Menurut Kalam Hikmah ke 34
Al-Arifbillah
Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:
“Keluarlah engkau dari
sifat-sifat manusiawi yang boleh mencegah ibadahmu (kepada Allah). Agar boleh
jawab panggilan Allah dan tambah dekat dengan-Nya”
Manusia sengaja diciptakan dengan bermacam-macam karakter. Tapi, semua
karakter tersebut terintegrasi dalam 2 hal penting: yaitu positif dan negatif.
Karakter yang positif semisal suka menolong, berakhlak baik,
menghormat yang tua, ramah pada teman sejawat dan penyayang pada yang muda.
Sedang karakter yang negatif semisal sombong, rakus harta,
pendendam dan fanatik. Nah, karakter nombor 2 ini yang kita kenal dengan nama
“nafsu”.
Setiap manusia pasti punya sisi positif dan negatif. Allah sengaja
merancang manusia punya karakter yang sedemikian rupa (QS 91:7-8).
(
7 ) dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
(
8 ) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketakwaannya.
Maka aturan yang benar adalah; karakter positif di lestarikan, sedang yang
negatif di jauhi. Kenikmatan ibadah dengan Allah jangan diganggu nafsu. Sangat
pas dengan wanti-wanti Ibnu Athaillah di pembukaan tadi, “Keluarlah dari
sifat-sifat manusiawi yang bisa mencegah ibadahmu (kepada Allah)”.
Kalam hikmah ini mengajak kita untuk menjaga agar cara kerja karakter kita
stabil. Kepribadian yang positif akan melahirkan hal positif pula. Lalu pertanyaannya,
apa hikmah Allah menciptakan manusia plus nafsunya? Bukankah nafsu itu yang
membuat manusia jadi celaka di dunia?
Apa pula tujuan Allah melekatkan mencipta karakter negatif, seraya menyuruh
manusia agar jangan dekat-dekat dari pengaruh negatif nafsu itu?
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini sering hinggap di pikiran kita, tanpa
disadari, kita telah agak lancang pada Allah. Lalu apa hikmahnya?
Jawabannya, kata al-Buthi, positif dan negatif karakter manusia itu
sebenarnya punya potensi besar lho, jika kedua-duanya bisa ditundukkan. Coba
bayangkan, seandainya Anda berhasil menaklukan nafsu sendiri, maka Anda akan
bisa mengubah sikap egoisme jadi motivasi positif. Jika Anda kikir maka
lawanlah sifat kikir itu, hingga ia takluk dan berubah jadi dermawan. Sifat
pendendam akhirnya bisa jadi penyayang. Lawanlah sifat pemarah Anda, hingga ia
jadi ramah. Lawan semua sifat yang menjerumuskan, hingga ia jadi kawan/teman
yang menguntungkan.
Segala sifat yang konotasinya negatif, jika bisa dimanfaatkan sebaik mungkin,
bisa jadi potensi besar yang menuntun pemiliknya menuju surga. Lalu bagaimana
cara menaklukan sifat-sifat negatif tadi agar ia jadi jinak? Jawabannya, ada
pada pendidikan yang baik dan konsep ilmu yang baik pula.
Sebab pendidikan yang berkualitas dan konsep ilmu agama yang mumpuni akan
berpengaruh positif pada karakter unggul anak-anak didik dikemudian hari. Nah,
disinilah pentingnya agama menekankan pendidikan yang benar sejak usia dini.
Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Paling tidak dengan cara
pengajaran Islam yang benar, cara pandang anak-anak itu juga benar. Jika hal
ini berhasil, Islam juga akan diuntungkan.
Dan bukan tidak mungkin konsep ilmu-ilmu modern saat ini juga bisa
di-Islam-kan semuanya, asal disertai usaha yang kuat. Buktinya, ulama yang
pakar dalam berbagai bidang ilmu, utamanya ilmu keagamaan, punya kedudukan yang
tinggi di hati kalangan pemeluk Islam.
Sangat berbeda dengan framework atau cara pandang orang-orang barat, yang
memisah agama dengan ilmu pengetahuan. Cara berpikir macam ini khas sekuler.
Orang-orang yang tak tahu kaitannya pengembangan karakter diri dengan ilmu
pengetahuan, kebanyakan tak percaya agama atau tak yakin dengan agamanya. Dalam
istilah filsafat ada adagium begini: "Akhlak yang buruk tak akan pernah
berubah jadi baik". Sekali buruk akan buruk selamanya.
Hal semacam ini tidak berlaku dalam Islam. Ajaran Islam sangat menekankan
cara pengkaderan yang baik kepada seluruh pemeluknya. Segala usaha yang
dilakukan untuk memperbaiki karakter penerus bangsa adalah sangat mulia dalam
pandangan Islam. Ini karakter agama yang benar.
Kita punya pegangan yang nyata untuk mengarungi kehidupan ini: yaitu
al-Quran. Allah menurunkan Al-Quran agar jadi petunjuk hidup kita. Jika
ajaran-ajaran Islam yang mulia itu telah terintegrasi dan menyatu dalam setiap
pribadi manusia, sungguh sangat indah alur hidup ini.
Coba Anda bayangkan saat tingkah laku, cara berpikir, cara mengatur bisnis
dan segala kebutuhan kita selaras dengan al-Quran, maka karakter-karakter
negatif akan melebur dan hilang secara sendiri dari diri kita. Yang timbul
adalah sifat-sifat positif yang bisa memotivasi hidup.
Yakin pada segala yang di takdirkan Allah juga masuk dalam kategori ini.
Keyakinan hati akan baiknya ketentuan Allah akan berbuah positif. Berbagai
musibah yang Anda alami, jika disikapi dengan lapang dada, maka akan
memunculkan kebijaksanaan dari dalam diri. Semua pasti ada hikmahnya.
Seorang yang sadar akan hikmah takdir Allah, maka tubuhnya akan merespon
positif pada Allah. Tubuh akan terasa ringan saat beribadah. Ambil contoh
hikmah Salat kita. Jika Salat telah jadi rutinitas dan kebutuhan diri, secara
otomatis ia akan bisa mengconter hal-hal negatif.
Saat bahasa tubuh ini yang ada hanya Shalat, maka kepribadian tubuh akan
tunduk. Jika tubuh tunduk, maka ia tak akan pernah sombong lagi. Begitu pula
dengan segala rutinitas positif lainnya. Yakinkan hati bahwa semua itu akan
berdampak positif bagi tubuh dan karakter kita.
Allah sengaja men-setting manusia dengan aturan-aturan Syariat, agar mereka
jadi makhluk mulia. Agar karakter mereka tak sama dengan nafsu hewani. Nafsu
yang liar, bebas dan tanpa aturan akan buat manusia jadi hina. Manusia dengan
hewan tentu saja sangat berbeda.
Perumpamaan ini di sebuntukan Allah dalam QS 95:5, bahwa manusia yang
selalu menuruti hawa nafsunya akan terbalik jadi orang yang paling hina.
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”
Maka Anda harus jadi diri sendiri, yang tak tergiur nafsu apalagi terbawa
arus negatifnya. Agar Anda bisa semakin dekat dengan Allah.
“Keluarlah dari sifat-sifat manusiawi yang bisa mencegah ibadahmu (kepada
Allah). Agar engkau bisa jawab panggilan Allah dan tambah dekat dengan-Nya”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan