Karya Muhammad Nawawi bin
'Umar Al-Jawi (IMAM NAWAWI NUSANTARA)
Yahya bin
Mu’adz Ar-Razi rahimahullâh dalam munajatnya berkata:
- “Wahai Tuhanku, tiada keindahan malam, kecuali dengan bermunajat kepada-Mu;
- tiada keindahan siang hari, kecuali dengan taat kepada-Mu;
- tiada keindahan dunia ini, kecuali dengan dzikir kepada-Mu;
- tiada keindahan akhirat itu, kecuali dengan ampunan-Mu;
- tiada keindahan surga itu, kecuali dengan melihat-Mu.”
Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya dunia itu dilaknat; sesuatu yang ada padanya juga dilaknat, kecuali dzikir kepada Allah, sesuatu yang dicintai-Nya, orang ‘Alim; dan orang yang menuntut ilmu.” (HR. Nasa’I dan Ibnu Majah)
Adapun munajatnya ‘Ali radiallahu anhu adalah sebagai berikut:
“Bukankah Engkau telah mendengar dengan kekuatan-Mu
wahai Tuhan yang menjadi kekuatan atas do’a orang yang lemah
yang ditimpa musibah, yang tenggelam dalam lautan kebingungan
penuh dengan keprihatinan.
Aku berseru dengan penuh rendah diri setiap hari
dalam kesungguhan berdo’a kepada-Mu.
Sungguh terasa sempit bagiku dunia ini, sementara penduduk dunia
tidak mengetahui obatku, maka ambillah tanganku,
karena aku benar-benar memohon keselamatan dengan ampunan-Mu.
Aku datang kepada-Mu dengan diiringi cucuran air mata.
Oleh karena itu, kasihanilah tangisku ini karena malu kepada-Mu.
Aku terlalu banyak noda dan dosa kepada-Mu;
aku sekarang berada dalam kebingungan,
sedangkan Engkau adalah Dzat Pembebas kebingungan.
Aku sakit, sedangkan Engkau adalah obat penawar sakitku.
Ya Allah, bangkitkan diriku ini dengan penuh harapan.
Aku katakan kepada-Mu, wahai Tuhanku, aku senantiasa berharap
agar Engkau mau memenuhi harapanku.
Balasan yang layak untukku tiada lain Engkau menyiksaku.
Akan tetapi, aku berlindung dengan anugerah-Mu yang baik.
Wahai tumpuan harapanku
Engkau telah mengistimewakan junjunganku (Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam)
dengan pemberian maaf atas diriku, karena aku sekarang
berada di tengah musibah yang menimpaku.”
wahai Tuhan yang menjadi kekuatan atas do’a orang yang lemah
yang ditimpa musibah, yang tenggelam dalam lautan kebingungan
penuh dengan keprihatinan.
Aku berseru dengan penuh rendah diri setiap hari
dalam kesungguhan berdo’a kepada-Mu.
Sungguh terasa sempit bagiku dunia ini, sementara penduduk dunia
tidak mengetahui obatku, maka ambillah tanganku,
karena aku benar-benar memohon keselamatan dengan ampunan-Mu.
Aku datang kepada-Mu dengan diiringi cucuran air mata.
Oleh karena itu, kasihanilah tangisku ini karena malu kepada-Mu.
Aku terlalu banyak noda dan dosa kepada-Mu;
aku sekarang berada dalam kebingungan,
sedangkan Engkau adalah Dzat Pembebas kebingungan.
Aku sakit, sedangkan Engkau adalah obat penawar sakitku.
Ya Allah, bangkitkan diriku ini dengan penuh harapan.
Aku katakan kepada-Mu, wahai Tuhanku, aku senantiasa berharap
agar Engkau mau memenuhi harapanku.
Balasan yang layak untukku tiada lain Engkau menyiksaku.
Akan tetapi, aku berlindung dengan anugerah-Mu yang baik.
Wahai tumpuan harapanku
Engkau telah mengistimewakan junjunganku (Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam)
dengan pemberian maaf atas diriku, karena aku sekarang
berada di tengah musibah yang menimpaku.”
Adapun yang dimaksudkan dengan “ambillah tanganku” adalah terimalah do’aku ini.
Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Ketika Allah menurunkan Nabi Adam alaihi salaam dari surga ke bumi, maka segala sesuatu yang ada di sekitar Nabi Adam alaihi salaam (sewaktu di surga) turut berduka cita, kecuali emas dan perak. Allah pun lalu berfirman kepada keduanya: ‘Aku jadikan kalian berdua bertetangga dengan seorang hamba dari hamba-Ku, kemudian Aku turunkan dia dari sampingmu, maka semua yang ada di kanan kirinya turut bersedih, kecuali kalian berdua.’ Selanjutnya, emas dan perak itu berkata: ‘Wahai Tuhan kami dan Pelindung kami, Engkau Maha Mengetahui bahwasanya Engkau telah menjadikan kami bertetangga dengan Adam saat ia taat kepada-Mu. Ketika ia berbuat dosa, maka kami tidak bersedih.’ Selanjutnya, Allah berfirman kepada emas dan perak: ‘Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, sungguh Aku akan memuliakan kalian berdua sehingga segala sesuatu tidak akan diperoleh, kecuali dengan kalian berdua.’” (HR. Dailami)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan