oleh al-Faqih ila-Llah Abdul
Karim bin Hawazin al-Qusyairi
5. HAIBAH DAN UNS
Rasa takut sisertai rasa hormat luar biasa (haibah)
dan sukacita jiwa (uns) merupakan tahap dari derajat-derajat dalam al-qabdh dan
al-basth. Kalau qabdh berada di atas tingkatan khauf, dan basth di atas
tingkatan raja’, maka haibah lebih tinggi dariapda qabdh, kemudian uns lebih
sempurna daripada basth. (Maksudnya, Uns lebih tinggi tahapannya. Sebab haibah
muncul dari Qabdh, yang bermula dari Khauf.
Sedang Uns muncul dari Raja’. Karena orang yang takut
kepada Allah swt, melihat kekurangan dirinya di hadapan Allah, hatinya akan
terganggu oleh-Nya, dan yang tersisa hanyalah sibuk dengan Allah, sehingga
muncullah Haibah. Siapa yang wushul-nya terus menerus, hatinya akan lapang dan
mendapatkan uns. Catatan Kaki).
Hak haibah adalah kegaiban. Setiap pelaku haibah senantiasa
lebur dalam kegaiban. Orang-orang yang berada dalam gaib frekuensinya berbeda
dalam haibah menurut penjelasan mereka dalam kegaiban.
Sedangkan hak uns adalah pencerahan dalam kebenaran.
Orang yang melakukan uns, berarti cerah jiwanya. Kemudian frekuensinya berbeda
menurut penjelasannya dalam bagian “minuman jiwa”. Mereka berkata : “Tempat
terendah dalam al-uns adalah jika seseorang dilempar ke dalam neraka Jahanam,
sama sekali sukacitanya tidak terpengaruh.”
Syeikh Al-Junayd berkata : “Aku mendengar batinku
berkata : “Seorang hamba bisa ssampai pada suatu batas seandainya wajahnya
tertebas pedang, sama sekali tidak merasakannya.” Sedangkan dalam hatiku ada
sesuatu, hingga tampak jelas bahwa persoalannya sampai sedemikian itu.”
Diriwayatkan dari Ahmad bin Maqatil al-Ikky, ia
berkata : “Aku memasuki tempat asy-Syibly, sedangkan beliau tengah mencabut
helai bulu alisnya dengan sebuah penjepit. Aku katakan kepadanya; “Wahai
tuanku, Anda berbuat demikian apda diri sendiri, sementara rasa pedihnya
kembali pada hatiku.’ Ia menjawab : “Celaka Anda! Hakikat itu tampak padaku,
dan aku tidak kuat memikulnya. Maka beginilah, aku memasuki kepedihan atas
diriku, siapa tahu aku merasakannya, lalu tertutup dariku. Aku tak menemukan
kepedihan itu. Dan tidak tertutup dariku, sedangkan kepedihan itu membuatku
tidak tahan.”
Kondisi haibah dan uns, walaupun masing-masing tampak
jelas, bagi ahli hakikat masih dikategorikan kurang, karena keduanya mengandung
perubahan pada diri hamba. Sedangkan yang tidak berubah, dinamakan ahli tamkin.
Mereka hangus dalam wujud nyata. Tidak ada haibah dan tidak pula uns, tidak
ilmu maupun rasa.
Cerita ini dikenal dari Syeikh Abu Sa’id al-Kharraz :
“Suatu saat di
kampung, aku berkata :
Aku datang, maka aku
tak mengerti
Dari mana, siapa aku,
Kecuali apa yang
dikatakan manusia
Pada diriku dan dalam
jenisku,
Aku datangi jin dan
manusia
Jika tak kutemui
seorang pun,
Aku datangi diriku.
Kemudian ada bisikan
lembut menyusup ke dalam kalbuku :
Amboi, siapa yang tahu
sebab-sebab
Yang lebih luhur
wujud-nya,
Lalu ia bersukaria
dengan kesesatan yang hina
Dan dengan manusia
Kalau engkau dari ahli
wujd yang hakiki
Pastilah engkau gaib
dari Jagad, Arasy dan Kursy
Sedang engkau tanpa
kondisi ruhani bersama Allah
Jauh dari mengingat
Pada jin dan manusia."kitab r
Tiada ulasan:
Catat Ulasan