Catatan Popular

Rabu, 22 November 2017

KITAB FADHAIL AMAL 5. Kisah Keislaman Abu Dzar Al-Ghifari ra.

(BAB I KISAH-KISAH KETABAHAN)

Abu Dzar Al-Ghifari ra. adalah seorang sahabat Nabi saw. yang terkenal. Yang di kemudian hari ia termasuk golongan ahli zuhud, dan alim ulama besar di jamannya. Ali ra. berkata, “Abu Dzar memiliki ilmu yang orang lain tidak memilikinya, dan ia telah memelihara ilmu tersebut dengan baik.”
Ketika pertama kali ia mendengar kabar tentang kenabian Muhammad saw., ia telah mengirim saudaranya ke Mekkah untuk memastikan berita itu. Kepada saudaranya ia berkata, “Apabila ada orang yang mengaku, Telah datang wahyu kepadaku dari langit,’ maka selidikilah dirinya dan dengarkanlah dengan baik kata-katanya.” Saudaranya pun pergi ke Mekkah, dan setelah menyelidiki keadaan di sana. Ia kembali dan berkata kepada saudaranya, “Saya telah melihat bahwa ia berakhlak mulia dan terpuji. Dan saya telah mendengar ucapannya yang sangat indah, namun bukan ucapan syair atau ucapan ahli sihir.” Abu Dzar ra. merasa tidak puas atas berita saudaranya itu, sehingga ia memutuskan untuk pergi sendiri ke Mekkah. Setibanya di sana, ia langsung menuju Masjidil Haram. Saat itu ia belum mengenal wajah Nabi saw., dan ia menduga tidaklah aman baginya jika ia bertanya tentang Nabi kepada orang-orang. Sampai petang ia masih dalam keadaan demikian. Ketika itu, Ali ra. melihat seorang musafir miskin dan tidak tahu apa-apa terlantar di jalanan. Hatinya pun tersentuh untuk menolong dan memenuhi keperluannya. Lalu, Ali ra. mengajaknya ke rumahnya dan melayaninya. Ali ra. belum merasa perlu bertanya, siapa dan apa maksud kedatangannya. Dan musafir itu pun tidak mengemukakan maksudnya kepada tuan rumah.
Pagi harinya, ia datang lagi ke masjid, dan menyelidiki sendiri, tanpa bertanya kepada yang lain. Mungkin hal ini disebabkan berita permusuhan terhadap Nabi saw. telah tersebar luas. Nabi saw. dan siapapun yang berani menemuinya akan diganggu oleh mereka. la berpikir bahwa ia tidak akan dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya, karena gangguan yang mungkin tiba-tiba menimpanya.
Pada sore hari kedua, AH ra. pun berpikir, “Musafir yang terlantar ini pasti mempunyai maksud dan tujuan datang ke man, tetapi ia belum mengutarakannya kepadaku.” Maka, ia mengajak kembali tamunya itu untuk menginap di rumahnya. Malam telah berlalu, tetapi Ali ra. belum mendapatkan kesempatan untuk bertanya padanya. Pada malam ketiga pun keadaannya sama dengan sebelumnya. Maka, Ali ra. memberanikan diri bertanya kepada tamunya, “Apa tujuanmu datang ke sini?” Setelah Abu Dzar ra. meminta agar Ali ra. berjanji untuk menjawab setiap pertanyaannya dengan jujur, barulah ia menyampaikan maksudnya. Ali ra. berkata, “Sungguh, beliau adalah utusan Allah. Jika aku pergi esok pagi, ikutilah aku. Aku akan mengantarkanmu kepadanya. Tetapi, para penentang itu sangat banyak, dan sangat berbahaya jika mereka mengetahui hubungan kita. Agar tidak dicurigai, jika ada bahaya yang mengancam, aku akan pura-pura buang air, atau memperbaiki sepatu, sedangkan kamu terus berjalan. Jangan menunggu aku sehingga perjalanan kita tidak diketahui orang.”
Keesokan paginya, Ali ra. dan musafir tersebut tiba di rumah Nabi saw. dengan sembunyi-sembunyi. Mereka berbincang-bincang dengan Nabi saw.. Dan pada saat itulah, Abu Dzar ra. masuk Islam. Selanjutnya, karena Nabi saw. sangat mencemaskan gangguan yang akan menimpa dirinya, beliau melarang Abu Dzar ra. menunjukkan keislamannya itu di muka umum. Nabi saw. bersabda, “Pulanglah ke kaummu dengan sembunyi-sembunyi, dan boleh kembali lagi ke sini jika kami telah mendapat kemenangan.” Jawab Abu Dzar ra., “Ya Rasulullah, demi Dzat yang nyawaku di tangan-Nya, aku akan mengucapkan kalimah tauhid ini di hadapan orang-orang yang tanpa iman itu! ” Lalu ia langsung pergi ke Masjidil Haram, dan dengan suara lantang iaberteriak,
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. ”
Begitu selesai ucapannya, orang-orang menyerangnya dari empat penjuru, sehingga tubuhnya banyak terluka. Bahkan, ia hampir saja menemui ajalnya. Tetapi, untunglah paman Nabi saw., Abbas ra., yang ketika itu belum memeluk Islam, telah menghalangi perbuatan kaumnya menyiksa Abu Dzar ra., sambil berteriak, “Kalian sungguh zhalim, orang ini adalah orang Ghifar, kabilah ini tinggal diantara jalan menuju ke Syam. Perdaganganmu dan segala urusan lainnya mesti melalui jalan ke Syam. Jika ia mati, maka jalan pulang pergi ke Syam akan tertutup bag! kita.” Ucapannya itu menyadarkan orang-orang yang memukulinya. Memang, semua kebutuhan mereka datang dari Syam. Jika jalur itu tertutup, maka itu suatu musibah bagi mereka. Akhirnya, mereka pun meninggalkan Abu Dzar ra..
Pada hari kedua, Abu Dzar ra. berbuat hal yang sama. la pergi ke Masjidil Haram, dan berteriak mengucapkan kalimat tauhid di hadapan orang banyak. Sehingga, orang-orang yang membenci ucapannya itu kembali memukulinya. Dan pada hari itu pun, Abbas ra. jugalah yang telah mengingatkan kaumnya, bahwa jika ia mati, maka perjalanan dagang mereka akan tertutup. Dan mereka pun kembali meninggalkannya.
Faedah :
Rasulullah saw. telah menasehati Abu Dzar ra. agar tidak memperlihatkan ke-Islamannya. Namun, semangat yang tinggi untuk memperlihatkan yang hak telah merasuki jiwa Abu Dzar ra.. Jika agama yang hak ini telah merasuki jiwa seseorang, maka tiada alasan baginya untuk menutupinya dari siapapun. Sedangkan, larangan Nabi saw. itu adalah karena rasa sayang beliau kepadanya, khawatir jika Abu Dzar ra. tidak mampu menanggung penderitaannya. Tiada sedikit pun perasaan menentang Nabi saw. dalam hati para sahabat ra.. Mengenai hal ini, akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.

Dalam menjalankan risalah agama ini, Nabi saw. sendiri telah banyak menderita. Sehingga Abu Dzar ra. merelakan dirinya mengikuti penderitaan Nabi saw.. Inilah yang menyebabkan urusan agama dan duniawi para sahabat cepat meningkat. Siapapun yang telah mengucapkan syahadat sekali saja, berarti ia berada di bawah naungan bendera Islam. Tiada kekuatan apapun yang dapat menghentikan semangat mereka. Dan tiada satu kezhaliman pun yang dapat menghentikan penyebaran agama mereka.

Tiada ulasan: