aku menggunakannya untuk shalat di tengah malam dan siang hari,” jawabnya.
”Kamu dusta!” bantah Allah. Dan para malaikat mengulanginya dengan tegas. ”Kamu dusta!”
Kemudian Allah berfirman, ”Tetapi, kamu ingin disebut bahwa si fulan adalah seorang Qari’, dan kamu sudah mendapatkan sebutan itu.”
Orang yang banyak harta pun dipanggil. Allah berfirman kepada mereka, ”Bukankah Aku telah memberi kekayaan yang sangat banyak kepadamu sehingga Aku tidak membiarkanmu membutuhkan orang lain?”
”Ya, benar,” jawab orang-orang dengan banyak harta.
”Lalu, apa yang kamu perbuat dengan harta yang telah Kuberikan kepadamu?” tanya Allah.
”Aku gunakan untuk menyambung tali silaturahmi, dan bersedekah,” kata mereka.
”Kamu dusta!” Allah berfirman. Dan para malaikat mengulanginya dengan tegas. ”Kamu susta!”
Allah Ta’ala berfirman, “Bahkan, engkau melakukan itusemua agar disebut bahwa si fulan adalah orang dermawan, dan itu sudah kamu dapatkan.”
Setelah itu, orang-orang yang gugur di jalan Allah didatangkan untuk menghadap. ”Dalam rangka apa kamu terbunuh?” tanya Allah.
Lalu mereka memberikan jawaban, ”Aku diperintahkan untuk berjihad di jalan-Mu, lalu aku berperang hingga terbunuh.”
”Kamu dusta!” Allah berfirman. Dan para malaikat mengulanginya dengan tegas. ”Kamu dusta!”
Kemudian Allah berfirman, ”Kamu hanya ingin disebut sebagaima pemberani, dan kamu sudah mendapatkan hal itu.”
Kemudian di akhir hadits, Abu Hurairah melanjutkan, ”Kemudian Rasulullah saw menepuk lututku dan bersabda, “Wahai Abu Hurairah, tiga orang itulah makhluk pertama yang akan digunakan untuk menyalakan api neraka pada hari kiamat kelak.”
Demikianlah kisah Abu Hurairah. Tetapi setelah kisah itu, masih ada penjelasan berikutnya yang dicantumkan oleh At-Tirmidzi, yaitu bahwa berdasarkan informasi Ala’ bin Abu Hakim kepada Walid Abu Utsman, Syufay adalah seorang algojo dari Mu’awiyah.
Suatu hari, Syufay pernah datang menemui Mu’awiyah kemudian mengabarkan tentang hadits Abu Hurairah ini. Mu’awiyah pun berkata, “Itulah yang akan ditimpakan kepada mereka –bertiga-, lantas bagaimana dengan keadaan manusia yang tersisa” Mu’awiyah menangis dengan tangisan yang memilukan; tangisannya keras. Sehingga kami menyangka beliau akan binasa.
Ala’ melanjutkan, “Lelaki itu datang dengan membawa keburukan. Dan tatkala Mu’awiyah tersadar, dan bolwh menguasai diri, beliau mengusap wajahnya, dan berkata, “Shadaqallâh wa Rasûluh, “Barangsiapa menginginkan kehidupan dunia, dan perhiasannya, kami akan memberikan balasan yang sempurna atas amal mereka, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang di akhirat nanti tidak memperoleh apa-apa kecuali nereka, dan lenyaplah apa yang dulu mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan –QS. Hûd : 15-16.”
(Hadits inidiriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim. Lafazh dalam hadits ini adalah milik Tirmidzi, dan Syaikh Al-Albani berkomentar bahwa hadits ini ‘Shahih’).

Tiada ulasan: