oleh al-Faqih ila-Llah Abdul
Karim bin Hawazin al-Qusyairi
BAHAGIAN
5 : ARASY
Syeikh Dzun Nuun ditanya mengenai firman Allah swt.
“Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayan di atas Arasy.” (Qs.Thaha
: 5)
Jawabnya : “Yang Maha Pemurah tidak akan sirna, san
Arasy itu dicipta (baru). Sedangkan Arasy terhadap yang Maha Pemurah
(ar-Rahmaan) menjadi semayam (-Nya).”
Syeikh Ja’far bin Nashr ditanya soal ayat tersebut.
“Ilmu-Nya bersemayam terhadap segala sesuatu. Dan sesuatu tidak ada yang lebih
dekat kepada-Nya dari sesuatu yang lain.”
Imam Ja’far ash-Shadiq berkata : “Barangsiapa
berpandangan bahwa Allah swt. ada di dalam sesuatu, atau di atas sesuatu, maka
orang itu benar-benar musyrik. Sebab apabila ada di dalam sesuatu, Allah pasti
terbatas. Jika dari sesuatu, Allah pasti baru. Dan jika di atas sesuatu, maka
Allah mengandung sesuatu.”
Imam Ja’far ash-Shadiq menafsiri Kalamullah :
“Kemudian Dia mendekat, lalu tambah mendekat lagi.” (Qs. An-Najm : 8), bahwa
: Barangsiapa mengira bahwa dengan sendirinya ia bisa mendekat, maka ia
menciptakan jarak di sana. Padahal mendekat yang dimaksud dalam ayat tersebut,
selama ia mendekat kepada-Nya, ia merasa jauh dari segala ma’rifat. Karena
tidak ada dekat dan tidak ada jauh.”
Syeikh Al-Kharraz berkata : “Hakikat mendengar adalah
hilangnya sentuhan sesuatu dari kalbu dan penenangan rasa menuju kepada Allah
swt.”
Syeikh Ibrahim al-Khawwas menegaskan : “Suatu ketika
secara tidak sengaja aku mendapati seorang lai-laki yang direkadaya setan,
sehingga aku harus mengumandang adzan ke telinganya. Tiba-tiba terdengar setan
memanggilku dari lubang telinganya. “Biarkan ia, aku akan membunuhnya, karena
ia berkata : Al-Qur’an adalah makhluk.”
Syeikh Ibnu Atha’ (Washil bin Atha’ al-Mu’tazily)
berkata : “Sesungguhnya Allah swt. ketika menciptakan huruf-huruf. Dia membuat
rahasia bagi-Nya. Ketika Allah mencipta Adam as. Diuraikan-Nya rahasia itu, dan
rahasia itu tidak tersebar di kalangan Malaikat-Nya satu pun. Kemudian
hruf-huruf itu meluncur dari lisan Adam as. Melalui struktur yang berlaku dan
struktur bahasa. Kemudian Allah menjadikan bentuk pada huruf tersebut.”
Ibnu Atha’ menjelaskan bahwa huruf-huruf tersebut
adalah makhluk.
Menurut Sahl bin Abdullah, huruf sebenarnya merupakan ucapan
perbuatan, bukan ucapan substansi (dzat). Sebab huruf tersebut merupakan
perbuatan dalam obyek yang diperbuat.
Syeikh Al-Junayd menegaskan soal dua masalah urgen :
“Tawakal adalah perbuatan kalbu, dan tauhid merupakan ucapan kalbu.”
Syeikh Al-Husain bin Mansur berkata : “Siapa yang
mengenal hakikat dalam tauhid, maka gugurlah pertanyaan : Mengapa dan
bagaimana.”
Syeikh Al-Wasithy menegaskan bahwa, tidak ada yang
lebih mulia dari makhluk Allah ketimbang ruh.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan