SIRI 2
OLEH IBNU QAYYIM AL JAUZIYYAH
Allah menyebutkan Ash-Shiratul-mustaqim dalam bentuk
tunggal dan
diketahui secara jelas, karena
ada lam ta'rif dan karena ada keterang-an
tambahan, yang menunjukkan
kejelasan dan kekhususannya, yang berarti
jalan itu hanya satu.
Sedangkan jalan orang-orang yang mendapat murka
dan sesat dibuat banyak. Firman-Nya,
"Dan bahwa (yang kami
perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus,
maka ikutilah ia, dan
janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang
lain), karena jalan-jalan itu
menceraiberaikan kalian dari jalan-Nya."
(Al-An'am: 153).
Allah menunggalkan lafazh ash-shirath dan sabilihi,
membanyakkan
lafazh as-subula, sehingga jelas perbedaan di antara
keduanya. Ibnu Mas'ud
berkata, "Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam menorehkan satu garis di
hadapan kami, seraya bersabda,
'Ini adalah jalan Allah'. Kemudian be-liau
menorehkan beberapa garis lain
di kiri kanan beliau, seraya bersabda, 'Ini
adalah jalan-jalan yang lain.
Pada masing-masing jalan ini ada syetan yang
mengajak kepadanya'. Kemudian beliau membaca ayat, 'Dan
bahwa...'."
Pasalnya, jalan yang
menghantarkan kepada Allah hanya ada satu,
yaitu jalan yang karenanya
Allah mengutus para rasul dan menurunkan
kitab-kitab. Tak seorang pun
bisa sampai kepada Allah kecuali lewat jalan
ini. Andaikan manusia melalui
berbagai macam jalan dan membuka berbagai
macam pintu, maka jalan itu
adalah jalan buntu dan pintu. itu terkunci.
Ash-Shirathul-mustaqim adalah
jalan Allah. Sebagaimana yang pernah
kami singgung, Allah mengabarkan bahwa ash-shirath itu
ada pada
Allah dan Allah ada pada ash-shirathul-mustaqim. Yang
demikian ini disebutkan
di dua tempat dalam Al-Qur'an:
"Sesungguhnya Rabbku di
atas jalan yang lurus." (Hud: 56).
"Dan Allah membuat perumpamaan: Dua orang lelaki, yang
seorang
bisu, tidak dapat berbuat sesuatu pun dan dia menjadi beban
ataspenanggungnya,
kemana saja dia disuruh oleh
penanggungnya itu, dia
tidak dapat mendatangkan suatu
kebajikan pun. Samakah orang itu
dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia
beradapula di
atas jalan yang lurus?" (An-Nahl: 76).
Inilah perumpamaan yang
diberikan Allah terhadap para berhala
yang tidak dapat mendengar, tidak dapat berbicara dan tidak
berakal, yang
justru menjadi beban bagi penyembahnya. Berhala membutuhkan
penyembahnya agar dia membawa, memindahkan dan meletakkannya
di
tempat tertentu serta mengabdi
kepadanya. Bagaimana mungkin mereka
mempersamakan berhala ini
dengan Allah yang menyuruh kepada keadilan
dan tauhid, Allah yang
berkuasa dan berbicara, yang Maha-kaya, yang ada
di atas ash-shirathul-mustaqim
dalam perkataan dan perbuatan-Nya?
Perkataan Allah benar, lurus,
berisi nasihat dan petunjuk, perbuatan-Nya
penuh hikmah, rahmat, bermaslahat dan adil.
Inilah pendapat yang paling benar tentang hal ini, dan
sayangnya
jarang disebutkan para
mufassir atau pun ulama lainnya. Biasanya mereka
lebih mem-prioritaskan
pendapat pribadi, baru kemudian menyebutkan
dua ayat ini, seperti yang
dilakukan Al-Baghawy. Sementara Al-Kalby
berpendapat, "Artinya Dia
menunjukkan kalian kepada jalan yang lurus."
Kami katakan, petunjuk-Nya
kepada jalan yang lurus merupakan
keharusan keberadaan Allah di
atas ash-shirathul-mustaqim. Petunjuk-Nya
dengan perbuatan dan
perkataan-Nya, dan Dia berada di atas ash-shirathulmustaqim
dalam perbuatan dan
perkataan-Nya. Jadi pendapat ini tidak
bertentangan dengan pendapat orang yang mengatakan bahwa
Dia berada
di atas ash-shirathul-mustaqim.
Jika ada yang mengatakan,
"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sal-lam
menyuruh kepada
keadilan", berarti beliau berada di atas ash-shirathulmustaqim.
Hal ini dapat kami tanggapi
sebagai berikut: Inilah yang memang
sebenarnya dan tidak bertentangan dengan pendapat di atas.
Allah berada
di atas ash-shirathul-mustaqim, begitu pula
Rasul-Nya. Beliau tidak
menyuruh dan tidak berbuat kecuali menurut ketentuan dari
Allah.
Berdasarkan pengertian inilah
perumpamaan dibuat untuk menggambarkan
pemimpin orang-orang kafir,
yaitu berhala yang bisu, yang
tidak mampu berbuat apa pun
untuk menunjukkan kepada hidayah dan
kebaikan. Sedangkan pemimpin
orang-orang yang baik, Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam menyuruh kepada keadilan, yang
berarti beliau
berada di atas ash-shirathul-mustaqim.
Karena orang yang mencari ash-shirathul-mustaqim masih
mencari
sesuatu yang lain, maka banyak orang yang justru menyimpang
dari jalan
lurus itu. Karena jiwa manusia
diciptakan dalam keadaan takut jika sendiri-an
dan lebih suka mempunyai teman
karib, maka Allah juga mengingat-kan
tentang teman karib saat
melewati jalan ini. Orang-orang yang layak
dijadikan teman karib adalah
para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin.
Mereka inilah orang-orang yang
diberi nikmat oleh Allah. Dengan begitu
rasa takut dari gangguan
orang-orang di sekitarnya karena dia sendi-rian saat
meniti jalan, menjadi sirna.
Dia tidak risau karena harus berbe-da dengan
orang-orang yang menyimpang dari jalan tersebut. Mereka adalah
golongan minoritas dari segi
kualitas, sekalipun mereka merupakan
golongan mayoritas dari segi
kuantitas, seperti yang dikatakan se-bagian
salaf, "Ikutilah jalan
kebenaran dan jangan takut karena minimnya orangorang
yang mengikuti jalan ini.
Jauhilah jalan kebatilan dan jangan tertipu
karena banyaknya orang-orang
yang mengikutinya." Jika engkau meniti
jalan kebenaran, teguhkan
hatimu dan tegarkan langkah kakimu, jangan
menoleh ke arah mereka
sekalipun mereka memanggil-manggilmu, karena
jika sekali saja engkau
menoleh, tentu mereka akan menghambat
perjalananmu.
Karena memohon petunjuk jalan
yang lurus merupakan permohonan
yang paling tinggi nilainya,
maka Allah mengajarkan kepada hambahamba-
Nya bagaimana cara berdoa
kepada-Nya dan memerintahkan agar
mereka mengawalinya dengan
pujian dan pengagungan kepada-Nya,
kemudian menyebutkan ibadah
dan pengesaan-Nya. Jadi ada dua macam
tawassul dalam doa:
1. Tawassul dengan asma' dan sifat-sifat-Nya serta
memuji-Nya.
2. Tawassul dengan beribadah dan mengesakan-Nya.
Surat Al-Fatihah juga memadukan dua tawassul ini. Setelah
dua tawassul
ini digunakan, bisa disusul dengan permohonan yang paling
penting,
yaitu hidayah. Siapa pun yang berdoa dengan cara ini, maka
doanya
layak dikabulkan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan