(BAB I KISAH-KISAH KETABAHAN)
Anas bin
Nadhar ra. adalah seorang sahabat Nabi saw. yang tidak sempat menyertai perang
Badar. la sangat menyesal karena tidak dapat menyertai peperangan yang pertama
dan besar dalam sejarah Islam itu. Untuk itu, ia sangat berharap dapat
menebusnya pada pertempuran selanjutnya. Dan ternyata, kesempatan itu datang
pada perang Uhud. Dia turut serta sebagai seorang pejuang yang gagah berani.
Dalam perang itu, kaum muslimin telah memperoleh kemenangan lebih dulu. Namun
pada akhir peperangan, disebabkan suatu kekhilafan, kaum muslimin telah mendapatkan
kekalahan. Kekhilafan itu pada beberapa orang sahabat yang telah
ditugaskanolehNabi saw. untukberjaga-jaga di suatu tempat Nabi saw. bersabda,
“Kalian jangan meninggalkan tempat ini dalam keadaan bagaimana pun, karena
musuh dapat menyerang dari arah belakang.” Pada permulaan perang, kaum muslimin
telah memperoleh kemenangan, dan kaum kafir melarikan diri. Melihat kemenangan
ini, orang-orang yang telah ditunjuk oleh Nabi saw. itu, segera meninggalkan
tempat tugas mereka. Mereka menyangka Kaum muslimin telah menang, dan
peperangan telah usai, karena orang-orang kafir telah melarikan diri. Akhirnya,
mereka berebut mendapatkan rampasan perang. Pimpinan pasukan itu sebenarnya
telah melarang dan mengingatkan agar tidak meninggalkan bukit, ia berkata, “Kalian
jangan tinggalkan tempat ini, Rasulullah saw. telah melarangnya.” Tetapi mereka
menduga bahwa perintah Nabi saw. itu hanya berlaku ketika perang saja. Mereka
turun ke tempat perang, meninggalkan bukit. Pada saat itulah, pasukan kafir
yang sedang melarikan diri melihat bahwa tempat yang seharusnya dijaga oleh
kaum muslimin telah kosong, maka mereka segera kembali, dan menyerang kaum
muslimin dari arah belakang.
Hal ini sama
sekali tidak disangka oleh kaum muslimin, sehingga mereka kalah dan terjepit
dalam kepungan kaum kafir. Keadaan menjadi kacau. Anas ra. melihat sahabat,
Sa’ad bin Mu’adz ra. sedang berjalan. Kata Anas ra., “Hai Sa’ad, mau kemana
engkau? Sungguh demi Allah, saya mencium harumnya surga datang dari arah Uhud.”
Setelah berkata demikian, beliau mengacungkan pedang di tangannya, dan menyerbu
kaum kafir dan bertekad, jika belum syahid, ia tidak akan berhenti berperang.
Sehingga ia syahid di medan Uhud. Ketika tubuhnya diperiksa, tubuhnya begitu
rusak. Kurang lebih 80 luka akibat tebasan pedang dan panah di tubuhnya. Hanya
saudari wanitanya saja yang dapat mengenalinya melalui jari-jari tangannya.
Faedah:
Orang yang
ikhlas dan bersungguh-sungguh menunaikan perintah Allah swt., ketika di dunia
pun Allah memberinya kesempatan untuk merasakan nikmat surga. Inilah kisah Anas
bin Nadhar ra. yang telah mencium harumnya surga ketika masih hidup di dunia.
Saya pun mendengar langsung dari khadim khusus Maulana Abdurrahim Raipuri
rah.a., bahwa beliau sering berkata, “Bau harum surga sedang berhembus….” Kisah
beliau telah ditulis dalam kitab Fadhilah Ramadhan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan