Catatan Popular

Selasa, 25 Ogos 2020

KITAB MADARIJUS SALIKIN SIRI 54 : AKHLAK

TEMPAT-TEMPAT PERSINGGAHAN IYYAKA NABUDU WA IYYAKA NASTAIN

 IMAM IBN QAYYIM AL JAUZIYAH

Allah befirman kepada Nabi-Nya,

"Dan, sesungguhnya kamu benar-benar berakhlak yang agung." (Al-Qalam: 4).

Ibnu Abbas dan Mujahid berkata, "Artinya berada pada agama yang agung. Tidak ada agama yang lebih kucintai dan kuridhai selain dari Islam."

Menurut Al-Hasan Radhiyallahii Anhu, artinya adalah adab-adab Al-Qur'an. Menurut Qatadah, artinya apa yang diperintahkan Allah dan yang dilarang-Nya. Dengan kata lain, kamu berada pada akhlak yang diciptakan Allah seperti yang disebutkan di dalam Al-Qur'an.

Di dalam Ash-Shahihain disebutkan, bahwa Hisyam bin Hakimpernah bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Rasulullah ShaUallaliuAlaihi wa Sallam.

Maka Aisyah menjawab, "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an." Lalu Hisyam berkata, "Tadinya aku ingin bangkit dan tidak bertanya apa pun."

Allah telah menghimpun akhlak-akhlak yang mulia pada diri beliauseperti yang difirmankan-Nya, "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'rufserta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh." (Al-A'raf: 199).

Ja'far bin Muhammad berkata, "Allah telah memerintahkan Nabi-Nya untuk memiliki akhlak-akhlak yang mulia. Di dalam Al-Qur'an tidak disebutkan satu ayat pun yang menghimpun beberapa akhlak yang mulia seperti yang disebutkan di dalam ayat ini. Ketika ayat ini turun, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepada Jibril, "Apa maksudnya ini?"

Jibril menjawab, "Aku tidak tahu. Biar kutanyakan terlebih dahulu."

Maka Jibril menanyakannya kepada Allah, lalu dia turun lagi dan berkata, "Sesungguhnya Allah memerintahkan agar kamu menyambung hubungan dengan orang yang memutuskannya, memberi orang yangtidak mau memberimu dan memaafkan orang yang berbuat zhalim kepadamu."

Seseorang yang ditaati orang banyak mempunyai tiga keadaan yang tidak bisa dihindarinya:

- Menyuruh dan melarang mereka dengan sesuatu yang mendatang-kan kemaslahatan bagi mereka.

- Menerima ketaatan yang mereka berikan kepadanya.

- Harus siap menghadapi dua jenis manusia: Orang yang sejalan dengannya dan mendukungnya, orang yang bertentangan dengannya dan memusuhinya.

Ada kewajiban yang harus dilakukan pada masing-masing keadaan ini. Kewajibannya menyuruh dan melarang ialah menyuruh kepada yang ma'r'uf. Hal yang ma'ruf di sini adalah sesuatu yang bermaslahat bagimereka. Sedangkan kewajiban melarang ialah melarang dari kebalikannya.

Kewajipannya menerima ketaatan mereka ialah dengan mengambil hal-hal yang paling mudah menurut mereka dan tidak membebani mereka dengan hal-hal yang berat dan sulit yang bisa merusak mereka. Kewajibannya menghadapi orang-orang yang bodoh ialah berpaling dari mereka, tidak menghadapi mereka dengan sikap yang sama atau membalasnya, seperti yang difirmankan Allah, "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh."

Menurut Mujahid, artinya maafkanlah akhlak dan perbuatan manusia tanpa menghinakan, seperti menerima alasan mereka, mudah memberi maaf, memberi kemudahan, tidak perlu merinci kesalahan hingga mendetail dan tidak mengorek hakikat hingga bagian-bagian yang palingdalam.

Begitulah akhlak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu berkata, "Rasulullah adalah orang yang paling baik akhlaknya." Dia juga berkata, "Aku tidak pernah menyentuh kain beludru dan sutra yang lebih halus dari kulit Rasulullah. Aku tidak pernahmencium aroma yang lebih harum dari aroma Rasulullah. Aku menjadi pelayan Rasulullah selama sepuluh tahun, namun sekali pun beliau tidak pernah berkata kepadaku, "Uh", dan tidak pula bertanya, "Mengapa kamu berbuat begitu?" untuk sesuatu yang kulakukan, dan tidak pula bertanya,"Mengapa kamu tidak berbuat begitu?" untuk sesuatu yang tidak kulakukan."

Rasulullah Shallallaliu Alaihi wa Sallam pernah mengabarkan bahwa kebajikan itu ialah akhlak yang baik.

Di dalam Shahih Muslim disebutkan dari An-Nuwas bin Sam'an Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah tentang kebajikan dan dosa. Maka beliau menjawab, "Kebajikan ialah akhlak yang baik, sedangkan dosa ialah sesuatu yang bersemayam di dalam dadamu dan engkau tidak suka jika manusiamengetahuinya."

Di dalam riwayat At-Tirmidzy, yang menurutnya hadits hasan shahih, disebutkan dari Abud-Darda' Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, "Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan orang Mukmin pada hari kiamat selain dari akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah benar-benar membenci orang keji lagi berkata kotor."

Disebutkan pula dalam riwayat At-Tirmidzy dan dia menshahihkannya, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga. Maka beliau menjawab,"Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik." Lalu beliau ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka. Maka beliau menjawab, "Mulut dan kemaluan."

Disebutkan pula dalam riwayat At-Tirmidzy dan dia menshahihkannya, dari Aisyah Radhiyallahu Anha, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi waSallam, beliau bersabda,

"Sesungguhnya orang-orang Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya di antara mereka, dan yang paling baikdi antara mereka ialah yang paling baik terhadap istrinya di antaramereka."

Di dalam As-Sunan disebutkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, "Sesungguhnya dengan akhlaknya yang baik orang Mukmin benar-benar bisa mendapatkan derajat orang yang berpuasa dan mendirikan shalat malam."

Di dalam riwayat At-Tirmidzy disebutkan dari Jabir Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, "Sesungguhnya orang yang paling kucintai di antara kalian dan yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat ialah yangpaling baik akhlaknya di antara kalian. Dan, sesungguhnya orang yang paling kubenci dan yang paling jauh dariku pada hari kiamat ialah orang yang banyak bicara tanpa ada manfaatnya, orang yang mem-fasihfasihkan bicaranya kare na riya' dan mutafaiqahun." Mereka bertanya,"Wahai Rasulullah, kami sudah mengetahui orang yang banyak bicaratanpa ada manfaatnya dan orang yang memfasih-fasihkan bicaranya karena riya'. Lalu apakah mutafaiqahun itu?" Beliau menjawab,

"Orang-orang yang sombong."

Semua kandungan agama adalah akhlak. Selagi ada tambahan akhlak pada dirimu, berarti ada tambahan agama. Menurut Al-Kattany, tasawwuf juga merupakan akhlak. Selagi ada tambahan akhlak pada dirimu, berarti ada tambahan tasawwuf. Ada yang berpendapat, akhlak yang baik ialah memberikan derma, tidak mengganggu dan menguasai diri saatmenghadapi gangguan.

Yang pasti, akhlak yang baik didasarkan kepadaempat sendi, yaitu:

- Sabar, yang mendorongnya menguasai diri, menahan amarah, tidak mengganggu orang lain, lemah lembut, tidak gegabah dan tidak tergesa-gesa.

- Kehormatan diri, yang membuatnya menjauhi hal-hal yang hina dan buruk, baik berupa perkataan maupun perbuatan, membuatnya memiliki rasa malu, yang merupakan pangkal segala kebaikan, mencegahnya dari kekejian, bakhil, dusta, ghibah dan mengadu domba.

- Keberanian, yang mendorongnya pada kebesaran jiwa, sifat-sifat yang tinggi, rela bekorban dan memberikan sesuatu yang paling dicintai.

- Adil, yang membuatnya berada di jalan tengah, tidak meremehkan dan tidak berlebih-lebihan.

Empat sendi ini sekaligus merupakan sumber akhlak yang baik danu tama. Sedangkan empat sumber akhlak yang rendah ialah:

- Kebodohan, yang menampakan kebaikan dalam rupa keburukan, menampakkan keburukan dalam rupa kebaikan, menampakkan kekurangan dalam rupa kesempurnaan dan menampakkan kesempurnaan dalamrupa kekurangan.

- Kezhaliman, yang membuatnya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, memarahi perkara yang mestinya diridhai, meridhai sesuatu yang mestinya dimarahi dan lain sebagainya dari tindakan-tindakan yang tidak proporsional.

- Syahwat, yang mendorongnya menghendaki sesuatu, kikir, bakhil, tidak menjaga kehormatan, rakus dan hina.

- Marah, yang mendorongnya bersikap takabur, dengki dan iri, mengadakan permusuhan dan menganggap orang lain bodoh.

Dari himpunan semua ini, maka tersusunlah akhlak yang tercela.

Sedangkan sumber dari empat perkara ini ada dua macam, yaitu:

Perta-ma,

jiwa yang berlebih-lebihan saat lemah, yang melahirkan kebodohan, kehinaan, bakhil, kikir, celaan, kerakusan dan kekerdilan. Kedua, jiwa yang berlebih-lebihan saat kuat, yang melahirkan kezhaliman, amarah, kekerasan, kekejian dan kesewenang-wenangan.

Sebagian akhlak yang tercela melahirkan sebagian yang lain, sebagaimana sebagian akhlak yang terpuji juga melahirkan sebagian sifatnya yang lain.  Akhlak yang baik ada di antara dua akhlak yang tercela, sepertike dermawanan yang ada di antara bakhil dan boros, tawadhu' yang ada diantara kehinaan dan takabur. Selagi jiwa menyimpang dari pertengahan ini, tentu ia akan cenderung kepada salah satu di antara dua sisinya yang tercela. Siapa yang menyimpang dari akhlak tawadhu', maka ia akan menyimpang ke sifat takabur dan riya atau ke kehinaan dan kekerdilan.

Siapa yang menyimpang dari kesabaran yang terpuji, maka ia menyimpangke kegundahan dan keguncangan atau ke kekerasan hati dan kekasaran tabiat.

Akhlak sangat bermanfaat bagi orang yang mengadakan perjalan-andan dapat menghantarkan ke tujuan dengan segera. Dengan akhlak-nya diaakan membentuk dirinya yang sulit untuk dirubah, karena yang paling sulit untuk dirubah pada tabiat manusia adalah akhlak yang telah membentuk jiwanya.

Menurut pengarang Manazilus-Sairin, ada tiga derajat akhlak, yaitu:

1. Engkau harus mengetahui kedudukan makhluk, bahwa dengan takdir mereka saling berhubungan, kekuatannya terbelenggu dan hukum-nya terbatas. Dengan pengetahuan ini engkau bisa mengambil tiga manfaat: Semua makhluk merasa aman dari gangguanmu, termasuk pula anjing, engkau mendapat cinta makhluk dan keselamatan dari gangguan makhluk. Dengan derajat ini terbentuk tiga hal:

- Akhlak yang baik dalam bermu'amalah dengan manusia dan bagaimana cara mempergauli mereka.

- Akhlak yang baik dalam bermu'amalah dengan Allah.

- Derajat kefanaan yang dilandaskan kepada asalnya.

Jika engkau mengetahui kedudukan dan derajat manusia, hukum-hukum qadar pada diri mereka, bahwa mereka terikat dengan qadar dans ama sekali tidak bisa keluar darinya, yang kekuatan dan kemampuan mereka terbatas dan mereka tidak bisa beralih kepada yang lain, makadengan begitu engkau bisa mengambil tiga manfaat, salah satu di antaranya, makhluk merasa aman dari gangguanmu. Jika seseorang melihat keberadaan mereka secara hakiki, tentu dia tidak akan menuntut dari mereka sesuatu yang tidak mereka sanggupi. Ikut-lah perintah Allah kepada Nabi-Nya dalam menghadapi mereka, yaitu dengan meneri mamaaf mereka. Dengan cara itu mereka akan selamat dari tekanannya atau kewajiban yang dia berikan di luar kesanggupan mereka.

Dalamkeadaan seperti ini mereka tentu akan merasa aman dari tindakan pemimpinnya, sekalipun mungkin mereka menyimpang dari hukum syariat. Sebab jika mereka orang-orang yang terbatas dan terkurung, maka tuntutan dari mereka juga harus disesuaikan dengan keadaan mereka yang terkurung itu.

Jika mereka tidak bisa memenuhi hak-hakmuatau berbuat buruk kepadamu, maka ja-nganlah engkau menghadapi mereka dengan cara yang sama dan ja-nganlah memusuhi mereka, tapi ampunilah mereka dan terimalah permintaan maaf mereka. Karena mereka hanya sekedaf sebagai alat dan sudah ada ketetapan hukum yang berlaku pada diri mereka. Dengan cara ini engkau akan bisa mempersaksikan hakikat atas kejahatan mereka terhadap dirimu, sepertiyang dikatakan seorang arif, "Jika engkau berbuat zhalim, maka yangberkuasa atas dirimu tidak zhalim." Di sini ada sebelas kesaksian yangharus diperhatikan hamba ketika mendapat gangguan dari orang-orang lain dan dalam menghadapi kejahatan mereka:

a. Kesaksian qadar. Artinya, apa yang terjadi pada dirinya merupakan kehendak Allah, qadha' dan qadar-Nya. Sehingga dia melihat dirinya seperti orang yang tersiksa karena udara panas dan dingin, sakit,

derita, hembusan angin, tidak mendapat hujan dan lain-lainnya.

Segala sesuatu terjadi karena kehendak Allah. Apa pun yang dikehendaki Allah pasti terjadi, dan apa pun yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Jika dia mempersaksikan hal ini, makadia akan merasa tenang, bahwa memang itulah kejadian yang dikehendaki Allah. Kalau pun ada kegundahan, itu hanya sewajarnya saja, seperti kegundahan karena kena udara panas atau dingin.

 

b. Kesaksian sabar. Dengan sabar ini dia melihat kesudahannya, pahala yang diterima pelakunya, kelapangan dan kegembiraan yang dialaminya serta tidak menanggung penyesalan dan dendam. Siapapun yang menyusupkan rasa dendam ke dalam hatinya, makadia akan mendapat penyesalan.

 

c. Kesaksian ampunan, kelapangan dada dan kelembutan. Selagi seorang hamba mempersaksian keutamaan dan kemuliaan ampunan ini, maka sekejap pun matanya tidak akan beralih dari sifat ini. Siapa yang mendapat tambahan ampunan dari Allah, berarti diamendapat kemuliaan. Maaf, kelapangan dada dan kelembutan ini terkandung ketenangan, kedamaian dan dapat menghapus dendam.

d. Kesaksian ridha. Ini lebih tinggi daripada kesaksian maaf dan kelapangan dada, yang tidak dimiliki kecuali jiwa yang tenang, apalagi jika sebab yang menimpanya adalah melaksanakan agama Allah.

Ini merupakan keadaan orang yang mencintai dengan sebenarnya dan ridha menerima apa pun dari kekasihnya. Jika dia mengeluh, maka itu merupakan bukti kepalsuan cintanya.

 

e. Kesaksian ihsan. Maksudnya menghadapi orang yang berbuat jahat dengan cara yang baik dan tetap memperlakukannya secara baik setiap kali dia berbuat jahat kepadanya.

 

f. Kesaksian keselamatan dan hati yang dingin. Ini merupakan kesaksian yang amat mulia bagi orang yang menyadarinya. Hatinya tidak masyghul karena gangguan yang diterimanya dan tidak terpengaruh.

Memang keselamatan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat dan nikmat. Tapi jika hati sibuk hanya dengan urusan ini, berarti dia meninggalkan sesuatu yang lebih penting lagi, dengan begitu dia menjadi orang yang terkecoh.

 

g. Kesaksian keamanan. Jika dia tidak membalas dan mendendam orang yang menyakitinya, tentu dia akan merasa aman. Tapi jika dia mendendam, maka dia akan terus dirasuki rasa takut dan menanamkan permusuhan baru. Jika dia memaafkan dan tidak ingin membalas, maka tidak akan muncul pemusuhan baru atau permusuhanyang ada semakin menghangat. Maaf dan kelapangan dadanya harus bisa mencabik belenggu permusuhan..

 

h. Kesaksian jihad. Artinya mempersaksikan munculnya gangguan manusia dengan jihad fi sabilillah, pelaksanaan amar tna'ruf nahi munkar dan menegakkan kalimat serta agama Allah. Allah telah membeli jiwa dan harta orang semacam ini dengan harga yang mahal. Jika dia menyetujui harga ini, maka hendaklah dia menyerahkan barang dagangan kepada-Nya, agar dia mendapatkan harga tersebut, sehingga dia tidak merasa mempunyai hak terhadap orang yang menyakitinya dantidak pula berhak menerima sesuatu pun darinya, sekalipun mungkin dia rela terhadap persetujuan dengannya, karena dia hanya menginginkan pahala dari Allah. Karena itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mencegah para Muhajirin dari penduduk Makkah untuk menuntut harta mereka yang pernah dirampas orang-orang

musyrik dan tidak pula meminta tebusan atas orang-orang yangterbunuh fi sabilillah. Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq hendak meminta tebusan dari orang-orang murtad atas terbunuhnya beberapa orang Muslim, maka Umar bin Al-Khaththab berkata, "Itu adalah nyawa dan harta yang lenyap karena Allah. Padahal semuanya ada di Tangan Allah dan tidak ada tebusan untuk orang yang mati syahid."

Para sahabat juga lebih setuju terhadap pendapat Umar ini, dan akhirnya Abu Bakar juga menyetujuinya. Siapa yang berjihad karena Allah hingga dia mendapat gangguan, maka Allah melarang untuk membalasnya, sebagaimana yang dikatakan Luqman kepada anaknya,

"Dan, suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka)dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yangdiwajibkan (Allah)." (Luqman: 17).

 

i. Kesaksian nikmat. Yaitu dengan mempersaksikan nikmat Allah yang menjadikan dirinya sebagai orang yang dizhalimi dan akan mendapat pertolongan, tidak menjadikannya sebagai orang zhalim yang kemudian mendapat kemurkaan dan siksa. Andaikan orang yang berakal disuruh untuk memilih di antara dua keadaan ini, tentu dia akan memilih menjadi orang yang dizhalimi yang kemudian mendapat pertolongan, bukan sebagai orang zhalim yang kemudian mendapat murka dan siksa.

Dia juga bisa mempersaksikan nikmat Allah yang berupa penghapusan kesalahan-kesalahannya. Sebab jika orang Mukmin ditimpa kesulitan, kesusahan atau gangguan, maka Allah menghapus di antara kesalahan-kesalahannya.

Pada hakikatnya itu merupakan obat yang mengusirpenyakit dosa dan kesalahannya. Manusia yang menyakitimu sama dengan obat dari dokter yang pahit namun menyembuhkan. Jadi jangan melihat pahitnya obat itu dan kebencianmu kepadanya, tapi lihatlah kesembuhan yang ditimbulkan-nya.

Persaksikan pula bahwa gangguan yang menimpamu itu lebih ringan daripada gangguan dan cobaan yang dialami orang lain. Ka-lau pungangguan dan cobaan itu cukup berat, maka lihatlah bahwa cobaan itu hanya menimpa badan dan harta, tidak menimpa agama, Islamdantauhidnya. Sebab setiap cobaan yang tidak menimpa agama, masih dianggap kecil, dan pada hakikatnya itu adalah nikmat.

 

j. Kesaksian keteladanan. Ini merupakan kesaksian yang lembut sekali.

Setiap orang yang berakal tentu ridha untuk meneladani para rasul, nabi dan wali-wali Allah. Mereka adalah orang-orang yang paling beratcobaannya, paling sering disakiti dan diganggu manu-sia. Perhatikanlah kisah para nabi, khususnya gangguan yang di-timpakan para musuh kepada nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang tidakpernah dialami orang-orang sebelum-nya. Beliau didustakan, diusir darikampung halaman, diserang dan dimusuhi. Apakah seorang hambatidak ridha mempunyai sosok teladan seorang makhluk pilihan Allahyang terbaik ini?

 

k. Kesaksian tauhid. Ini merupakan kesaksian yang paling tinggi dan mulia. Jika hatinya sudah dipenuhi cinta kepada Allah, ikhlas, taqarrub, ridha dan kerinduan bersua dengan-Nya, menjadikan-Nya sebagai pelindung, ridha terhadap qadha' dan qadar-Nya, maka hatinya tidaklagi akan mempersaksikan gangguan manusia terhadap dirinya, apalagi hati dan pikirannya sibuk merancang pembalasan. Pembalasan tidak muncul kecuali dari hati yang sama sekali tidak diisi dengan hal-hal tersebut, atau hati yang senantiasa lapar dan tidak pernah kenyang.

Jika hati itu melihat santapan macam apa pun yang ada di hadapannya, maka ia langsung menyambarnya. Tapi jika hati sudah terbiasa disuapi dengan makanan yang ber-kelas tinggi, maka ia tidak akan mau menerima sembarang makanan. Ini merupakan karunia Allah yang diberikan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya.

 

2. Membaguskan akhlakmu terhadap Allah dan membaguskannya pada dirimu, yaitu dengan mengetahui bahwa apa pun yang datang dari dirimu harus dimintakan ampunan dan apa pun yang datang dari Allah harus disyukuri, dan engkau tidak boleh merasa telah memenuhi hak-Nya.

 

Derajat ini didasarkan kepada dua kaidah:

a. Engkau harus mengetahui bahwa dirimu adalah kurang, dan apayang berasal dari yang kurang tentu juga kurang, maka yang kurang ini harus dimintakan ampunan. Seorang hamba harus meminta maafdan ampun kepada Allah atas kebaikan dan keburukan yang dilakukannya. Untuk keburukan sudah pasti. Sedangkan untuk kebaikan, dengan meminta maaf atas kekurangannya. Di sampingberbuat baik, maka dia harus meminta maaf atas kebaikannya itu atau atas kekurangannya. Karena itu Allah memuji para wali-Nya yang hatinya takut sekalipun mereka telah berbuat kebaikan.

Firman-Nya,

"Dan, orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,dengan hati yang takut." (Al-Mukminun: 60).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda sehubungan dengan ayatini, "Mereka adalah orang yang berpuasa dan mengeluarkan shadaqah, namun mereka takut amalnya tidak diterima."

Ada dua alasan yang membuatnya begitu, yaitu: Karena dia melihat kekurangan dan keterbatasan dirinya, karena cintanya benar dantulus, karena orang yang benar-benar mencintai tentu akan mendekati kekasihnya dengan cara yang bisa dia lakukan, merasa malu dan minta maaf sekalipun dia telah berbuat baik kepadanya.

 

b. Mengagungkan apa pun yang datang dari Allah, engkau harus mensyukurinya dan engkau harus merasa kurang dalam mensyukurinya.Yang demikian ini hanya ada dalam cinta yang suci dan tulus.

Orang yang mencintai merasa apa yang diterima dari kekasihnya terlalu banyak. Orang yang mencintai akan mengagungkan pemberian kekasihnya. Lalu bagaimana dengan berbagai macam kebaikan yang datang dari Allah?

3. Membersihkan akhlak, kemudian naik lagi ke tingkat penyatuan akhlak dengan Allah, kemudian naik lagi ke kebersamaan akhlak di sisi Allah.

Membersihkan akhlak di sini ialah menyempurnakan dua derajat sebelumnya, membersihkannya dari segala noda dan cacat. Jika engkau sudah bisa melakukan hal ini, maka engkau akan naik ke tingkatan kebersamaan dengan Allah.

Membentuk akhlak merupakan persiapanunruk kebersamaan dan penyatuan dengan Allah. Jika hal ini sudah tercapai, maka dia bisa melepaskan diri dari hal-hal selain Allah.

 

Tiada ulasan: