(BAB I KISAH-KISAH KETABAHAN)
Bilal
Al-Habsyi adalah sahabat yang masyhur. la adalah muadzin tetap masjid Nabawi.
Pada mulanya, ia adalah seorang budak milik seorang kafir. Kemudian ia memeluk
Islam, yang menyebabkan ia banyak menerima berbagai siksaan. Umayyah bin Khalaf
adalah orang kafir yang paling keras memusuhi Islam. la telah membaringkan
Bilal di atas padang pasir yang sangat panas di terik matahari, sambil
meletakkan batu besar di dadanya, sehingga Bilal sulit bergerak sedikit pun.
Lalu dikatakan kepadanya, “Apakah kamu bersedia mati seperti ini? Atau tetap
hidup, dengan syarat kamu tinggalkan Islam?” Namun, ia tetap mengucapkan,
“Ahad,….Ahad…..”, bahwa yang harus disembah hanyalah Allah swt.. Pada malam
hari ia dirantai, dan dicambuk terus menerus sehingga badannya penuh luka. Dan
siang harinya, dengan luka tersebut, ia dijemur kembali di padang pasir panas,
sehingga lukanya semakin parah. Tuannya berharap ia akan meninggalkan Islam
atau ia mati perlahan-lahan dengan cara itu. Orang yang menyiksa Bilal ra.
silih berganti, kadang-kala Abu Jahal, atau Umayyah bin Khalaf, bahkan orang
lain pun ikut menyiksanya. Mereka berusaha menyiksanya lebih berat lagi. Ketika
Abu Bakar ra. melihat hal itu, maka beliau menebusnya, dan langsung
memerdekakannya.
Faedah:
Orang-orang
Arab musyrik telah menjadikan berhala sebagai sesembahan mereka. Untuk itulah
sebagai lawannya, Islam mengajarkan ketauhidan hanya kepada Allah swt.. Inilah
yang menyebabkan selalu terucap dari lisan Bilal ra.; “Ahad,..Ahad…!” Yaitu
karena hubungan dan kecintaannya yang tinggi terhadap Allah swt..
Sekarang,
kita banyak melihat cinta yang palsu. Lihatlah bagaimana cinta Bilal ra. kepada
Allah swt.. Cinta itulah yang menyebabkan ia rela disiksa sehingga penderitaan
demi penderitaan menimpanya. Meskipun para pemuda kafir Mekkah menggiringnya di
jalan-jalan sambil menghinanya, ia tetap mengucapkan, “Ahad…, Ahad…!” Inilah
kehidupan yang pernah ia alami, sehingga sampailah Nabi saw. menjadikannya
muadzin yang selalu berkhidmat mengumandangkan adzan. Setelah Nabi saw. wafat,
ia tetap tinggal di Madinah Thayyibah. Namun ia tidak tahan melihat tempat Nabi
saw. yang telah kosong, sehingga ia berniat untuk menghabiskan sisa hidupnya
untuk jihad, dan beberapa lama ia tidak kembali ke Madinah.
Pada suatu
ketika, ia mimpi berjumpa dengan Nabi saw.. Nabi saw. berkata, “Wahai Bilal,
betapa zhalimnya, sehingga kamu tidak menziarahiku?” Begitu bangun dari mimpinya,
ia segera pergi menuju Madinah. Setibanya di sana, Hasan dan Husain ra.
memintanya mengumandangkan adzan. la tidak dapat menolak permintaan orang-orang
yang dicintainya itu. Ketika ia mulai adzan, terdengarlah suara adzan seperti
di masa hidup Rasulullah saw.. Suara itu sangat menyentuh hati orang yang
mendengarnya, sehingga para wanita keluar dari rumah-rumah mereka meneteskan
air mata mendengarnya. la tinggal beberapa hari di Madinah, lalu kembali ke
Damsyik, dan wafat pada tahun ke-20 Hijrah. (Asadul Ghobah)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan