oleh al-Faqih ila-Llah Abdul
Karim bin Hawazin al-Qusyairi
BAHAGIAN
3 : I M A N
Syeikh Abu Abdullah bin Khafifi berkata : Iman
berarti penetapan kalbu terhadap apa yang telah dijelaskan oleh Al-Haq mengenai
hal-hal yang gaib.”
Syeikh Abul AbSayyary berkata : “Pemberian Allah itu
ada dua macam : Karamah da istidraj. Segala hal yang menerap abadi dalam dirimu
adalah karamah, dan segala yang sirna dari dirimu adalah istidraj. Maka katakan
saja , “Aku beriman, insya Allah’!.”
Syeikh Sahl bin Abdullah at-Tustary menandaskan :
“Orang-orang yang beriman melihat Allah swt, dengan mata hati, tanpa pangkal
batasan dan kawasan.
Syeikh Abul Husain an-Nury berkata : “Kalbu adalah
tempat penyaksian al-Haq. Kami tidak pernah melihat Kalbu yang lebih rindu
kepada-Nya, dibandingkan Kalbu Muhammad saw. Lalu Allah swt. memuliakannya
lewat Mi’raj, sebagai pendahuluan terhadap penglihatan kepada Allah swt, dan
penyempurnaan.”
Syeikh Abu Utsman al-Maghriby berkata : “Aku meyakini
sesuatu seputar arah. Ketika aku datang ke Baghdad, hilanglah semua itu dari
kalbuku. Lantas aku menulis surat kepada sahabatku di Mekkah, “Aku sekarang
masuk Islam, dengan Islam yang baru (sebenarnya).”
Abu Utsman ditanya soal mekhluk. Jawabnya : “Cetakan
dan bayangan, yang berjalan di atasnya hukum-hukum Kekuasan Ilahi.”
Syeikh Al-Wasithy berkata : “Ketika arwah dan jasad
tegak dengan seijin Allah, dan keduanya pun tampak dengan ijin-Nya, maka
keduanya pun tegak tidak dengan zatnya. Begitu juga hasrat-hasrat dan gerak,
berdiri tegak, tidak dengan zatnya, seijin Allah. Sebab gerakan-gerakan dan
hasrat itu merupakan cabang bagi jasad dan arwah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan