Catatan Popular

Selasa, 25 Ogos 2020

KITAB MADARIJUS SALIKIN SIRI 52 : SHIDQ

 TEMPAT-TEMPAT PERSINGGAHAN IYYAKA NABUDU WA IYYAKA NASTAIN

 IMAM IBN QAYYIM AL JAUZIYAH

Shidq (benar, jujur, lurus, tulus) merupakan tempat persinggahan yang paling agung dan juga menjadi asal-usul tempat-tempat persinggahan lainnya. Shidq merupakan jalan paling lurus. Siapa yang tidak

berjalan di atasnya, berarti dia adalah orang yang gagal dalam perjalanan-nya. Dengan shidq ini pula dapat dibedakan antara orang munafik dan orang yang beriman, antara penghuni surga dan penghuni neraka. Shidq merupakan pedang Allah di bumi, yang setiap kali diletakkan di atas sesuatu, maka ia akan memotongnya, dan setiap kebatilan yang dihadapi-nya tentu ditebasnya hingga habis. Shidq merupakan ruh amal, poros segala keadaan, pintu masuk orang-orangyang hendak menuju tempat Allah, dasar bangunan agama dan sendi keyakinan. Derajatnya mengikuti derajat nubuwah, yang merupakanderajat paling tinggi. Mata air dan sungai di surga mengalir ke tempat para shiddiqin atau shadiqin (orang-orang yang benar).

Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar bersama orang-orang yang benar, karena mereka termasuk orang-orang yang secara khusus mendapatkan nikmat Allah, bersama para nabi, syuhada dan shalihin, dan mereka inilah teman-teman yang paling baik, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar." (At-Taubah:119).

"Dan, barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-(Nya), merekaitu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan, mereka itulah teman yang sebaik-baik-nya." (An-Nisa': 69).

Allah telah mengabarkan tentang orang-orang yang berbuat kebajikan dan memuji mereka karena amal mereka, berupa iman, kepasrahan diri, sabar dan benar, bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki shidq. Allah juga membagi manusia menjadi shadiq dan munafik, sebagaimana firman-Nya,

"Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka." (Al-Ahzab: 24).

Asas iman adalah shidq, sedangkan asas kemunajikan adalah dusta.

Dusta dan iman tidak akan bersatu, tapi yang satu tentu akan memerangi yang lainnya. Allah juga mengabarkan bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan hamba dari siksa pada hari kiamat selain dari shidq-nya.

Shidq dalam perkataan artinya menegakkan lisan dalam perkataan seperti tegaknya bulir pada tangkainya. Shidq dalam perbuatan artinya menegakkan amal pada perintah dan mengikuti As-Sunnah, sepert itegaknya kepala di atas jasad. Shidq dalam keadaan artinya menegakkan amal hati dan anggota tubuh pada keikhlasan. Seberapa jauh kesempurnaan perkara-perkara ini dan tegaknya, maka sejauh itu pula shidq-nya.

Karena itu Abu Bakar yang memiliki puncak tanda shidq disebut Ash-Shiddiq. Sementara itu, Ash-Shiddiq lebih tinggi daripada ash-shaduq, dan ash-shaduq lebih tinggi daripada ash-shadiq, yang semua merupa-kan pelaku dari sifat shidq.

Di antara tanda shidq ialah ketenangan hati, dan di antara tanda dustai alah keragu-raguan, sebagaimana yang disebutkan dari hadits Al-Hasanbin Ali, dari Nabi Shdllallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,

"Kebenaran itu adalah ketenangan dan kedustaan itu adalah keraguraguan."

Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari hadits Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,

"Sesungguhnya kebenaran itu memberi petunjuk kepada kebajikan, dan kebajikan itu memberi petunjuk ke surga. Sesungguhnya seseorang itusenantiasa benar hingga dia ditetapkan di sisi Allah sebagai orang yang benar. Dan, sesungguhnya dusta itu memberi petunjuk kepada kekejian,dan kekejian itu memberi petunjuk ke neraka. Sesungguhnya seseorang senantiasa dusta hingga dia ditetapkan di sisi Allah sebagai pendusta."

Beliau menjadikan shidq sebagai kunci dan permulaan derajat shid-diqdan sekaligus tujuannya, yang sama sekali tidak bisa dicapai pendusta, tidak dalam perkataan, perbuatan atau keadaannya, terutama orang yangberdusta terhadap Allah, dalam sifat dan asma'-Nya, seperti menafi-kan apayang ditetapkan-Nya dan menetapkan apa yang dijanjikanNya, atau dusta dalam agama dan syariat-Nya, seperti menghalalkan apa yang diharamkan-Nya dan mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya.

Banyak definisi dan ungkapan tentang hakikat shidq. Ada yang berpendapat, shidq adalah perkataan yang benar dihadapan orang yangengkau takuti dan juga yang engkau harapkan. Ada pula yang berpendapat, artinya lurus saat sembunyi dan terang-terangan. Sementara orangyang dusta, penampakannya lebih baik daripada yang tidak ditampakkannya, seperti orang munafik yang zhahirnya lebih baik daripada batinnya. Ada pula yang berpendapat, orang yang shadiq ialah yang bersiap sedia untuk mati dan tidak merasa malu jika rahasia dirinyaterungkap.

Dalam atsar Ilahy disebutkan, "Siapa yang benar kepada-Ku saat sembunyi-sembunyi, maka Aku membenarkannya saat terang terangan di tengah makhluk-Ku."

Sahl bin Abdullah berkata, "Pengkhiatan shiddiqin yang pertamakali ialah bisikan terhadap diri sendiri."

Yusuf bin Asbath berkata, "Semalam saja aku bermu'amalah dengan Allah secara benar, lebih kusukai daripada aku menghunus pedangdi jalan Allah."

Al-Harits Al-Muhasiby berkata, "Orang yang shadiq adalah orangyang tidak peduli sekiranya semua bagian di hati manusia yang menjadi miliknya tidak diberikan kepadanya, selagi dia dapat memperbaiki hatinya, dia tidak suka jika mereka mengetahui kebaikan amalnya dan dia tidak benci jika mereka mengetahui keburukan amalnya. Jika dia benci karena mengetahui keburukannya, berarti dia menghendaki kehormat-andi mata mereka, dan ini bukan tanda para shiddiqin."

 

Pengarang Manazilus-Sa'irin berkata, "Shidq merupakan kata untuk sebuah hakikat sesuatu, pencapaian dan keberadaan."

Shidq merupakan pencapaian sesuatu, kelengkapan dan kesempurnaan kekuatannya serta kebersamaan bagian-bagiannya, seperti jika dikatakan,"Azimah shadiqah", yang berarti hasrat yang benar, yaitu jika hasrat itu kuat dan sempurna.

 

Ada tiga derajat shidq, yaitu:

1. Shidq dalam tujuan. Dengan shidq seorang hamba berhak bergabung dalam perjalanan ini, segala rintangan akan sirna, yang tertinggal akan ketahuan dan yang rusak bisa diperbaiki. Tanda orang yang shadiqialah tidak membawa penyeru yang mengajaknya untuk membatal-kan perjanjian, yang membuatnya tidak sabar dalam menghadapi musuhnya dan tidak membuatnya mengendorkan semangat. Shidq dalam tujuan artinya kesempurnaan hasrat dan kekuatan kehendak.

 

Didalam hati ada pendorong yang benar dan kecenderungan yang kerasuntuk mengadakan perjalanan. Bergabung dalam perjalanan ini belum dianggap sah kecuali dengan shidq ini. Tanda orang yang shadiq ialah tidak membawa penyeru yang mengajaknya untuk membatalkan perjanjian, artinya bahwa orang yang shadiq secara hakiki, makasemua kekuatan ruhnya diserahkan kepada kehendak Allah dan dipersiapkan untuk bersua dengan-Nya. Siapa yang keadaannya seperti ini, maka dia akan membawa suatu sebab yang membuatnya tidak membatalkan perjanjian dengan Allah. Musuh yang membuat hamba tidak sabar ialah orang-orang yang lalai dan orang-orang yang memotong perjalanan hati kepada Allah. Yang paling berbahaya bagi orang yang shadiq ialah berteman dengan mereka. Kalau pun harus bergaul dengan mereka, maka bolehlah bergaul dengan badannya saja, tidak dengan hati dan ruhnya.

2. Tidak mengangan-angankan kehidupan kecuali untuk kebenaran, tidak mempersaksikan dirinya kecuali pengaruh kekurangan dan tidak merasa senang karena ada keringanan.

Artinya, seorang hamba tidak suka hidup kecuali untuk menyebarkanapa yang disukai Kekasihnya, melaksanakan ubudiyah kepada-Nyadan memperbanyak sebab yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya, bukan karena alasan keduniaan dan bukan karena dorongan hawa nafsu, sebagaimana yang dikatakan Umar bin Al-Khaththab, "Kalau tidak ada tiga perkara, tentu aku tidak suka tetap hidup, yaitu memegang kendali kuda fi sabilillah, menghidupkan waktu malam dan berkumpul bersama orang-orang yang memilih perkataan-perkataan yang bagus, sebagaimana memilih korma-korma yang bagus." Tidak mempersaksikan dirinya kecuali pengaruh kekurangan, maksudnya melihat diri sendiri serba kekurangan, banyak aibnya dan hina. Siapayang mengetahui Allah, tentu mengetahui dirinya sendiri, yang berarti dia melihat diri sendiri dari kaca mata kekurangan.

 

Tidak merasa senang karena ada keringanan, ini terjadi karena kesempurnaan shidqnya, kekuatan kehendaknya dan hasrat untuk maju ke depan, yang membuat dirinya tidak melihat kepada kesenangannya karena ada keringanan. Jika keringanan lebih dia sukai daripada hasrat yang kuat,

lalu dia berkeinginan menenangkan dirinya, maka hal ini disebut shidq. Jika seorang hamba tidak berpuasa dalam perjalanan, mengqashar dan menjama' shalat saat diperlukan, mempercepat shalatsaat ada kesibukan, atau keringanan-keringanan lain yang disukaiAllah untuk diamalkan, maka hal ini tidak mengurangi shidq. Tapi keringanan yang bersifat ta'wil dan dilandaskan kepada perbedaan pendapat di kalangan madzhab dan pendapat-pendapat yang bisa benar dan bisa salah, maka hal ini bisa menajikan shidq.

 

3. Shidq dalam mengetahui shidq. Shidq tidak dianggap betul menurut ilmu orang-orang yang khusus kecuali dengan satu kalimat, bahwa ridha Allah harus sesuai dengan amal, keyakinan, tujuan dan keadaan hamba. Hamba itu ridha dan diridhai, amal-amalnya diridhai, keadaannya benar dan tujuannya lurus. Jika seorang hamba mengenakan pakaian pinjaman, maka amalnya yang paling bagusadalah dosa, keadaannya yang paling benar adalah dusta dan tujuannya yang paling bersih adalah diam tak berusaha.

Artinya, shidq yang sebenarnya hanya dapat diperoleh orang yang benar dalam pengetahuannya tentang shidq Dengan kata lain, keadaan shidq tidak bisa diperoleh kecuali setelah mendalami ilmu shidq.

Kemudian definisi lebih lanjut tentang shidq ini, bahwa shidq tidakakan lurus kecuali jika ridha Allah sesuai dengan amal, keadaan, keyakinan dan tujuan hamba. Ini merupakan keharusan shidq, faidah dan hasilnya. Jika seorang hamba membenarkan Allah, maka Allah akan meridhai amal, keadaan, keyakinan dan tujuannya, bukan berartiridha Allah itu merupakan shidq. Artinya, shidq itu dapat diketahuidengan menyesuaikan dengan ridha Allah. Tapi dari mana hamba bisa mengetahui ridha-Nya?

Di sana ada orang shadiq yang benar-benar merasa harus mengikuti perintah, berserah diri kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamsecara zhahir dan batinnya, mengikuti beliau, beribadah dengan melakukan ketaatan kepada Allah tatkala bergerak dan saat diam, dengan memurnikan tujuan karena Allah semata. Allah tidak meridhai hamba kecuali dengan keadaan seperti ini.

Seorang hamba ridha dan diridhai, karena dia ridha kepada Allah sebagai Rabb, ridha kepada Islam sebagai agama dan ridha kepada Muhammad sebagai rasul. Karena itu Allah pun ridha kepada hamba danamal-amalnya diridhai-Nya.

Maksud perkataan Syaikh, "Jika seorang hamba mengenakan pakaian pinjaman...." dan seterusnya, bahwa dia mengenakan pakaian orangorang yang shadiqin, namun ruh dan hatinya tidak seperti mereka,

maka dia seperti orang yang merasa kenyang padahal belum diberi apa-apa, sehingga dia seperti orang yang mengenakan dua pakaian palsu. Inilah amalnya yang paling bagus, dan karenanya dia akan disiksa, seperti siksa yang diberikan kepada orang yang berjihad atau membaca Al-Qur'an karena riya'.

Tiada ulasan: