Menurut Kalam Hikmah ke 34
Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:
"Keluarlah
dari sifat-sifat kemanusianmu [sifat buruk dan rendah], semua sifat yang
menyalahi kehambaan-mu, supaya mudah bagimu untuk menyambut panggilan Allah dan
mendekat kepada-Nya."
Sifat-sifat manusia
terbagi jadi dua yaitu : Lahir dan
Bathin.
Sifat lahir ialah yang
berhubungan dan dilakukan dengan anggota jasmani, dan sifat bathin ialah
berlaku dalam hati [rohani]. Sedang yang berhubungan dengan anggota lahiriyah
juga terbagi dua: Yang sesuai dengan perintah syari'ah dan yang menyalahi
perintah syari'ah yang berupa maksiat. Demikian pula yang berhubungan dengan
hati juga terbagi dua: Yang sesuai dengan hakikat [kebenaran] bernama iman dan
ilmu, dan yang berlawanan dengan hakikat [kebenaran] berupa nifaq dan
kebodohan.
Sifat-sifat yang buruk [rendah] ialah: Hasad,
iri hati, dengki, sombong, mengadu domba, merampok [korupsi], gila jabatan,
ingin dikenal, cinta dunia, tamak, rakus, riya dan lain-lain.
Dan dari sifat-sifat buruk ini akan
menimbulkan sifat permusuhan, kebencian, merendahkan diri terhadap orang kaya,
menghina orang miskin, pandai menjilat, sempit dada, hilang kepercayaan
terhadap jaminan Allah, kejam, tidak malu dan lain-lain.
Apabila seseorang telah dapat menguasai dan
membersihkan diri dari sifat-sifat yang rendah, yang bertentangan dengan kehambaan
itu, maka pasti ia akan sanggup menerima dan menyambut tuntunan Tuhan, baik
yang langsung dalam ayat-ayat al-Qur'an dan yang berupa tuntunan dan contoh
yang diberikan oleh Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam. Dan dengan
demikian berarti ia telah mendekat kehadirat Alloh subhanahu wata'ala.
Sifat Ubudiyah
[kehambaan] ialah mentaati semua perintah dan menjauhi semua larangan,
mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan tanpa membantah dan merasa
keberatan.
Ingatlah sesungguhnya
Hakikatnya suluk yaitu,berusaha untuk membersihkan hati dari akhlaq yang
tercela, lalu dihiasi dengan akhlaq yang baik dan terpuji, dan ini semua tidak
akan berhasil kecuali mendapat pertolongan dari Allah.
Sehingga bisa mengetahui
sifat-sifat jelek yang ada pada dirinya, dan selaluu menaruh curiga pada
nafsunya.
Berprasangka buruk pada nafsunya, sehingga Syeih Ibnu ‘Atha’illah dawuh
pada hikmah selanjutnya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan