AL FATIHAH
1.Salah satu surat dalam Al Qur’an bernama
Al-Faatehah. Surat ini diturunkan di Mekah dan merupakan surat yang
pertama-tama diturunkan lengkap 7 ayat. Disebut Al Fatihah karena dengan surat
ini dibuka dan dimulai Al Qur’an yang merupakan bacaan sangat mulia, pada kitab
yang terpelihara di Lauh MahfudzNya, dan tidak akan dapat menyentuh kecuali
hamba-hamba yang disucikan olehNya.
2. Al Fatihah yang Ummul Kitab, menghimpun seluruh isi
dan kandungan Al Qur’an. Karena itu apabila mengeta-hui intinya, merupakan
ruuhul-ruuh, merupakan wadah “mata hati” ketika menyaksikan Ada dan Wujud
DiriNya Dzat Al Ghaib Yang Wajib WujudNya.
FADHAL
1. Fadhl; 2. Kemurahan, anugerah dan karunia;
3.Karunia dan anugerah Allah dari rahmat-Nya yang tidak terhingga.
FAIDHZ
Limpahan
Ketuhanan.
FANA
Hilangnya sifat-sifat nafsu
1. Rusak (hilang, mati); tidak kekal; 2. Matinya
nafsu, kemahuan diri, kesadaran diri, yang melahir-kan kebangkitan spiritual
menuju kehidupan abadi; 3. Kedekatan kepada Cahaya Maha Cahaya yang didalamnya
api cinta abadi menyala, sebelum ia berubah membakar diri, sebelum ia
menyemangat-kan sang Pencipta dalam pelukan kesatuan; 4. Akhir dari
perjalanan menuju Allah. 5.Peleburan diri dalam Allah
FANA DZAT
1.Membuktikan mati selamat; 2. Hamba yang ditarik
membuktikan Dawuh Guru, yakni rasanya yang dirasakan Hanya Ada dan wujud-Nya
Tuhan, karena memperoleh beberan, sawab, berkah dan pengestunya Washithah
FANA FILLAH
1.Meniadakan
aku karena hanya merasakan Adanya Sang Maha Tahu. 2. Murid yang berada dalam derajat manggon
(selalu bertempat tinggal dalam Dawuh Guru). 3. Hamba yang sadar
seyakin-yakinnya bahwa yang Tuhan, Yang Kuat – Tuhan, Yang pemilik segala yang
biasa diaku – Tuhan, sadar seyakinnya bahwa yang obah osik – Tuhan. Demikian
pula dengan yang Ada dan Yang Wujud. Dalam rasa hatinya yang nampak hanya
Tuhan.
FANA HAKIKI
Fana
dalam addin, iaitu hilang kehendak diri di dalam kehendak agama. Tidak ada yang
dikehendaki melainkan apa yang agama berkehendakkan dia melakukannya. Kehendak
peribadinya tunduk kepada kehendak Allah s.w.t. Setelah seseorang hamba itu
fana daripada dirinya, kehendak dirinya, perasaannya dan juga daripada makhluk
sekaliannya, maka Allah s.w.t bawakan si hamba itu kepada suasana yang
bersesuaian kehendaknya dengan kehendak Allah s.w.t dan agama-Nya.
FANA QALB
DALAM Wilayah Sughra, seseorang Murid Salik akan mengalami Istighraq yakni merasa bahwa dirinya seakan akan tenggelam dan Sukr yakni merasa mabuk cintanya terhadap Zat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalam Wilayah ini, hati akan terputus hubungan secara keseluruhan dengan segala sesuatu yang selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala sama ada pada pengetahuan mahupun kecintaan terhadap sesuatu dan hatinya akan lupa secara keseluruhan terhadap sesuatu yang selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kaifiat keadaan ini dinamakan Fana Qalb.
Penyair Sufi bersyair, Key Bud Khud Za Khud Juda Mandah Man Wa Tu Raftah Wa Khuda Mandah "Seseorang yang sudah meninggalkan dirinya ke manakah haluannya?
aku dan dirimu sudah pergi dan yang tinggal hanyalah Allah.
Fana Qalb akan menghasilkan Tajjalliyat Af’aliyah Ilahiyah dalam diri Salik yakni dalam kesadaran dan khalayannya dia akan melihat bahwa segala Af’al tindakan dan perlakuan segala sesuatu yang selain Allah adalah kesan daripada Af’al tindakan dan perlakuan Haq Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan keadaan ini akan Ghalabah menguasai dirinya.
Kemudian, segala zat dan sifat Wujud Mumkinat akan dianggapkan olehnya sebagai penzahiran Zat dan Sifat Haq Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka, pada waktu itu Salik sedang berdiri di pintu Tauhid Wujudi ataupun masyhur dengan sebutan Wahdatul Wujud yakni menganggap bahwa segala tindakan yang wujud pada Mumkinat itu adalah merupakan ombak dari tindakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala Zat yang Wajibul Wujud.
Shah ‘Abdullah Ghulam ‘Ali Dehlawi Rahmatullah ‘alaih menyatakan bahwa Fana terbagi empat keadaan seperti berikut:
DALAM Wilayah Sughra, seseorang Murid Salik akan mengalami Istighraq yakni merasa bahwa dirinya seakan akan tenggelam dan Sukr yakni merasa mabuk cintanya terhadap Zat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalam Wilayah ini, hati akan terputus hubungan secara keseluruhan dengan segala sesuatu yang selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala sama ada pada pengetahuan mahupun kecintaan terhadap sesuatu dan hatinya akan lupa secara keseluruhan terhadap sesuatu yang selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kaifiat keadaan ini dinamakan Fana Qalb.
Penyair Sufi bersyair, Key Bud Khud Za Khud Juda Mandah Man Wa Tu Raftah Wa Khuda Mandah "Seseorang yang sudah meninggalkan dirinya ke manakah haluannya?
aku dan dirimu sudah pergi dan yang tinggal hanyalah Allah.
Fana Qalb akan menghasilkan Tajjalliyat Af’aliyah Ilahiyah dalam diri Salik yakni dalam kesadaran dan khalayannya dia akan melihat bahwa segala Af’al tindakan dan perlakuan segala sesuatu yang selain Allah adalah kesan daripada Af’al tindakan dan perlakuan Haq Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan keadaan ini akan Ghalabah menguasai dirinya.
Kemudian, segala zat dan sifat Wujud Mumkinat akan dianggapkan olehnya sebagai penzahiran Zat dan Sifat Haq Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka, pada waktu itu Salik sedang berdiri di pintu Tauhid Wujudi ataupun masyhur dengan sebutan Wahdatul Wujud yakni menganggap bahwa segala tindakan yang wujud pada Mumkinat itu adalah merupakan ombak dari tindakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala Zat yang Wajibul Wujud.
Shah ‘Abdullah Ghulam ‘Ali Dehlawi Rahmatullah ‘alaih menyatakan bahwa Fana terbagi empat keadaan seperti berikut:
1. Fana Khalaq - Segala pengharapan Murid dan rasa ketakutannya terhadap selain Allah akan menjadi lenyap.
2. Fana Hawa - Hati Murid hanya berkendakkan Zat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan merasa tidak berkehendak kepada segala sesuatu yang selain Allah.
3. Fana Iradah - Segala keinginan dalam hati Murid menjadi tiada, seumpama orang yang mati.
4. Fana Fi’il - Murid mengalami Fana dalam perbuatan dan perlakuan, maka segala penglihatannya, pendengarannya, percakapannya, makan dan minumnya, berjalannya dan berfikirnya dia akan merasakan bahwa segalanya itu adalah merupakan perbuatan dan perlakuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata-mata.
Dalam sebuah Hadits Qudsi ada dinyatakan bahwa apabila seseorang hamba berusaha mendekatkan dirinya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala menerusi amalan Nawafil sehingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikannya sebagai kekasihNya, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menjadi pendengarannya yang dia dapat mendengar denganNya dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menjadi penglihatannya yang dia dapat melihat denganNya dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menjadi tangannya yang dia dapat memegang denganNya dan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala akan menjadi kakinya yang dia dapat berjalan denganNya.
FANA FI
SYEIKH
APABILA Zikir Rabitah ghalib ke atas seorang Murid yakni dirinya sudah tenggelam dengan Zikir Rabitah, maka dia akan melihat wajah Syeikhnya pada segala sesuatu dan keadaan ini dinamakan sebagai Fana Fi Syeikh.
Di dalam kitabHidayatut Talibin bahwa keadaan warid seperti ini juga
berlaku ke atas diri ketika mula-mula melakukan Zikir Rabitah sehinggakan beliau mendapati bahwa dari ‘Arash sehingga ke tanah dipenuhi dengan wajah
Syeikhnya dan beliau melihat bahwa setiap pergerakan maupun diamnya adalah pergerakan dan diam Syeikhnya. Ketahuilah bahwa jalan Rabitah merupakan jalan yang paling dekat dari sekelian jalan. Banyak masalah ajaib dan sulait akan terzahir menerusi jalan ini.
Syaikh Muhammad Ma’sum Rahmatullah ‘alaih telah berkata bahwa,
“Zikir semata-mata tanpa Rabitah dan tanpa Fana Fi Syeikh tidak akan dapat menyampaikan kepada maksud dan Rabitah semata-mata dengan mengamati Adab Suhbah adalah mencukupi.”
Seseorang yang telah tenggelam dalam Fana Fi Syeikh akan sentiasa merasakan bahwa Syeikhnya sentiasa ada dalam dirinya, dalam setiap pergerakan dan perkataannya. Yang diingatnya hanyalah Syeikhnya dan ini hanya akan terhasil dengan sempurna apabila ianya disertai dengan Mahabbah iaitu Cinta dan Kasih Sayang yang terhasil dari Rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Fana Fi Syeikh berarti meletakkan segala urusan perjalanan Keruhaniannya pada tangan Syeikhnya dan bersedia menurut segala anjuran, teguran, nasihat dan tunjuk ajar dari Syeikhnya. Fana Fi Syeikh akan membawa seseorang Murid itu ke arah ketaatan
terhadap Syeikh yang dianggap sebagai pemimpin dan pembimbing Ruhani bagi Murid.
Menurut Syeikh Ahmad Faruqi Sirhindi Rahmatullah ‘alaih, apabila kelima-lima
Lataif Alam Amar telah disucikan dengan sempurna, Lataif Alam Khalaq juga dengan sendirinya akan disucikan, kemudian dia akan memahami hakikat Daerah Imkan. Untuk mencapai maqam ini, seseorang itu perlulah mancapai Fana Fi Syeikh. Ini akan mengangkat hijabnya terhadap kefahaman tentang Daerah Imkan. Seseorang Murid yang Salik menuju Allah Subhanahu Wa Ta’ala perlu
kembali kepada Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam karena Ruh kita terbit dari Ruh Baginda Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Untuk
kembali kepada Ruh Baginda Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, seseorang Murid itu perlu mengenali Ruh Baginda Nabi Muhammad
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menerusi pimpinan dan bimbingan seorang Syeikh yang akan memberikannya beberapa petunjuk untuk menuju Allah Subhanahu
Wa Ta’ala dan Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Syeikh adalah Ulul Amri yang memelihara urusan Keruhanian Murid. Mentaati Syeikh bererti mentaati Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan ketaatan kepada Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bererti kita mentaati Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Seseorang Murid yang Fana Fi syeikhnya sempurna, maka Syeikhnya hendaklah membimbingnya kepada Syari’at, Tariqat, Ma’rifat dan
Haqiqat Muhammadiyah sehingga Murid yang Salik itu tenggelam dalam lautan Fana Fi Rasul. Para Masyaikh menyatakan bahwa Fana Fi Syeikh adalah Muqaddimah bagi Fana Fi Rasul dan Fana Fillah. Setelah mencapai Fana Fi Syeikh, Murid perlu menuju Fana Fi Masyaikh terlebih dahulu dan seterusnya Fana Fi Rasul.
APABILA Zikir Rabitah ghalib ke atas seorang Murid yakni dirinya sudah tenggelam dengan Zikir Rabitah, maka dia akan melihat wajah Syeikhnya pada segala sesuatu dan keadaan ini dinamakan sebagai Fana Fi Syeikh.
Di dalam kitabHidayatut Talibin bahwa keadaan warid seperti ini juga
berlaku ke atas diri ketika mula-mula melakukan Zikir Rabitah sehinggakan beliau mendapati bahwa dari ‘Arash sehingga ke tanah dipenuhi dengan wajah
Syeikhnya dan beliau melihat bahwa setiap pergerakan maupun diamnya adalah pergerakan dan diam Syeikhnya. Ketahuilah bahwa jalan Rabitah merupakan jalan yang paling dekat dari sekelian jalan. Banyak masalah ajaib dan sulait akan terzahir menerusi jalan ini.
Syaikh Muhammad Ma’sum Rahmatullah ‘alaih telah berkata bahwa,
“Zikir semata-mata tanpa Rabitah dan tanpa Fana Fi Syeikh tidak akan dapat menyampaikan kepada maksud dan Rabitah semata-mata dengan mengamati Adab Suhbah adalah mencukupi.”
Seseorang yang telah tenggelam dalam Fana Fi Syeikh akan sentiasa merasakan bahwa Syeikhnya sentiasa ada dalam dirinya, dalam setiap pergerakan dan perkataannya. Yang diingatnya hanyalah Syeikhnya dan ini hanya akan terhasil dengan sempurna apabila ianya disertai dengan Mahabbah iaitu Cinta dan Kasih Sayang yang terhasil dari Rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Fana Fi Syeikh berarti meletakkan segala urusan perjalanan Keruhaniannya pada tangan Syeikhnya dan bersedia menurut segala anjuran, teguran, nasihat dan tunjuk ajar dari Syeikhnya. Fana Fi Syeikh akan membawa seseorang Murid itu ke arah ketaatan
terhadap Syeikh yang dianggap sebagai pemimpin dan pembimbing Ruhani bagi Murid.
Menurut Syeikh Ahmad Faruqi Sirhindi Rahmatullah ‘alaih, apabila kelima-lima
Lataif Alam Amar telah disucikan dengan sempurna, Lataif Alam Khalaq juga dengan sendirinya akan disucikan, kemudian dia akan memahami hakikat Daerah Imkan. Untuk mencapai maqam ini, seseorang itu perlulah mancapai Fana Fi Syeikh. Ini akan mengangkat hijabnya terhadap kefahaman tentang Daerah Imkan. Seseorang Murid yang Salik menuju Allah Subhanahu Wa Ta’ala perlu
kembali kepada Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam karena Ruh kita terbit dari Ruh Baginda Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Untuk
kembali kepada Ruh Baginda Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, seseorang Murid itu perlu mengenali Ruh Baginda Nabi Muhammad
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menerusi pimpinan dan bimbingan seorang Syeikh yang akan memberikannya beberapa petunjuk untuk menuju Allah Subhanahu
Wa Ta’ala dan Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Syeikh adalah Ulul Amri yang memelihara urusan Keruhanian Murid. Mentaati Syeikh bererti mentaati Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan ketaatan kepada Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bererti kita mentaati Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Seseorang Murid yang Fana Fi syeikhnya sempurna, maka Syeikhnya hendaklah membimbingnya kepada Syari’at, Tariqat, Ma’rifat dan
Haqiqat Muhammadiyah sehingga Murid yang Salik itu tenggelam dalam lautan Fana Fi Rasul. Para Masyaikh menyatakan bahwa Fana Fi Syeikh adalah Muqaddimah bagi Fana Fi Rasul dan Fana Fillah. Setelah mencapai Fana Fi Syeikh, Murid perlu menuju Fana Fi Masyaikh terlebih dahulu dan seterusnya Fana Fi Rasul.
FANA FI
MASYAIKH
FANA Fi Masyaikh bererti seseorang Murid yang sudah mulai patuh pada Syeikhnya, maka hendaklah dia turut mematuhi sekelian Para Masyaikh dalam Silsilah karana segala limpahan Ruhaniah dan Faidhz adalah datang menerusi pertalian Batin mereka yang kukuh sehinggalah kepada Baginda Nabi
Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Para Masyaikh adalah orang-orang yang menuruti kehidupan Zahir dan Batin Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Mengasihi mereka bererti mengasihi Baginda Nabi
Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam karena Para Masyaikh adalah Para ‘Alim ‘Ulama dan mereka adalah Pewaris Nabi sehingga ke hari Qiyamat.
Para Masyaikh adalah orang-orang yang terdahulu menjalani kehidupan Tariqat Tasawwuf dan jasad mereka telah Fana manakala Ruh mereka kekal Baqa di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mereka adalah orang yang hidup dan matinya berada atas jalan Allah, berjuang untuk menegakkan Kalimah Allah yang Agung. Fana Fi Masyaikh adalah pintupintu jalan untuk menuju Fana Fi Rasul. Wallahu A’lam, Wa
‘Ilmuhu Atam.
FANA Fi Masyaikh bererti seseorang Murid yang sudah mulai patuh pada Syeikhnya, maka hendaklah dia turut mematuhi sekelian Para Masyaikh dalam Silsilah karana segala limpahan Ruhaniah dan Faidhz adalah datang menerusi pertalian Batin mereka yang kukuh sehinggalah kepada Baginda Nabi
Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Para Masyaikh adalah orang-orang yang menuruti kehidupan Zahir dan Batin Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Mengasihi mereka bererti mengasihi Baginda Nabi
Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam karena Para Masyaikh adalah Para ‘Alim ‘Ulama dan mereka adalah Pewaris Nabi sehingga ke hari Qiyamat.
Para Masyaikh adalah orang-orang yang terdahulu menjalani kehidupan Tariqat Tasawwuf dan jasad mereka telah Fana manakala Ruh mereka kekal Baqa di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mereka adalah orang yang hidup dan matinya berada atas jalan Allah, berjuang untuk menegakkan Kalimah Allah yang Agung. Fana Fi Masyaikh adalah pintupintu jalan untuk menuju Fana Fi Rasul. Wallahu A’lam, Wa
‘Ilmuhu Atam.
FANA FI
RASUL
FANA Fi Rasul bererti seseorang Murid yang tenggelam
dalam Haqiqat Muhammadiyah setelah dia menyAdari bahwa Syeikhnya dan Para
Masyaikhnya adalah bayangan kepada Ruh Baginda Nabi Muhammad Rasulullah
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam yang mana sekelian Ruh Mukmin bersumber darinya. Seseorang Murid akan mengalami rasa Cinta dan Kasih Sayang yang hebat terhadap Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu‘Alaihi Wasallam sehingga dia berusaha membawa kehidupannya selaras dengan kehendak kalimah:
MUHAMMADUR RASULULLAH.
Syeikh hendaklah membimbing Muridnya kepada Amalan Sunnah Nabawiyah yang Zahir mahupun yang Batin. Tiada satupun amalan yang kecil di dalam Sunnah
Nabawiyah bahkan kesemuanya adalah amat besar di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seseorang Mukmin tidak akan mencapai derajat Iman yang sempurna sehinggalah segala Hawa dan Nafsunya tunduk sepenuhnya kepada Agama dan
Sunnah Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam juga adalah Insan dan manusia biasa seperti kita yang memiliki Hawa dan Nafsu, namun Ruhnya telah disucikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Hawa Nafsunya juga telah ditarbiyah dan disucikan untuk menuruti kemauan Ruh. Ruh Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah terbit dari Ruh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan hubungan di antara keduanya amat rapat sehingga segala kecintaan dalam hati Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam hanyalah tertumpu kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ruh orang-orang yang beriman dengan Allah adalah terbit dari Ruh Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mereka hendaklah kembali kepada fitrah mereka yang asal iaitu fitrah Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menjadi sumber petunjuk bagi orang-orang beriman untuk menuju kepada Allah. Orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala hendaklah mencintai Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam lebih daripada apa yang mereka cintai untuk diri mereka, ibu bapa mereka dan kaum keluarga mereka sendiri.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 31 yang bermaksud,“Katakanlah: Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka turutilah aku (Muhammad Rasulullah Sallallahu‘Alaihi Wasallam), nescaya Allah akan mencintai kamu dan Dia akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
Untuk mencapai Fana Fi Rasul, Salik perlu menanamkan dalam dirinya tentang kemuliaan, kehebatan dan keagungan Sunnah Nabi Muhammad Rasulullah
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam serta sentiasa beramal dengannya. Kemuliaan Para Sahabat Radhiyallahu ‘Anhum adalah terhasil menerusi ketaatan mereka terhadap
Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan kecintaan mereka untuk menuruti segala Sunnah Baginda Nabi Muhammad Rasulullah
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maka itulah, Para Masyaikh menyuruh sekalian para pengikut mereka agar sentiasa berpegang teguh dengan amalan Sunnah Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pada setiap masa dan keadaan. Semoga Allah memberikan kita Taufiq. Amin.
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam yang mana sekelian Ruh Mukmin bersumber darinya. Seseorang Murid akan mengalami rasa Cinta dan Kasih Sayang yang hebat terhadap Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu‘Alaihi Wasallam sehingga dia berusaha membawa kehidupannya selaras dengan kehendak kalimah:
MUHAMMADUR RASULULLAH.
Syeikh hendaklah membimbing Muridnya kepada Amalan Sunnah Nabawiyah yang Zahir mahupun yang Batin. Tiada satupun amalan yang kecil di dalam Sunnah
Nabawiyah bahkan kesemuanya adalah amat besar di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seseorang Mukmin tidak akan mencapai derajat Iman yang sempurna sehinggalah segala Hawa dan Nafsunya tunduk sepenuhnya kepada Agama dan
Sunnah Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam juga adalah Insan dan manusia biasa seperti kita yang memiliki Hawa dan Nafsu, namun Ruhnya telah disucikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Hawa Nafsunya juga telah ditarbiyah dan disucikan untuk menuruti kemauan Ruh. Ruh Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah terbit dari Ruh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan hubungan di antara keduanya amat rapat sehingga segala kecintaan dalam hati Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam hanyalah tertumpu kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ruh orang-orang yang beriman dengan Allah adalah terbit dari Ruh Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mereka hendaklah kembali kepada fitrah mereka yang asal iaitu fitrah Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menjadi sumber petunjuk bagi orang-orang beriman untuk menuju kepada Allah. Orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala hendaklah mencintai Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam lebih daripada apa yang mereka cintai untuk diri mereka, ibu bapa mereka dan kaum keluarga mereka sendiri.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 31 yang bermaksud,“Katakanlah: Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka turutilah aku (Muhammad Rasulullah Sallallahu‘Alaihi Wasallam), nescaya Allah akan mencintai kamu dan Dia akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
Untuk mencapai Fana Fi Rasul, Salik perlu menanamkan dalam dirinya tentang kemuliaan, kehebatan dan keagungan Sunnah Nabi Muhammad Rasulullah
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam serta sentiasa beramal dengannya. Kemuliaan Para Sahabat Radhiyallahu ‘Anhum adalah terhasil menerusi ketaatan mereka terhadap
Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan kecintaan mereka untuk menuruti segala Sunnah Baginda Nabi Muhammad Rasulullah
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maka itulah, Para Masyaikh menyuruh sekalian para pengikut mereka agar sentiasa berpegang teguh dengan amalan Sunnah Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pada setiap masa dan keadaan. Semoga Allah memberikan kita Taufiq. Amin.
FAQIR
1. Miskin, tidak mempunyai apa-apa; 2. Orang
yang hatinya menyadari hanya sebagai hamba yang tidak bisa apa-apa, kalau tidak
dengan Tuhan. Kesadarannya selalu berupaya agar dirinya tetap bersandar/
deple-deple kepada Yang Maha Bisa, berusaha tidak mengakui apa saja yang ada
dalam dirinya; 3. Orang yang hatinya menyadari
dirinya tidak bisa mendekat kepada Tuhan kalau tidak mendapat rahmat dan
fadhal-Nya; 4. Orang yang hatinya menyadari bahwa yang direalisasikan hanya
dengan sak derma nglakoni saja; 5. Orang yang hatinya me-nyadari bahwa
dirinya seorang hamba yang sangat butuh/memerlukan pertolongan dan belas kasih
Tuhan; dirinya hanyalah seorang murid, 6. Orang yang hatinya menyadari bahwa
dirinya bagaikan musafir ditengah lautan, makin banyak minum air laut makin
haus, makin banyak ilmu yang telah diterima makin merasa bodoh dirinya; 7.Orang
yang hatinya menyadari bagai seba-tang padi, makin bertambah ilmunya, makin
banyak nelangsanya maring Allah, makin negla (tampak dengan jelas) segala
kekurangan dan kebodohannya.
FARDHU AIN
1. Kewajiban yang tidak bisa di-hindari bagi orang
yang mengaku beragama Islam.
FASIQ
1. (Syath) Orang-orang yang melanggar
perjan-jian dengan Allah, (tentang kesaksiannya terhadap Diri-Nya di dunia ini
Al Ghaib, supaya dapat me- nyaksikan kembali) sesudah perjanjian teguh; 2. (Syath)
Orang yang memutuskan apa yang diperin-tahkan Allah untuk menghubungkannya;
yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya (rasul-Nya dan penerusnya yang hak
dan sah).
FATHIL
GHUYUB :
Tugas kerasulan
Nabi Muhammad SAW untuk membuka beberapa hal yang nyamar (ginaib). Hal
tersebut adalah :
a. Ginaib hatinurani :
agar dapat terbuka dengan ilmu yang seyakinnya
mengenal dan mengetahui Ada dan Wujud DiriNya Dzat Yang Al Ghaib, Wajib
WujudNya, Allah asmaNya, hingga dengan mudah dapat diingat-ingat dan dihayati.
b. Membuka ginaib ruh : supaya hamba ini menya-
dari bahwa ruh yang menjadikan hamba ini ber-daya, bertenaga adalah ruh Illahi;
adalah hakNya Allah dan milikNya.
c. Membuka ginaibnya siir; sehingga rasa yang
oleh manusia biasanya habis untuk merasakan apa saja yang berkaitan dengan
pancaindranya dan jiwa-raganya, keinginan nafsu dan syahwatnya serta watak
akunya dapat dilatih dan dididik untuk merasakan betapa nikmatnya dan betapa
indahnya mengingat-ingat dan menghayati (mendzikiri) DiriNya Dzat Al Ghaib Yang
Allah AsmaNya.
FARUQI
Nisbat
keturunan kepada Sayyidina Umar Khattab Faruq (R.‘anhu)
FASAD
Kerosakan,
kejahatan
FATH
Pembukaan
FAUQANIYAH
Yang
kedudukannya bersifat teratas.
FAQIR
Orang
miskin yang menyerah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
FEQAH
Kefahaman
Agama yang berkaitan Syari‘at.
FIKR
Kekuatan
fikiran atau perenungan
FU’AD
Tempat
makrifat dan rahsia-rahsia atau alat penglihatan batin
Fu’ad, sebagai hati terdalam, diduga sebagai tempat bersemayamnya ruh
suci dari Allah. Itu sebabnya “suara hati” itu diduga berasal dari Fu’ad.
Maka jikalau Baitullahnya bumi itu berada di kota Makkah, maka Manusia yang
beriman itu Baitullahnya berada di “kota” Fu’ad.
Namun
demikian, jika manusia itu tidak beriman, maka tidak akan tahu dimana ruh suci
dari Allah itu disemayamkan. Ataukah mungkin jika manusia itu tidak beriman
maka akan mirip dengan keadaan zaman jahiliah dahulu , dimana di
sekitar Ka’bah (Baitullah) bersusun-susun berhala-berhala yang dilarang
Jika diperhatikan maklumat yang ada pada Al-Quran yang suci, maka Fu’ad dapat didefinisikan sebagai berikut, perhatikanlah :
1) Hati yang tidak mendustakan Q.S. 53:11
2) Hati yang dibakar di neraka Huthomah Q.S. 104 : 5-7
3) Hati yang semakin kuat ketika dibacakan Al-Quran Q.S. 25 : 32
4) Hati yang boleh menjadi Kosong (frustasi) Q.S. 28 : 10
5) Hati yang dimintai pertanggungjawaban Q.S. 17 : 36
6) Hati yang semakin teguh dengan kisah-kasah dari Rasul Q.S. 11:120
7) Hati yang dipalingkan oleh Allah sehingga sesat Q.S. 6 : 110
8) Hati yang tidak beriman Q.S. 6:113
9) Hati yang bekerja bersama Pendengaran dan Penglihatan Q.S. 46 : 26
10) Hati yang membuat kita menjadi berilmu dan harus kita syukuri Q.S. 16 : 78
11) Hati yang mencintai/cenderung kepada sebagian manusia Q.S. 14:37
12) Hati yang boleh kosong (melamun/mata tak berkedip) Q.S. 14:43
13) Hati yang diaktifkan setelah hadirnya Ruh (pendengaran, penglihatan, dan Fuad) Q.S.32 : 9
Dengan demikian, Fu’ad adalah jenis hati yang pertama kali aktif dan juga yang terakhir kali bertanggungjawab giat kerjanya selama di bumi kepada Allah SWT. Fu’ad adalah watak, memberikan dorongan (misal : cinta) kepada tempat yang kosong. Jika Fu’adnya bercahaya maka insya Allah akan membuat jasad kita bersih dari penyakit fizikal, dan qalbu kita lebih mudah bersih dari penyakit hati. Dengan demikian dapat disimpulkan secara sederhana bahawa watak laku Fu’ad Sangat tertutup dan Rahsia, ia sangat menentukan menjadi Watak Asli.
Jika diperhatikan maklumat yang ada pada Al-Quran yang suci, maka Fu’ad dapat didefinisikan sebagai berikut, perhatikanlah :
1) Hati yang tidak mendustakan Q.S. 53:11
2) Hati yang dibakar di neraka Huthomah Q.S. 104 : 5-7
3) Hati yang semakin kuat ketika dibacakan Al-Quran Q.S. 25 : 32
4) Hati yang boleh menjadi Kosong (frustasi) Q.S. 28 : 10
5) Hati yang dimintai pertanggungjawaban Q.S. 17 : 36
6) Hati yang semakin teguh dengan kisah-kasah dari Rasul Q.S. 11:120
7) Hati yang dipalingkan oleh Allah sehingga sesat Q.S. 6 : 110
8) Hati yang tidak beriman Q.S. 6:113
9) Hati yang bekerja bersama Pendengaran dan Penglihatan Q.S. 46 : 26
10) Hati yang membuat kita menjadi berilmu dan harus kita syukuri Q.S. 16 : 78
11) Hati yang mencintai/cenderung kepada sebagian manusia Q.S. 14:37
12) Hati yang boleh kosong (melamun/mata tak berkedip) Q.S. 14:43
13) Hati yang diaktifkan setelah hadirnya Ruh (pendengaran, penglihatan, dan Fuad) Q.S.32 : 9
Dengan demikian, Fu’ad adalah jenis hati yang pertama kali aktif dan juga yang terakhir kali bertanggungjawab giat kerjanya selama di bumi kepada Allah SWT. Fu’ad adalah watak, memberikan dorongan (misal : cinta) kepada tempat yang kosong. Jika Fu’adnya bercahaya maka insya Allah akan membuat jasad kita bersih dari penyakit fizikal, dan qalbu kita lebih mudah bersih dari penyakit hati. Dengan demikian dapat disimpulkan secara sederhana bahawa watak laku Fu’ad Sangat tertutup dan Rahsia, ia sangat menentukan menjadi Watak Asli.
FAR’’
Sesuatu (cabang) yang semakin bertambah
dari Ashl
FASHL
Tidak boleh mencapai sesuatu yang
diharapkan dari seseorang yang dicintai
FARD
Dalam hirarki sufi,
dia adalah seseorang yang disebut fard – yang sendiri iaitu orang yang
mengetahui bahawa dia mengalami peningkatan pengetahuan terus menerus dalam
setiap tarikan nafas.
FARQ
Perbezaan antara sang
hamba dan Tuhannya (Rabb) pada proses turun dalam perjalanan menuju
Allah.Proses ini terjadi sesudah sang hamba fana dalam Allah dan ketika dia
kembali kepada makhluk.
FASL DAN WASL
saat perpisahan dan bersatu
FARQU
Keterpisahan/kesaksian
untuk Allah yang berubah-ubah
FAYD
Limpahan Ketuhanan
FAYD I AQDAS
Manifestasi zat pada
dirinya sendiri. Di sini a’yan ada juga tetapi tenggelam dalam zat i bathin dan
zat sahaja yang nyata
FAYD I MUQADDAS
Manifestasi a’yan
Dalam Zahir, hasil dari keadaan asma i illahi atau asma i kiyani
FAYD I RAHMANI
Hembusan nafas kepada
atau daripada asma i illahi yang menzahirkan asma i kayani
FAYD DAN TAJALLIi
Pengaliran cairan dan
Manifestasi
FAWAD
Peringkat kedua malakut
FAWAID
Hadiah al haq yang diberikan kepada
orang-orang yang bermuamalah dengan Nya di waktu abdian
FAQR
DAN GHINA
Kemiskinan dan kekayaan
FIRAR
DAN I’TISAM
lari dan Mengambil kedudukan
FITRAH
Bakat-bakat,
keupayaan dan daya nilai semulajadi yang Tuhan bekalkan bersama-sama dengan
penciptaan makhluk-Nya. Fitrah setiap kejadian akan mengheret kejadian tersebut
untuk mempamerkan sesuatu yang dengannya kejadian itu dikenali.
FITRAH TUHAN
Bakat-bakat,
keupayaan dan daya nilai yang Tuhan kurniakan kepada manusia sejak manusia yang
pertama diciptakan. Fitrah insan mengwujudkan makhluk bangsa manusia dengan
identiti kemanusiaan yang nyata dan berbeza dengan makhluk yang lain. Fitrah
insan juga menggerakkan manusia membina kehidupan di dalam dunia ini dengan
berlandaskan nilai moral yang murni.
FITRAH MANUSIA
Sama
seperti fitrah insan.
FITRAH MUSLIM
Apabila
fitrah insan disinari oleh cahaya iman ia meningkat kepada darjat fitrah
Muslim. Nilai murni yang ada pada fitrah insan adalah berlandaskan kemanusiaan
semata-mata. Apabila nilai murni tersebut dilandaskan kepada kepercayaan kepada
Allah s.w.t dan kepatuhan kepada peraturannya baharulah fitrah insan itu
menjadi Muslim.
FULAN
BILA FULAN SHAHIBU ISYARAH -
Si fulan ucapannya mengandung hal-hal yanmg
lembut, isyarat dan ilmu makrifat
FUTUWWA
Belia dan Chivalry
Tiada ulasan:
Catat Ulasan