Catatan Popular

Sabtu, 23 Disember 2017

KITAB RISALAH AL QUSYAIRI BAB I PRINSIP-PRINSIP TAUHID DALAM PANDANGAN KAUM SUFI (TENTANG REZEKI)



oleh al-Faqih ila-Llah Abdul Karim bin Hawazin al-Qusyairi

BAHAGIAN 4 : R E Z E K I

Syeikh Al-Wasithy ditanya soal kufur bagi dan kepda Allah. Jawabnya : “Kufur dan iman, dunia dan akhirat, dari Allah kepada Allah, bersama Allah dan bagi Allah. Dari Allah sebagai permulaan dan awal pemunculan, dan kepada Allah sebagi tempat kembali dan pangkalnya, bersama Allah baqa’ dan fana’, dan bagi Allah kerajaan dan ciptaan.

Dikaakan oleh Syeikh al-Junayd, bahwa sebagaian ulama bertanya soal tauhid. Kemudian dijawab oleh al-Junayd : “Tauhid adalah keyakinan.” “Jelaskan padaku apa tauhid itu? Demikian kata si penanya. “Tauhid adalah ma’rifat Anda, bahwa segala gerak makhluk dan diamnya merupakan pekerjaan Allah swt, Dia Maha Esa tidak berkawan. Apabila ada sudah berpadangan demikian, Anda telah menauhidkan-Nya.” Jawab Junayd.

Seseorang datang kepada Syeikh Dzun Nuun minta didoakan : “Doakan aku!.” Kata orang tersebut. “Kalau anda benar-benar mantap dalam ilmu gaib melalui kebenaran tauhid, maka doa pasti dikabulkan. Jika tidak demikian sesuatu doa tidak mungkin bisa menyelamatkan orang tenggelam.” Jawab Dzun Nuun.

Syeikh Abul Husain an-Nury berkata : “Tauhid adalah segala bisikan yang mengisyaraktkan kepada Allah, bahwa dia bebas dari campur tangan unsur keserupaan.” 

Sedangkan Syeikh Abu Ali ar-Ridzbary ketika ditanya soal tauhid, menjelaskan : “Tauhid adalah istiqamah kalbu dengan penetapan terhadap suatu pemisahan pada penyimpangan dan pengingkaran terhadap keserupaan. Tauhid melebur dalam satu kalimat, yaitu : Setiap yang tergambar oleh khayal dan pikiran, maka Allah swt pasti berbeda dengan khayalan dan pikiran itu.” Karena firman Allah swt. “
“Tidak ada sesuatu pun yang menyamai-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Qs. Asy-Syuura : 11).

Syeikh Abul Qasim an-nahr Abadzy berkata : “Surga abadi dengan keabadian yang diabadikan-Nya, ingatan-Nya keapdamu, rahmat dan mahabbah-Nya kepadamu, abadi dengan keabadian-Nya, dua hal yang berbeda, sesuatu yang abadi karena abadi-Nya, dan sesuatu yang abadi karena diabadikan oleh-Nya.
Syeikh Ahlul Haq berkata : “Sifat-sifat Dzat Yang Qadim abadi karena badi-Nya, berbeda dengan ucapan oleh mereka yang bukan ahlul Haq.

Syeikh Nashr Abadzy menandaskan : “Anda bersimpang siur antara sifat-sifat (fi’l) dengan sifat-sifat Dzat. Keduanya adalah sifat Allah swt. secara esensial. Apa bila Anda terpancang pada tahap pisah (tafriqah), maka Anda diintegrasi oleh sifat fi’l. Jika Anda sampai apda tahap al-ja’u Anda akan terintegrasi oleh sifat-sifat Dzat-Nya.

Sang Syeikh Imam Bau Ishaq al-Isfirayainy r.a. mengatakan : “Ketika aku datang dari Baghdad. Aku belajar di masjid Naisabur  perihal ruh. Aku menjelaskan secara gamblang bahwa ruh adalah makhluk. 

Sementara Syeikh Abul Qasim Abadzy duduk berjauhan dengan kamimendengarkan pembicaraanku. Hingga berlalu beberapa hari, kemudian ia mengatakan kepada Muhammad al-Farra’, ‘Aku bersaksi sesungguhnya kau seorang Muslim baru di tangan laki-laki ini,’ katanya sambil menunjuk ke arahku.”

Dikisahkan tentang Syeikh Yahya bin Mu’adz, bahwa seseorang telah berkata kepadanya : “Tolong beritahu aku mengenai Allah swt?” Yahya menjawab : “Tuhan Yang Esa”. Lalu dikatakan kepada Yahya : “Bagaimana Dia?” “Dia Raja Yang Maha Kuasa”. Jawab Yahya. Orang itu kembali beretanya : “Di mana Dia?” “Dia benar-benar mengawai.” Jawabnya. “Aku tidak bertanya tentang ini.” Tandas si penanya. Maka Yahya menjawab : “Tidak ada lagi selain itu.”

Ibnu Syahin bertanya pada al-Junayd tentang makna : ma’a. Junayd menjawab, bahwa ma’a mengandung dua makna : ma’al an-biyaa’ (beserta para Nabi), mengandung arti pertolongan dan penjagaan. 

Sebagaimana firman Allah swt. :
Sesungguhnya Aku bersama kalian berdua, Aku mendengar dan melihat.” (Qs.Thaaha :46).

Dan makna ma’a secara umum sebagai predikat ilmu dan liputan. Allah swt. berfirman :
“Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempat.” (Qs. Al-Mujaadilah : &).

Ibnu Syahin berkomentar : “Orang seperti Anda benar-benar layak untuk menyampaikan petunjuk kepada ummat, mengenai Allah swt.”

Tiada ulasan: