(BAB I KISAH-KISAH KETABAHAN)
Shuhaib ra.
memeluk Islam bersamaan dengan Ammar ra.. Pada masa itu, Nabi saw. sering
berada di tempat Arqam. Kedua orang ini menemui Rasulullah saw. secara
bergantian. Kebetulan mereka bertemu di pintu rumah Arqam. Keduanya saling
mengetahui maksud kedatangan masing-masing, yaitu untuk memeluk Islam, dan
berusaha mengambil manfaat dari kehidupan Nabi saw..
Setelah ia
masuk Islam, dalam keadaan jamaah muslim yang masih sangat sedikit dan lemah,
ia telah berani menunjukkan ke-Islamannya kepada umum. Akibatnya, ia disiksa dan
banyak menderita, sehingga ia berniat untuk berhijrah. Namun, kaum kafir
Quraisy sangat tidak setuju jika ia hijrah dan hidup dengan tenteram.
Jika
orang-orang kafir itu mendengar ada orang yang mau bermjran, maka mereka akan
berusaha menangkapnya agar tidak dapat lolos dari gangguan mereka. Rencana
Shuhaib ra. pun telah diketahui oleh kafir Quraisy. Mereka mengirim satu
rombongan untuk menangkapnya. Dan Shuhaib ra. membawa panah yang ia
sembunyikan. la berkata kepada kaum kafir Quraisy itu, “Dengarkanlah! Kalian
telah mengetahui bahwa aku adalah pemanah yang paling mahir diantara kalian.
Selama masih tersisa anak panah padaku, kalian tidak dapat mendekatiku, dan
tidak akan bisa menangkapku. Jika panah-panah ini habis, aku akan menggunakan
pedangku untuk melawan kalian. Dan pedang ini selalu berada di tanganku,
sehingga kalian tidak dapat berbuat apapun. Jika kalian mau, sebagai ganti
jiwaku, aku akan memberitahu kalian tempat kekayaanku di Mekkah, dan kalian
boleh ambil kedua budak perempuanku.” Kaum kuffar menyetujui usul itu. Maka, ia
serahkan seluruh kekayaannya kepada mereka. Dan atas kejadian ini, tujunlah
ayat Al-Quran;
“Dan
diantara manusia ada yang menjual dirinya karena hendak mencari keridhaan
Allah. Dan Allah amat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. “(Al-Baqarah : 207)
Ketika itu,
Nabi saw. sedang berada di Quba. Ketika melihat kedatangan Shuhaib ra., beliau
bersabda, “Perniagaan yang sangat menguntungkan, ya Shuhaib.” Shuhaib ra.
bercerita, “Suatu ketika Rasulullah saw. sedang memakan kurma, dan aku
menyertai beliau makan. Ketika itu salah satu mataku sedang sakit, lalu Nabi
saw. bersabda, “Hai Shuhaib, matamu sedang sakit tetapi kamu masih memakan
kurma.” Jawabku, “Ya Rasulullah saw., aku makan dengan sebelah mataku yang
sehat ini.” Mendengar jawabanku itu, Rasulullah saw. tertawa.
Shuhaib ra.
adalah orang yang suka berkorban, sehingga Umar ra. pernah berkata, “Kamu telah
berlebih-lebihan, ya Shuhaib! ” Jawab Shuhaib, “Saya tidak menggunakannya untuk
hal yang sia-sia.” Ketika Umar ra. hampir mendekati ajalnya, beliau berwasiat
agar Shuhaiblah yang mengimami shalat jenazahnya. (Asadul Ghabah)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan