Ketika Abu
Hafs berada di Mekkah, ia melihat sekelompok jemaah haji yang miskin dan papa
di sana. Ia ingin memberikan sesuatu kepada mereka, dan merasa sangat
terguncang melihat keadaan mereka.
Dengan
perasaan terguncang seperti itu, ia memungut sebuah batu dan memekik, “Demi
keagungan-Mu, jika Engkau tidak memberiku sesuatu, maka aku akan memecahkan
seluruh lampu yang ada di masjidil Haram ini.”
Kemudian ia
melakukan tawaf, mengelilingi ka’bah. Tiba-tiba seorang lelaki mendatanginya
dan memberinya sekantong emas. Abu Hafs kemudian membagi-bagikan emas itu
kepada kaum miskin tadi.
Setelah
menunaikan ibadah haji, ia kembali ke Baghdad. Di sana murid-murid Junaid
keluar menyambutnya dengan segala kehormatan.
“Apa
oleh-oleh yang engkau bawa dari perjalananmu?” Tanya Junaid.
“Yang akan
kukatakan ini adalah oleh-oleh dariku,” jawab Abu Hafs.
Mungkin
salah seorang saudara kita tidak mampu hidup (berlaku) sebagaimana seharusnya.
Jika engkau mendapati saudaramu berkelakuan buruk, carilah alsan baginya, dan
maafkanlah ia. Jika debu kesalahpahaman itu tidak juga hilang dengan alasan
itu, maka carilah alasan yang lebih baik lagi baginya, dan maafkanlah ia. Jika
debu kesalahpahaman itu masih juga belum hilang, carilah alasan lain, teruslah
begitu, bahkan sampai empat puluh kali. Jika debu kesalahpahaman itu lagi-lagi
belum juga hilang, sementara engkau berada di pihak yang benar, dan empat puluh
alasan tadi tidak juga mampu menutupi kesalahan saudaramu itu matamu, maka
duduklah, dan katakana pada dirimu sendiri, “Engkau benar-benar jiwa yang keras
kepala dan bebal, engkau benar-benar kepala batu, kurang ajar, dan tak tahu
diri, saudaramu mengemukakan empat puluh alasan bagi kesalahannya, namun engkau
tidak menerima semua alasan itu dan berkeras dengan sikapmu, aku berlepas diri
darimu. Engkau tahu apa yang engkau enginkan, lakukanlah sesukamu!”
Junaid
bernar-benar kagum dengan kata-kata ini. “Siapa yang dapat memiliki kekuatan
seperti itu?” tanyanya dalam hati.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan