Catatan Popular

Isnin, 13 November 2017

KITAB NASHAIHUL IBAAD : LIMA HAL YANG PALING UTAMA



Karya Muhammad Nawawi bin 'Umar Al-Jawi  (IMAM NAWAWI NUSANTARA)

 ‘Umar Al Khattab RA radiallahu anhu berkata:
  1. “Aku telah memperhatikan semua teman, namun tidak ada teman yang lebih utama daripada memelihara lisan.
  2. Aku telah memperhatikan semua pakaian, namun tidak ada pakaian yang lebih utama daripada wara’.
  3. Aku telah melihat semua harta, tetapi aku tidak melihat yang lebih utama daripada qana’ah.
  4. Aku telah melihat semua kebaikan, namun aku tidak melihat yang lebih utama daripada ikhlas dalam beramal.
  5. Aku telah melihat semua makanan, namun aku tidak melihat yang lebih nikmat daripada sabar.”


Menurut Ibrahim bin Adham, yang dimaksud dengan wara’ adalah meninggalkan semua hal yang syubhat. Adapun meninggalkan semua yang tidak bermanfaat, itu namanya meninggalkan hal yang sudah semestinya. Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Jadilah orang yang wara’, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling baik dalam beribadah.”

Qana’ah adalah tidak mencari-cari sesuatu yang tidak ada pada dirinya dan merasa cukup dengan apa yang ada padanya. Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Jadilah orang yang wara’, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling baik dalam beribadah. Jadilah orang yang qana’ah, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling pandai bersyukur kepada Allah. Cintailah manusia lain sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri, niscaya engkau akan menjadi orang mukmin yang sempurna. Berbuat baiklah dalam hidup bertetangga, niscaya engkau akan menjadi seorang muslim yang baik. Kurangilah tertawa, sebab banyak tertawa dapat membuat hati menjadi mati.”

Berkaitan dengan perintah untuk berbuat baik kepada orang lain. Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Hati itu diciptakan cenderung untuk mencintai orang yang berbuat baik kepadanya dan cenderung membenci orang yang telah berbuat buruk kepadanya.”

Dalam kebaikan terdapat keridhaan manusia, sedang dalam taqwa terdapat keridhaan Allah. Barang siapa berhasil meraih keduanya, sungguh telah sempurna kebahagiaan dan nikmat yang diraihnya. Orang baru disebut sabar apabila dirinya telah memenuhi tiga kriteria (ketika mendapat qadha’ yang tidak disukainya), yaitu:
    1. mampu mengendalikan diri dari membenci qadha’ tersebut;
    2. mampu mengendalikan lisannya dari ucapan yang buruk; dan
    3. mampu mengendalikan anggota badannya dari memukul, menyobek-nyobek pakaian, mencoreng-coreng muka, menaburi kepalanya dengan debu, dan lain-lain (tindakan yang tidak baik dilakukan).

Tiada ulasan: