Catatan Popular

Rabu, 22 November 2017

KITAB FADHAIL AMAL 4. Kisah Islamnya Bilal Bin Rabah Al Habsyi ra. Dan Penderitaannya.

(BAB I KISAH-KISAH KETABAHAN)

Bilal Al-Habsyi adalah sahabat yang masyhur. la adalah muadzin tetap masjid Nabawi. Pada mulanya, ia adalah seorang budak milik seorang kafir. Kemudian ia memeluk Islam, yang menyebabkan ia banyak menerima berbagai siksaan. Umayyah bin Khalaf adalah orang kafir yang paling keras memusuhi Islam. la telah membaringkan Bilal di atas padang pasir yang sangat panas di terik matahari, sambil meletakkan batu besar di dadanya, sehingga Bilal sulit bergerak sedikit pun. Lalu dikatakan kepadanya, “Apakah kamu bersedia mati seperti ini? Atau tetap hidup, dengan syarat kamu tinggalkan Islam?” Namun, ia tetap mengucapkan, “Ahad,….Ahad…..”, bahwa yang harus disembah hanyalah Allah swt.. Pada malam hari ia dirantai, dan dicambuk terus menerus sehingga badannya penuh luka. Dan siang harinya, dengan luka tersebut, ia dijemur kembali di padang pasir panas, sehingga lukanya semakin parah. Tuannya berharap ia akan meninggalkan Islam atau ia mati perlahan-lahan dengan cara itu. Orang yang menyiksa Bilal ra. silih berganti, kadang-kala Abu Jahal, atau Umayyah bin Khalaf, bahkan orang lain pun ikut menyiksanya. Mereka berusaha menyiksanya lebih berat lagi. Ketika Abu Bakar ra. melihat hal itu, maka beliau menebusnya, dan langsung memerdekakannya.
Faedah:
Orang-orang Arab musyrik telah menjadikan berhala sebagai sesembahan mereka. Untuk itulah sebagai lawannya, Islam mengajarkan ketauhidan hanya kepada Allah swt.. Inilah yang menyebabkan selalu terucap dari lisan Bilal ra.; “Ahad,..Ahad…!” Yaitu karena hubungan dan kecintaannya yang tinggi terhadap Allah swt..
Sekarang, kita banyak melihat cinta yang palsu. Lihatlah bagaimana cinta Bilal ra. kepada Allah swt.. Cinta itulah yang menyebabkan ia rela disiksa sehingga penderitaan demi penderitaan menimpanya. Meskipun para pemuda kafir Mekkah menggiringnya di jalan-jalan sambil menghinanya, ia tetap mengucapkan, “Ahad…, Ahad…!” Inilah kehidupan yang pernah ia alami, sehingga sampailah Nabi saw. menjadikannya muadzin yang selalu berkhidmat mengumandangkan adzan. Setelah Nabi saw. wafat, ia tetap tinggal di Madinah Thayyibah. Namun ia tidak tahan melihat tempat Nabi saw. yang telah kosong, sehingga ia berniat untuk menghabiskan sisa hidupnya untuk jihad, dan beberapa lama ia tidak kembali ke Madinah.

Pada suatu ketika, ia mimpi berjumpa dengan Nabi saw.. Nabi saw. berkata, “Wahai Bilal, betapa zhalimnya, sehingga kamu tidak menziarahiku?” Begitu bangun dari mimpinya, ia segera pergi menuju Madinah. Setibanya di sana, Hasan dan Husain ra. memintanya mengumandangkan adzan. la tidak dapat menolak permintaan orang-orang yang dicintainya itu. Ketika ia mulai adzan, terdengarlah suara adzan seperti di masa hidup Rasulullah saw.. Suara itu sangat menyentuh hati orang yang mendengarnya, sehingga para wanita keluar dari rumah-rumah mereka meneteskan air mata mendengarnya. la tinggal beberapa hari di Madinah, lalu kembali ke Damsyik, dan wafat pada tahun ke-20 Hijrah. (Asadul Ghobah)

Tiada ulasan: